Showing posts with label KESEHARIAN. Show all posts
Showing posts with label KESEHARIAN. Show all posts

Monday, December 29, 2014

2014 to 2015

This is a dead blog! Tumben ketimpa kangen, intip ini blog. Ya ampiunnn.. posting terakhir tahun 2013 bulan Juli pulak. Sekarang tahun 2014, besok 30 Desember. 1.5 tahun. Intip orang-orang yang pernah berhubungan, mereka pun postingnya paling baru 8 bulan lalu. Yes. Yes. This is a dead blog..

Anyway, anyway.. ngapain aja saya tahun ini? Eh, sebenarnya sayapun tak percaya followernya masih on juga haha. Tapi nggak papa, nulis itu hobi, kalau mau caper ya pakai baju aneh-aneh aja, bakal lebih terasa perhatian sekitarnya. Di jamin pada ngaku nggak kenal kita ;-). So, back to the issue, ngapain aja saya tahun ini?

Wow! Tahun ini tahun padat. Awal tahun nerusin sekolah yang dimulai tahun sebelumnya yaitu: Massage. Pijet maksudnya? Yups! That's my new profession. Diilhami jejak Phoebee.. yang seri Friends *yah ketahuan deh tuanya* . Dulu saya sering disamain dengan dia secara kalo nyelutuk suka nggak nyambung. Tapi dia lucu loh. Kayak saya kalau lagi kelepasan ta'ak di undangan makan malam. Sekarang saya ikut profesinya.

Prosesnya lumayan panjang.  Anak sudah sekolah full dan saya hobi keluyuran. Jadi sadar diri ya harus kerja. Makanya milih kerjaan bukan hal mudah. Ini bukan negara kelahiran saya. Ijasah saya di Psikologi adalah basi karena sistemnya beda banget. Ijasah marketing? huu boro-boro, ini negara krisis, nggak kayak Indonesia yang maju jaya. Tiap menit di sini banyak orang miskin baru. Mau jualan apa coba? Peluk kasih sayang, bolehlah.. Terus, malas ih mikirin ke kantor lagi. Kayak dulu gitu.. Ngurusin brand, dari bangun pagi list kerjaan bejibun. Ogah. Mending kerja gampang, kalau urusan kelar, di kepala kelar. Lagian Bahasa Prancis tertulis ngepas. Kalau mau les pun bakal yang mahal dan belum tentu bisa saingan sama lulusan marketing sini yang numpuk. Mungkin juga kelamaan jadi ibu rumah tangga, ambisi ilang. Kebiasaan cuek sama cucian segunung, rumah kotor mulu, jadi ya ngapain punya target. Hidup ini hanya sekali, tak usahlah ngoyo-ngoyo. Kalau dipanggil tanah berkedalaman enam jengkal, ibu direktur sama pembantunya bakal nggak beda nasib. Pilihan makanya jatuh ke kerjaan fisik itu. Eropa beda dengan Asia. Di sini yang penting situ kerja, orang-orang nggak bakal rewel. So nyoba sekolah massage di Jakarta pas mudik, eh senang berasa sedang nari jawa. Keringetan dan bikin orang senang. Kita dibayar dan orangnya bilang "merci-merci pegel saya ilang". Kayaknya juga cocok dengan saya yang bosanan. Kalau massage kita ngarang-ngarang aja gerakannya haha. Yang penting punya basic anatomi. Nah, yang ini saya boleh bangga dong. Pelajaran anatomi saya lulus dengan nilai 15/20. Bahasa Prancis itu, biarpun pilihan ganda :-D jadi sekarang saya 100% Phoebee.

Selain jadi tukang pijat, saya juga tetap tukang nulis. Draft novel solo saya setelah melalui jalan berliku, belok ke kiri, nyaris masuk jurang, ngelewatin sungai berbuaya, dan semua itu tanpa GPS, akhirnya bakal terbit tahun depan. Itu juga kalau nggak ada rintangan lagi. Jangan tanya prosesnya, sama panjangnya dengan cerita pilih kerjaan saya. Ntar pada ketiduran lagi *eh mending ada gitu yang baca wkwk* jadi ya: tahun depan novel saya bakal muncul. Eng ing eng. Settingnya di Paris, tapi yang nggak wajar dong ah. Namanya juga Phoebee: Pantai nudis (yang orangnya pada telanjang semua), kabaret, dan swing club. Tentang cinta juga. Lah gimana, penulisnya kan memang penuh cinta kasih..

Sambil itu, saya juga sibuk ngepalain projek nulis buku soal perkawinan campur sama KKC (Komunitas Kawin Campur) di facebook. Sebagai ketua, tukang pijat ini membawahi 10 orang gitu deh. Mereka itu keren-keren loh. Ada yang dosen, perawat di luar negeri, lulusan master wkwk. Niatnya kasih gambaran buat orang-orang yang ingin tahu kehidupan orang indonesia yang married/berhubungan dengan orang asing. Daripada salah sangka mulu. Misalnya, kami sering dipikir hidup enak, ongkang2 dan anaknya cakep2. Yeh, hidup mana ada yang sempurna. Itulah yang bikin semangat, biarpun buku ini di cover bakal tertulis KKC. Nggak papa deh, yang penting semoga berguna, terutama buat orang yang mau nyebur. Supaya nggak kelelep.

Terus, apa lagi ya.. Matheo yang tadinya sedang lucu-lucunya, sekarang sedang kurus-kurusnya. Dia merupakan satu-satunya anak yang tidak mau memasukkan kepala ke dalam air saat kelasnya ke kolam renang. Selain itu, mayanlah, dia cukup pintar dan anak baik. (kagak kayak mak nya), kalau anak lain berisik, dia sibuk stt stt pake jari tengah. Ini anak kenapa juga begini yaaaa?

Begitu-begitu. ohiya, tante saya yang sudah seperti ibu sendiri meninggal di tahun ini. Herannya perasaan saya kok mati ya. Saya sedih banget, tapi rasanya sekedar lagi mimpi buruk. Mungkin tahun depan kalau lihat makamnya, saya bakal nangis bombay. Semoga aja nggak ada tiang di sekitar situ, nanti malahan joget-joget sambil nangis kan kesannya ikut-ikut bollywood tuh.

Baiklah, SELAMAT TAHUN BARU YA. Semoga pesta kalian meriah. Saya dan keluarga di rumah saja. Malas ngundang orang dan nggak ada juga yang ngundang. Ngenes! Yang penting tahun depan bakal nulis lebih banyak di blog ini, biar nggak dead *ih, nggak nyambung*. Anyway yang terakhir, saya pernah coba bikin blog lain yang bayar, dengan nama cakep wuwunwiati.com. Komersil. Tapi sudah dibikin berbulan-bulan, pakai ilustrator segala, ngedit tulisannya kinclong, eh dua minggu pertama launching katanya website mengandung konten berbahaya. Padahal kliknya aja hampir 850, nggak sampai dua minggu. Itu nasib ya. Sama dengan jemuran segunung. Ya sudah back to here haha. Jadi biar malam tahun baru sepi, tahun depan blog ini nggak sepi. *teteup*

CIAOO 2014! BIENVENUE 2015!


Tuesday, May 10, 2011

CATATAN MUDIK DI LUAR RUMAH

Catatan ini sudah saya buat berbulan-bulan lalu, tetapi sempat hilang dan terselip. Sebuah pengalaman selama dua bulan di Indonesia 2010, dalam kerangka pulang kampung dua tahun sekali.

--
Saat pulang kampung merupakan masa bernostalgia. Berada dan bernafas di tempat kita dibesarkan. Pelepas rindu semua hal yang sering dirasa kehilangan selama tinggal di negeri orang. Namun yang mengherankan, beberapa hal terasa berubah. Mungkin memang begitu adanya atau kacamata saya lah yang telah bergeser. Mau tak mau, saya berubah menjadi « mentang mentang, tinggal di luar negeri! » aie!



Tinggal di Paris, manusia banyak, itu pasti. Penduduknya berjumlah 2 juta jiwa minus turis. Namun angka ini menjadi tak berarti bila dibandingkan dengan jumlah penduduk Jakarta yang mencapai 22 juta nyawa padahal luas daerah yang ditempati pun tidak jauh berbeda. Maka tak heran, di Indonesia level penunjang hidup seakan 'tertangani dengan baik', terutama dalam hal service.

DI JALAN
Menyeberang jalan merupakan momen yang menegangkan dalam keseharian di tanah air. Di mata saya motor yang lalu lalang bagai gerombolan lebah yang siap menyerang. Padahal dulu saya adalah bodyguart teman-teman perempuan dan berjalan di sisi kanan setiap kali melintas jalanan.

Saya juga disambut pangilan mesra para tukang ojek. Bosan dengan macet di dalam taksi, saya memang akhirnya balik jadi pelanggan sementara mas ojek. Dan semua berulang seperti berada dalam drama komedi. Pak ojek mencari helm pinjaman dulu, melintas jemuran orang, melalui jalan setapak di dalam kuburan, menyalip kiri kanan dan menakuti orang yang hendak menyebrang. Service tak jarang diberikan dengan melanggar rambu lalu lintas demi mengantarkan saya ke tempat yang hendak di capai. Belum lagi tambahan bonus wanginya helm mereka di kepala. Alamak!

DI SALON
Untuk urusan pelayanan kecantikan. That's the best thing ever! Potong rambut, pijat, creambath, manicure dan pedicure tinggal pilih, harga terjangkau. Ketahuilah, di salon negeri Eropa, anda tak kurang harus membayar berlipat-lipat. Dan juga service macam creambath tidak ada. Pijat biasanya hanya tersedia di tempat khusus yang punya nama khusus pula 'Espece Detendre' alias tempat rileksasi dengan tarif sejamnya sekitar 60-80 euros! Maka agenda pergi ke salon memang merupakan hal yang mutlak bila pulang kampung. Dan saya akan sengaja memesan semua service itu sehingga saya akan dikerubungi orang yang sedang melayani saya. Menjadi ratu dua tiga jam!

DI RESTORAN
Begitu langkah kaki mendekati sebuah restoran, pintu biasanya sudah langsung terbuka. Bukan otomatis tetapi karena ada seseorang yang membukakan pintu. Pelayan banyak dengan moto kerja 'kepuasaan klien adalah yang utama'. Telinga saya serasa harus beradaptasi ulang terhadap kalimat semacam:

« Mbak, Mbak. Minta menunya dong »
semenit kemudian
« Pesen ini itu, NGGAK PAKE LAMA »
15 menit kemudian
« Kok nggak keluar keluar pesenan kami. Nggak LUPA KAN?! »
« Meja samping malah udah duluan dapat. GIMANA SIH! »

Bandingkan dengan di Prancis sini, kita sering harus bersabar menunggu bahkan pernah sampai 30 menit untuk sekedar didatangi pelayan. Bukankah kalimat diatas menjadi baru lagi?

Ingatan saya bolak balik ke masa bulan-bulan pertama saya hidup di Prancis. Duluu, suami saya harus mengusap-usap pundak saya karena muka saya selalu saja menjadi merah padam dan bibir saya sudah mau berteriak. Gimana tidak, pelayan yang jumlahnya sedikit itu lah yang raja. Bukan klien. Kita tidak boleh inisiatif memanggil mereka, sebelum mereka yang menghampiri kita dan berkata 'Bonjour'. Kemudian setiap mau pesan sesuatu, tentunya menunggu mereka menghampiri meja kita, yang artinya bisa sampai berpuluh puluh menit, karena tidak jarang mereka mementingkan membersihkan meja yang kotor dulu agar bisa diduduki lagi. Kata suami saya karena disini tenaga kerja mahal plus pajak.

Pernah juga saya dan teman saya, dipelototi beberapa pengunjung karena lupa menaruh nampan dan membuang sisa makanan ke tong sampah. Gimana tidak, di Indonesia kan pelayan siap membungkuskan sisa makanan kita dengan dalil 'buat anjing di rumah' atau 'sayang masih banyak'


DI TOKO
Gila ya! Sebenarnya konsep pelayanan yang sempurna tuh ya yang ada di Asia. Klien langsung dihampiri, ditawari butuh informasi apa. Begitu memilih juga ada yang menemani. Dan bawaan kita langsung di jinjingi oleh mereka. Serasa seperti raja.

Saya sempat dibikin takjub oleh pelayanan salah satu toko mainan -yg mungkin nggak ada anehnya buat pribadi saya yang dulu – Mainan pilihan yang beratnya nggak lebih dari 500 gr, dibawakan satu mbak yang jaga. Kami berjalan sekitar 2 meter, sampai kemudian ada satu orang yang berkata kepada pelayan tadi

« Sini Mbak, saya bawain » dan mainan pun berpindah tangan.
Saya pikir kasirnya bakalan berada di terminal lain yang jauhnya kayak terminal A ke C di bandara Sukarno Hatta, tetapi ternyata kami sampai setelah melangkah lagi sekitar 3 meter! Haha. Lega hati saya, akhirnya kami sampai ke kasir!

--
Begitulah seterusnya. Kemudian di akhir bulan kedua, saya sudah mulai terbiasa dengan segala pelayanan ini, sampailah saya dan anak saya di bandara Charles de Gaulle, Paris. Saat itu, anak saya kelihatan butuh cemilan, jadi kami mampir dulu ke sebuah Patiserrie. Pelayannya ada dua, yang satu ngobrol dengan salah seorang klien, yang satunya ikut nimbrung. Mereka pasti menyadari kedatangan kami karena hanya kami dan klien itu yang ada disitu. Tapi mereka terus mengobrol, meski saya sudah berkata 'Bonjour' -tidak tahan menunggu ditegur dulu. Akhirnya ketika mereka melayani kami setelah kami bengong selama 5 menit, saya hanya bisa membatin 'WELCOME HOME!'

Monday, January 31, 2011

Apprendre Français

Saat ini merupakan masa dimana saya memiliki tahap yang sama dengan anak saya yang usianya 3.5 tahun: Kami sama-sama sedang belajar bahasa Prancis. Dia memang sedang belajar untuk berkomunikasi, sedangkan saya harus meningkatkan kemampuan bahasa saya ini untuk persiapan ujian masuk tahun depan.

Belajar bahasa itu sendiri bukan merupakan hal yang mudah bagi saya. Setiap orang memiliki masing-masing potensi. Begitulah, saya jenis yang harus bersusah payah dalam menambah kata, memasukkan ke dalam memori, apalagi bahasa Prancis rumitnya minta ampun. Di tengah jerih payah ini, saya mengamati bedanya yang namanya belajar antara orang dewasa (artinya sudah lewat masa remaja, dan bukan dalam konotasi 'bijak') dan anak kecil.

Dari pelaku sendiri, kemampuan memori anak yang dikatakan mampu menyerap 25 kata per-hari, bukan merupakan tandingan orang dewasa. Plus kondisi ini, dipersulit dengan tingkat kognisi orang dewasa yang rumit sehingga sering mempertanyakan ini itu dan logika dari ini itu. Sebetulnya, tahap anak yang masih sederhana, justru sangat membantu mereka menyerap tanpa banyak tanya karena belajar bahasa sebagiannya adalah belajar dogma.

Contoh keribetan bahasa Prancis:
-subjeknya aja ada 6: je, tu, il/elle, vous,on, ils
-setiap subjek, kata kerjanya berubah, sesuai dengan tensesnya (tempsnya). dimana temps nya mereka sekitar 15, maka perubahan kata kerja yang dikenal dengan konjugasi akan sebanyak...
-setiap kata benda ada maskulin dan feminin. hallo, memangnya benda itu semua ada kelaminnya? dinamakah kelaminnya sebuah kursi? lalu, apakah hak kita untuk membuat kursi adalah perempuan dan sofa adalah laki-laki? mereka tidak bisa protes
-terdapat juga embel-embel seperti is,am,are. yang di prancisnya disebut être. tetapi yang bukan êtré, mengunakan avoir. Mengunaan être ini nggak ada logikanya. pernah saya coba dengan mengaitkan dengan tindakan bergerak karena partir (pergi), sortir (keluar) mengunakan êtré tetapi quiter (meninggalkan) ternyata pakai avoir.
-pembagian tensesnya banyak yang pake feeling. seperti past tenses, kalo berulang atau kebiasaan pake imparfait, tapi kalau sekali kali pake symple past. futurnya, beberapa kalimat kita pakai temps mana, sedasarkan besarnya keyakinan bahwa hal itu akan terjadi. ini belajar bahasa atau jadi peramal sih? bahkan, ada tenses yang dipakai hanya untuk tulisan buku.
-kata kerja ada juga yang dipersulit dengan pemenpelan se, seperti se reveille, se leve, karena hal hal tersebut hanya kita yang bisa melakukannya dan bukan orang lain melakukan untuk kita! (tidak mengherankan karena di sini tidak ada pembantu). siksaan ini belum cukup, ada lagi, satu kata kerja yang bikin berantakan struktur normal, dia adalah: manguer (kangen/kehilangan), harus berbunyi tu me mangue, ça me mangue yang kalo di indonesiakan: dia saya rindukan. Objek-Subjek-kata kerja. rese kan!

Deret diatas masih banyak lagi yang tidak saya tahu. Jadi bisa dibayangkan kalau orang dewasa mempelajari bahasa Prancis dengan logika. itu sama dengan menanyakan telur dan ayam duluan mana? cuma buang-buang waktu.

Selain pelakunya, reaksi lingkungan ternyata juga ikut mempengaruhi keberanian berbicara (A) yang berbanding lurus dengan banyak latihan (B), yang berkorelasi positif dengan tingkat keberhasilan (C). A = B = C. *meski orang kulit putih, secara jujur, jauh dari nyela apalagi mentertawakan kalau kita tidak cakap dengan bahasanya*
namun secara garis besar, Rumus ini dengan sukarela (meski belum tentu valid) menjelaskan mengapa anak-anak lebih cepat bicara daripada orang dewasa. Beberapa bahan observasi:

1 ATAS KESALAHAN PENGUCAPAN.

REAKSI THDP ANAK: -langsung dibetulkan dengan manis. kritikpun disampaikan lemah lembut . "salah sayang, bukan begitu. Chaise'
-Ditertawakan tetapi dengan nada jenaka "lucu ya anak-anak. ngomongnya masih salah-salah". sambil dibiarkan, tetapi tetap tanpa kritik.
-Dicubit pipinya, sambil tertawa gemas. dan kemudian digendong-gendong.
kesimpulan: anak tidak mengalami trauma karena terkadang disertai tindakan penuh kasih sayang. plus, kalaupun memang di kritik, anak belum tahu malu.

REAKSI THDP ORANG DEWASA : -pardon. ulangi dong. saya tidak mengerti.
-kamu/anda ngomong apa sih? Cheese? no? Bon. sorry
-Kalo ngomong yang bener!
reaksi ini ditemani kening yang berkerut, seolah pelaku bersalah membuat orang lain harus berpikir keras. dan sering kali, tidak disertai oleh pembenaran sehingga orang dewasa cuma bisa garuk-garuk kepala, tahu dia salah tetapi tidak tahu salahnya dimana.

2 PENGULANGAN
REAKSI TERHADAP ANAK :-dasar anak-anak, kalau suka, diulang-ulang. macam Teletubbies
-aduh, bisa berhenti sebentar tidak... sayang, cintaku
-pergi menyingkir ke dapur atau ruang komputer dengan damai.

REAKSI TERHADAP ORANG DEWASA : -kamu ngapain sih? kok ngomong diulang-ulang begitu?
-Stop! Kuping sakit nih!
-sudah gila ya?

3 PENERAPAN KOSAKATA YANG TIDAK PAS ATAU PENGUNAAN YANG KELIRU.
contoh: kalimat 'tu as raison' (kamu benar). dipakai matheo buat segala suasana.
"mama ini bingkisan apa?"
"baju mama, kemaren baru beli"
"tu as raison"
(ya iyalah, mama yang beli gitu lho. masak ada kemungkinan salah)

atau: kata "peut-être" (mungkin)
"matheo mau apa?"
"kentang. peut-être"
lagi main.
"ini jawabannya apa?"
"yang ini. peut-être"
(padahal dia udah tau banget yang bener yang mana. mainan kesukaannya dia gitu lho!)
bahkan pas nyuruh
"maman. makan ini! peut-être"

jadi terhadapa anak kecil. Reaksi kita adalah : AHH LUCUNYAA!!!!
sementara kalo hal ini saya lakukan terhadap suami. maka dia akan berkata : YA AMPUN! BECANDA YA! SAYA NGGAK NGERTI SELERA HUMOR KAMU!

Now, you know why i'm jeaulous with my son.

Wednesday, December 29, 2010

My Wish for 2011

Tadinya begitu sulit memilih hal yang saya paling inginkan tahun depan. Kesuksesan buku? Berhasil lolos sekolah yg saya mau? Anak tambah pintar? Saya tambah modis? Tambah Erotis? Bingung! Tetapi saat menulis ini saya sudah menemukannya.

Awal muasalnya sejak kemarin, saya pisah ranjang lagi yang kedua kali dengan suami sejak 2 bulan terakhir ini. Dia sakit lagi.

Semalam, kami sampai harus membatalkan undangan makan secara mendadak. Siang ini juga. Padahal keduanya merupakan segelintir orang orang tersayang yang masih terkontak dengan suami saya. (Kontak dia tambah lama tambah sedikit, sampai bisa dihitung jari saja krn sibuk, perubahan prioritas hidup, sulit bertemu gaya orang sini dll). Datang sakitnya cepat, kurang dari sejam, mukanya sudah sangat pucat dan tubuhnya menekuk bila berjalan seperti orang kedinginan. Saya curiga, dia kena virus lagi, yang memang banyak beredar di musim dingin. Sebelum-sebelumnya, suami saya memang mudah ketularan penyakit, kekebalan tubuhnya sepertinya tipis. Tetapi musim dingin kali ini, dia keok, sudah tergeletak dua kali karena Grippe. Dan kata dokter tadi pagi, dia memang kena Grippe lagi + Gastro (sakit perut) + Otite (radang telingga). Semula saya suka capek karena kalau dia sakit, saya takut anak saya ketularan juga, padalah Matheo sudah kena flu dan batuk terus winter ini. Kalau sampai saya juga sakit, bisa berabe.

Saya suka cerewet suruh dia minum vitamin, makan sayur. Suami saya juga sudah berusaha olah raga untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Tapi tidak ada yang manjur. Seharian ini dia berkata, sambil matanya berair.
"Kenapa saya sakit terus?"
"Libur juga sakit"
Juga permintaan maaf kepada orang orang yang dibatalkan makan barengnya. Dia juga minta maaf sama saya
"Desolé ya, semua cancel. Sepertinya Tahun baruan ini, kita juga nggak bisa terlalu merayakan. Nggak jadi masak besar ya. Mungkin saya belum enak makan. Desolé encore"

Dan kekesalan saya berubah menjadi iba. Dalam ketegaran yang saya cari-cari, saya memikirkan teman yang terkena kanker, atau teman yang kehilangan suami akibat penyakit Angin duduk. Paling tidak penyakit suami tidak mematikan. Biar sering pun saya rela, asal selalu bangun setelah tidur.

Kemudian saya menemukan keinginan yang dulu sering saya anggap klasik

SEMOGA TAHUN DEPAN DIKARUNIAI KESEHATAN BAGI SELURUH KELUARGA SAYA

SELAMAT TAHUN BARU SEMUA!

Tuesday, September 7, 2010

MUKA PEMBANTU

Berawal dari satu tulisan seseorang di blognya yang membahas tentang teman temannya wanita indonesia yang berpasangan dengan bule, baik pacaran maupun married. Menurutnya, mereka terlihat sok, lupa sama nasionalisme dan hanya mengejar materi. Biarin aja deh dia berpikir begitu. Salahnya sendiri kenapa juga cari temen yang ajaib begitu. Memang ada sih orang orang seperti itu tapi kan nggak semuanya. Kalo sekedar mau cari materi, kenapa juga musti sama bule. Kan nggak semua orang bule kaya. Bule berimage kaya, itu saat di negara yang mata uangnya lebih lemah aja kali. Mending cari jurangan minyak dari Brunei, atau Engkong engkong pemilik perjudian. Kalo urusan sok dan lupa sama nasionalismenya, emang segampang itu menilai nasionalisme seseorang? Lah penulis aja kuliah dan bangga dengan background kerjanya di perusahaan multinational. Jadi pembahasan tentang ini saya anggap selesai saja.



Yang seru yaitu komentar orang orang terhadap tulisan itu. Satu orang langsung deh teriak «iya saya heran kenapa para bule sukanya sama perempuan yang tampangnya kayak Pembantu». Weith!! PEMBANTU! Saya sih langsung menduga yang nulis kemungkinan besar adalah pria yang daerah teritorialnya terganggu. Kucing aja bisa melolong lolong marah kalo kucing tetangga masuk daerah jajahannya kan? Hehe. (tentunya nggak semua pria yang berpikiran sesempit ini). Selain mikir, saya jadi teringat masa lalu. Cie … Kalimat beginikan udah dari jaman dulu kala hidup di kalangan masyarakat. Dan sebagai warga masyarakat, saya sendiri ikut terkontaminasi. Sempat saya minder dulu. Gimana nggak, saya dari SMP udah sering di senyumin bule yang papasan di jalan. Padahal saya nggak senyum duluan lho. Lah masih culun gitu. Berarti saya tampangnya Pembantu sejati dong?



Sebenarnya apasih definisi bertampang Pembantu? Pasti sulit menemukan orang yang bisa menjelaskan dengan gamblang. Ataupun tega mengatakannya... Mungkin juga nggak mudah untuk dirumuskan. Tetapi ada satu komentar yang keliatannya ngelink dengan yang diatas «yang saya sayangkan, mengapa juga perempuan yang cantik banyak juga yang masih mau sama bule». kalau dikaitkan secara paksa, berarti tampang pembantu adalah tampang jelek. Nah kalo jelek lebih gampang tuh. Kita pake definisi lawannya saja yaitu Cantik (karena orang indonesia sungkan menyakiti hati orang lain bukan?) . Ciri ciri cantik dimata orang indonesia : berkulit putih/terang, tinggi semampai, rambut lurus. Jadi Jelek adalah kebalikannya, sehingga ini jadi lebih mudah dijelaskan. Prinsipnya dimana saja sama: orang tidak pernah puas. Orang kulit gelap pingin putih. Orang kulit putih ya sukanya sama yang kulitnya gelap, Asia kalo perlu Afrika. Keriting bukan kekurangan, pendek tidaklah jadi hambatan. Bahkan hidung pesekpun masih mending dari pada yang mancungnya ketinggian. Lagipula, jelek kan relatif, kalau jahat absolut. Jadi masih mending punya tampang pembantu/jelek daripada tampang penjahat.



Lalu, kalau yang dimaksud tampang Pembantu adalah tampang Jelek. Aih aih, kasian amat ya para pembantu. Udah gajinya dikit, kerjanya keras bener, kadang pake dimaki maki masih tega juga dikatain tampangnya jelek! Padahal nggak semua pembantu jelek kan. Ada yang biar kulitnya gelap tapi wajahnya manis. Oleh sebab itu mungkin anda bisa memperingatkan kepada pembantu anda: jangan sampai married sama bule ya, nanti selain statusmu yang pembantu, tampangmu di cap pembantu juga. Pembantu sampai tulang sumsum! Meski siap siap si pembantu bisa aja menjawab: nggak papa deh Bu jadi pembantu sampai tulang sumsum kalo bisa dapat Brad Pitt atau Jude Law :-D



Sebenarnya kalo emang mau adil dan ilmiah, mungkin perlu juga dibuat penelitian tentang definisi ini. Sekaligus si pengkomentar komentar diatas dijadiin responden. Yang dinilai sejejeran perempuan perempuan indonesia: pembantu, bukan pembantu, pacar bule, pacar pribumi. Dengan penampilan yang dibikin setara tentunya. Apakah memang bisa membedakan secara tepat? Soalnya kalo dilihat dari kebalikannya, teman teman saya disini (wanita indonesia istri bule), tampang or penampilannya lain lain. Ada yang kulitnya gelap dan pesek seperti saya, ada yang manis dan cantik, ada yang Cina, dan sebutkanlah segala variasi perempuan indonesia di sekitar anda.

Akhir kata, yang diputuskan yang di Atas kan ada tiga: Hidup, Jodoh dan Mati. Nah artinya urusan jodoh kontrolnya nggak 100% di kita. Mau jungkir balik ngecengin bule, kalo garis nasibnya dapat non bule, mungkin juga kan? Sama aja dengan orang yang santai santai aja tiba tiba dapat bule. Apalagi kalau cinta udah berbicara.. mau tampang pembantu apa nggak ya nggak penting lagi. Bukan begitu bukan... Love Meluwluw...



Jujur deh, ada nggak sih yang pernah berpikir saya tampangnya pembantu? Terus, coba sharing bagi yang ternyata punya definisi kata kata ini secara gamblang. Lucu juga kali :-)

Tuesday, July 20, 2010

Evaluasi Perkawinan

Usia lima tahun pertama perkawinan, teorinya adalah masa penyesuaian terberat. bila lolos, kemungkinan awet selamanya semakin besar. fiuhhh, kelihatannya setelah lewat tahun ke empat, perkawinan kami tidak mengarah ke jurang perpisahan. Semakin kuat ikatan antara kami yang dibangun dari kekebasan berbicara, saling terbuka, penerimaan dan kesetaraan.

Konsep muluk muluk diatas, saya dapatkan semalam, setelah menonton seri How I Meet My Mother, sesion 3. Di episode itu Barney diganggu salah seorang wanita yang menghasut setiap perempuan yang sedang di rayu Barney. Barney yang memang sosok pria playboy anti married dan anti single partner kesulitan menidentifikasikan siapa perempuan itu. sampai sampai chart yang dibikinnya pun berakhir buntu. Ini akibat terlalu banyak perempuan yang pernah dikecaninya, yang di dokumentasikan dalam album photo. Setiap berkencan , ia mengambil foto polaroid dari para wanita itu.

Suami: lumayan lucu ya episode kali ini. Kita tidur?
Saya: Yuk (sambil merapatkan lingkaran tangan dipinggangnya yang semakin langsing akibat keseringan kena diare). Eh. btw, elo tuh kayak dia ya!
Suami: maksudnya?
Saya: elo kan selalu moto perempuan yang lo pernah kencani (teringat beberapa kali ketemu foto ia dengan mantan ceweknya yang tampangnya mirip artis di kalender gratisan para mbok jamu. Masa lalu adalah masa lalu, kata suami saya. Bener juga sih, tapi kan... TETEP AJA!!) -contoh kebebasan berbicara.
Suami: hehe iya bener -contoh keterbukaan
Kami sama sama tertawa -contoh penerimaan
Suami: emangnya lo nggak?
Saya: iya sih, tapi semuanya udah gue delete sebelum pindah kesini buat married. huhhh. Salah langkah gue
Suami: haha. salahlo sendiri.

Sialan, bikin gondok aja! Tau bakalan gini, sekalian bikin video terus disimpen di usb, biar seolah nggak sengaja, suami bakalan jadi kepiting rebus! kalo perlu sebar di internet. Weitts, emangnya saya Mas Putarporn!

Suami melenggang pergi ke dapur dan sekembalinya...

Suami: kayaknya si Ted (salah satu tokoh yang lain di seri itu) bakalan pacaran sama Stella ya?
Saya: iya. tapi nanti pas upacara kawinan, Stellanya nggak datang. Ted nunggu lama sendirian di gereja. Sempet patah hati banget tuh dia.
Suami: lho kok tau?
Saya: udah nonton sesion 4 nya, di pesawat ke jakarta dulu
Suami: thanks ya dikasih tau. c'est sympa! (sambil bibirnya maju, mecucu. ekspresi khasnya bila terjadi pelanggaran hak asasi manusia)
Saya: De rian. sama sama

Contoh adanya kesetaraan. Kami selalu berusaha supaya skornya sama sama satu-satu!

Friday, June 25, 2010

Tanda Penuaan

Tanda penuaan seperti uban, loyo dan segala gejala fisik, sih pengetahuan umum. Jadi jarang keluyuran, mungkin efek dari kehidupan yg mulai butuh monotonitas. Nah, efek dari semua itu, yang menjadi salah satu tanda penuaan yang baru saya temukan dua bulan lalu adalah: lupa terhadap hal yang amat sangat digandrungi sewaktu muda.

Penemuan terjadi pada pukul 23.30 malam. Saya dan suami sedang di duduk duduk di salah satu bar tempat kami nongkrong dulu di Jakarta. Secara fisik, kami memang paling terlihat tua, tapi itu signal yang biasa kami abaikan. Kami terbiasa merasa berumur 10 thn lebih muda. Kemudian, setelah saya pesan sesuatu, muncullah masalah yang membuat kami tidak bisa lagi berkelit tentang umur real kami. Saking beratnya masalah ini, sampai-sampai saya harus menelpon sohib saya yang insomnia untuk mendapat jawabnnya.

'Bal. Gue telp jam segini karena ada satu hal yang mau gue tanyain.'
'Hai say. Apa tuh?' jawab dia ceria. Menunggu kejutan
'Ini Tequila gimana urutannya ya: Garam, teguk, jeruk atau Jeruk, teguk, garam?'
'Hahaha. Udah jarang dugem ya bo!'
'Ho'oh udah tua ternyata'
'Jadi. Garam, teguk, jeruk. Iya kan Nyet!,' Ternyata dia juga nanya pacarnya. haha.

Umur oh Umur

Thursday, June 24, 2010

Let's Bicara In Bahasa Indonesia!

Akhirnya, sampai langkah kaki saya di Jakarta- kota kelahiran dan tempat saya dibesarkan. Saya sudah rindu teman teman, keluarga dan makanan serta segala detail detail khas nya.

Memasuki apartemen yang saya sewa 1,5 bulan, koper terseret, anak saya tarik jalan menuju lift. Dibelakang terdengar suara satu keluarga bercakap cakap
« Mommy, i want to go to swimming pool!!! » suara teriakan anak laki kecil
« Yes, i'm agreee with him! Let's go there! » suara timbalan anak perempuan yang lebih besar
« OK. But NOT NOW! » suara laki laki dewasa
« Yes, LISTEN TO YOUR DADDY. We are going to have lunch first at home§ » suara perempuan!
Aih, refleks saya berpikir. Mungkin itu keluarga expatriate yang saya tahu banyak bertempat tinggal di apartemen ini.. Meski, sejujurnya saya lebih rindu bahasa Indonesia yang lebih mendukung perasaan saya yang sedang pulang kampung, 2 tahun sekali.

Leher saya pun menengok ke belakang. Astaga keluarga itu tipikal berwajah Indonesia. Sama dengan saya. Indonesia totok!

Apa jangan jangan selama 2 tahun ini, tanpa saya ketahui, Indonesia sudah di jajah Ingris atau Amerika atau Australia? Kok orang Indonesia dalam keluarganya saja berbahasa Ingris...

Oh no! Saya mau mudik. Saya tidak rela negeri saya di jajah! Bisakah saya mendapatkan negeri saya sendiri, dan bukan negeri jajahan atau bukan pula liburan ke Ingris.....

Well, pikiran saya itu berlebihan ternyata. Mereka hanya dari keluarga yang anaknya disekolahkan di sekolah Internasional yang berbahasa Ingris dan mengharuskan dalam keluarga berbahasa Ingris juga, untuk mendukung kelancaran berbahasa anak anak mereka. Banyak keluarga yg menerapkan sistem ini. Fiuh.

Namun perasaan tenang belum juga datang, saya malah sibuk membayangkan segelintir generasi Indonesia yang tengah terbentuk.

Sebuah generasi dimana bahasa ibu mereka adalah bahasa Ingris. Bahasa ke dua adalah bahasa Indonesia yang dipelajari dari interaksi mereka dengan orang di lingkungan sekitar dan yang paling sering adalah dengan para pembantu dan babysitter mereka. Dari informasi salah satu teman yang melakukan hal ini, anak anak mereka 'pandai' membedakan teman bercakapnya. Dengan mereka yang memakai uniform/seragam langsung berbahasa Ingris. Aih. Bila di negara rantau tempat saya tinggal, orang membedakan bahasa mereka berdasarkan ras dan negara asal, tapi di kalangan generasi ini, pembedaan dilakukan berdasarkan penampilan atau mungkin kelas sosial... buat saya sih menyeramkan.. generasi ini tanpa sadar melakukan pembedaan orang lain berdasarkan atribut sosial mereka. Belajar diskriminasi dan bahasa Indonesia seolah bukan lagi menjadi bahasa ibu mereka, yang dipelajari dari ibu mereka. Dan seolah bahasa Indonesia bukan lagi suatu kebanggaan...

Mungkin juga bukan kiamat bagi bahasa Indonesia. Apakah kemudian arahnya akan seperti Singapora atau Malaysia, dimana semua orang berbicara bercampur antara Melay dan Ingris? Kedua bahasa sama kuat. Benarkah akan begitu? Sebelumnya, mari kita lihat perbedaan kita dengan kedua negara tersebut. Keunikan Indonesia adalah penduduknya sangat bangga dengan segala yang berbau luar negeri. Parfum gue dari Paris. Kalau cari sepatu yang bikinan Italy yang keren. Bahkan untuk barang yang jelas jelas tiruan saja, orang masih bisa memilih 'yang ini bagus nih, bikinan Hongkong!'. Sangat jauh dari sikap orang Jepang, yang pernah saya temui di sini 'Kalau produk Jepang, baru deh tenang, percaya sama kualitasnya soalnya'. Juga seorang teman dari Jerman. Dan sepertinya, orang Singapura dan Malaysia tidak punya masalah dengan penerimaan terhadap identitas mereka. Jadi, Berdasar anggapan menginternasional generasi baru ini, beresiko bahasa Indonesia menjadi bukan pilihan utama. Tidak sadarkah bahwa anggapan ini perlahan akan semakin menjauhkan kebanggaan atas bangsa sendiri... Jangan sampai nasib bahasa Indonesia seperti Produk Indonesia yang dahulu harus dilakukan promosi pada penduduknya sendiri: Cintailah Produk Indonesia --- Cintailah bahasa Indonesia.

Sepertinya imaginasi ini diperkuat oleh kontak kami selanjutnya dengan para penghuni saat jajan bubur ayam di pagi hari. Seorang pria trendy dalam baju olah raga menegur anak saya yang saat itu kulitnya cukup terang dan mungkin setengah mukanya mencerminkan kalau ayahnya orang kulit putih.
« Hello, what is your name? »
« Sorry, dia nggak ngerti bahasa Ingris » jelas saya
« Apa! Nggak ngomong bahasa Ingris? Terus pake bahasa apa dong? » tanyanya dengan muka heran.
« Indonesia »
« cuma bahasa Indonesia? »tanya lagi dengan alis yang menyengit heran seperti nggak rela kalo anak saya cuma bisa bahasa Indonesia
« sama Prancis » kata saya akhirnya
dan akhirnya tampangnya berubah lega. Peristiwa ini sering kali terjadi.

Seharusnya saya murni berpikir kalau anak saya saat itu keliatan bule banget, jadi nggak logis kalo cuman bisa satu bahasa saja, tetapi kenapa kok rasanya cemas saja. Soalnya begini... Saya itu biar tinggal di luar negeri tetap berusaha bicara Indonesia sama anak saya. Selain memanfaatkan kapasitas anak untuk menyerap bahasa yang beragam (yg juga mungkin alasan orang tua itu berbicara bahasa Ingris pada anak mereka), saya mau anak saya memiliki ketertarikan terhadap Indonesia yang dimulai dengan mengenal bahasanya. Juga supaya dia besar nanti dia akan bisa berkomunikasi dengan sesama orang Indonesia bila sedang mudik. Tetapi melihat gerombolan generasi ini, kebayang anak saya akan bertanya « Mama, kapan aku bisa praktek belajar bahasa Indonesia, disini semua orang kok ngomong Ingris? »

Haruskah saya berkata « Mending Kamu ke kampung kampung Nak, atau ke daerah. Di tempat yang nggak banyak sekolah Internasionalnya. Atau coba mulai belajar membedakan penampilan orang Indonesia yang Kamu ajak ngomong »

Guys, Let's Bicara in Bahasa Indonesia!

notes: setelah sempat terpikir betapa sinisnya tulisan diatas, adanya pembahasan tentang kecenderungan org indonesia berbicara ingris di Jakarta post, cukup membuat saya tidak sendiri.link:
http://www.nytimes.com/2010/07/26/world/asia/26indo.html?_r=1

Sunday, June 13, 2010

Tragedi Buah Apel

Anda sebaiknya menghindari siapapun yang berusaha menjual buah-buah atau apapun yang anda tahu tidak butuhkan pada kondisi: baru pindah ke tempat yang sama sekali berbeda dari tempat sebelumnya, sedang tidak ada kontak dengan teman dan sudah beberapa minggu tidak jajan. Kisah saya ini terjadi di musim gugur 2009. Disaat kondisi itu secara singkat bernama sepi dan bosan.

Dalam keadaan yang nelangsa itulah, Bel di rumah berbunyi. Hampir setengah tahun saya pindah di rumah yang lingkungannya betul betul berbeda dari kota besar dimana saya terbiasa menghirup hiruk pikuk dan polusinya
'Ting Tong'
'Oui'
'Bonjour, Madame. Apa Anda punya waktu sebentar?' Tentu saja. Tidak hanya sebentar yang saya punya.
'Saya Menjual buah-buahan. Bisa Anda keluar dan menengok sebentar?' Pasti ini yang dibicarakan mertua saya tempo hari. banyak orang mencoba berjualan door to door. lebih baik dihindari karena sangat provokatif.
Seharusnya saya berkata 'Tidak. Terimakasih' Silakan berlalu Tapi saya justru mengatakan 'Oui. Saya ambil anak saya dulu' ah, pasti saya sudah sedemikian kebosanan dirumah saja.
Kemudian, saya menemuinya dan menuju ke kontainer penuh dengan berkarton-karton apel dan jeruk.
'Kami menjual produk fresh dengan rasa yang lezat. Berbeda dari supermarket. Jenis mereka adalah bla bla' Promosinya dimulai. Silakan cuap cuap, sebentar lagi saya akan bilang goodbye. Tapi kenapa ya suaranya seperti ocehan teman saya di warung kopi. Lumayan menghibur.
'Jeruk ini berbeda karena jusnya bla bla. Sedangkan apel merupakan bla bla' Kami bukan pengkonsumsi kedua jenis buah ini. Jeruk hanya buat jus di waktu weekend. Sedangkan apel, kami paling mentok makan 3 buah dalam waktu seminggu.
'Bagaimana Anda tertarik?' Tentu saja tidak. Saya bukan jenis yang gampang digoda!
Dan seharusnya saya berkata 'Tidak' *Sudah waktunya pergi* Tetapi kemudian yang keluar dari mulut saya
'Berapa harganya?'
'Sistem pembelian kami dalam karton. Harganya bla bla bla' Karton? Yang benar saja!
'Tapi kami hanya berdua. anak saya masih kecil. Tidak mungkin mengkonsumsi sebanyak itu' Kali ini perkataan saya matching dengan pikiran saya.
'Kami khusus bisa menjual dalam setengah karton untuk Anda. Bauh ini bisa tahan 5 bulan' Setengah karton. Itukan tetap saja banyak. Lima bulan? Tu parles! Disuruh makan buah busuk!
Seharusnya saya berkata 'Tidak' dan benar benar pergi. Tetapi kemudian saya berkata
'Baiklah' Toh apa salahnya sekali kali beli sesuatu, sudah 2 minggu lebih saya nggak keluar uang. Nggak jajan apa-apa. Lagi pula itu ongkos mau ngobrol sama saya sekarang ini.

Kemudian, dua orang itu sibuk melayani saya. Satu mengeluarkan bon, satu mengangkut apel.
'Ini bonnya ya. 17 kg jadi ... euros' Astaga! Saya jadi beli buah buah ini. MAN, GUE BELI APEL 17 KG!
'ok. Yang 10 euros saya bayar cash, sisanya pakai kartu kredit' begitu yang keluar dari mulut saya dengan mimik yang tenang.
Ketika kedua orang itu pergi, panik melanda saya. Menjalar cepat bagai virus flu yang merebak di musim pancaroba. Segera saya angkat karton itu. Saya berniat menyembunyikannya di gudang belakang sehingga suami saya ketika datang tidak langsung melihat benda yang tidak pada tempatnya itu. Bagaimanapun saya nggak kuat membayangkan komentarnya 'Apa itu? Apel 17 kg? buat apa? Are you Crazy!' Yes, I'm Crazy! Don't you know that before you married me?!' Skenario itu berkelebat di kepala saya.

DAN seperti dalam film film yang banyak unsur kebetulan.
*CLEK* bunyi pintu dibuka
Suami saya masuk ketika peti apel itu ada di tangan saya, persis di tengah ruang keluarga! Mengantipasi sebelum terjadi apa apa, saya berkata
'I made mistake. Saya membeli sesuatu secara impulsif. Tapi nanti saya ganti dengan uang saya sendiri'
'What happen? Kamu beli sesuatu ratusan euros?'
'Tidak. Saya beli ini. Rasanya enak dan tahan berbulan bulan' Kata saya sambil menunjukkan bon yang untungnya harganya sudah berkurang. Andaikata dia lihat harga totalnya, pasti suami saya bakalan tetap ngomel.

Berbulan-bulan kemudian, saya tetap tidak berhasil menemukan cara menghabiskan apel itu. MAANNNNNNNNNNNNNNNN !!!

Wednesday, November 25, 2009

LA MODE

THERE ARE MANY IMPORTANT THINGS IN THE WORLD TO BE LEARNED THAN LEARNING TO LOVE HIGH HEELS

*Desperately-seeking-a-way-to-look-feminin-and-elegant

A : MALL AUX PIEDS
B : PAKE SEPATU CEPER AJA MBAK
A : SORRY, I CANN'T :-)
ME: .... SIGN...

*Wish-I-was-born-naturally-feminin

Why I Believe

I'm not religius, everbody knows that. (may be someday, may be never haha). Then, they ask me "Why do you believe in God?". These my answers:

The rule of Causal Effect Theory. Where are you come from? Where are your parents come from? Where is your earth come from?. If you search the cause of everything, onetime you will be in the end of the chain. Then you cann't reject that it should be the bigest cause: God. Prima Causa.

Nothing is unbroken. Nobody is immortal. But you need "someone" that you think he will be there forever. Then you donn't have choice, you choose God.

Too many little things intelegent exist, like your fart. it's has a function to give a signal that's you are ok after an operation. It's should be "something" very genius who able to create that. God is the only concept that make sense

and here it is my favorit reason:

Shit happen in the world and in your life. You don't want to be blame all the time. That's why i believe in God.

Thursday, July 9, 2009

Tout Quitter. Changer La Vie


salah satu acara di tipi, tentang orang orang yang meninggalkan semuanya untuk memulai hidup baru yang benar benar berubah. rata rata sih, orang kota yang terus hidup di desa jadi petani atau hidup di pesisir pantai yang sepi.

sepertinya semacam gema yang mewakili kehidupan saya 2 bulan terakhir ini. bagian itu thu: meninggalkan kota besarnya. saya ini kan lahir dan besar di jakarta, yang tidurnya di dampingi kalau tidak bunyi truk yang mampu bikin bumi bergetar atau suara bajaj yg meraung raung. terlebih memang orang tua paling pinter milih tempat paling serame mungkin. begitu keluar rumah, berjibun mata yang siap bentrok saat saya bergerak kemana aja. kemudian, pindah ke Paris, kota besar juga. meski penduduk paris hanya 2 jt saja (yg notabene 10%nya penduduk jakarta, meski surface kita nggak tau gimana perbandingannya), tapi suasananya nggak jauh sama ibu kota lainnya. di Paris yg merupakan kota paling banyak pengunjungnya sedunia, dimana mana manusia. kalo bukan namanya turis ya pendatang. berbagai orang bicara dengan berbagai bahasa, meski orang parisnya sendiri tetap sombong dengan bahasa prancis mereka.

Kota besar memiliki ciri trafic manusia yang tinggi, juga fasilitas super lengkap melingkupinya. mau cari apa saja bisa di capai dengan jalan kaki atau paling banter naik subway. kalau di jakarta ya naik bajaj or taksi. pemandangan di jakarta adalah rumah berjubel jubel, di paris apartemen berentet rentet. biaya tempat tinggal merupakan hal yang paling mahal. bisa mencapai 30% pengeluaran perbulan. oleh sebab itulah kami sekeluarga pindah menyingkir ke tempat baru ini, untuk menempati sebuah rumah dgn kamar yang layak bagi anak tercintah.

Villeparisis, nama kota kecil yang terletak di pinggiran paris. pinggiran=banklieu (baca:bangliu). secara geografi, letaknya dekat dengan bandara CDG dan eurodisney. secara transport, hanya 30 menit naik mobil dari paris, atau 22 menit naik kereta RER (semarga dengan jabotabek gitu). jadi kebayang dong, kalo kota baru saya ini nggak jauh jauh amat dari ibu kota. tapi. eh tetapi. ternyata kehidupan di kota kecil yang mayoritas merupakan daerah perumahan, sungguh berbeda.

Disini waktu berjalan dengan seenaknya. artinya, kalau kamu mau repot ya silakan temukan kegiatan. kalau mau santai, juga nggak ada aura tergesa semacam di kota besar. tapi seenaknya bukan berarti tanpa organisasi, krn fasilitas disini justru berjadwal. apapun itu, seperti toko roti, toko buku, supermarket rata rata punya jam istirahat siang. antara jam 1.30-3.30 mereka tutup. hebat kan! padahal paris yang menurut saya sudah lebih pemalas dari jakarta (disana semua tutup max jam 7, kec tempat tertentu, minggu tutup). di banklieu ini sepertinya kita harus mencatat pake note agar nggak terlantar di depan pintu yang bertuliskan kata TUTUP. shit, saya rabu kemaren kecele tuh.

belum lagi suasananya, saya yang sudah siap siap bakal menghadapi SEPI, tetap merasa aneh juga. disini, super tenang! bunyi paling kenceng adalah suara kulkas kami.. trrrrr.. trrrrrr.. jadinya saya suka nyalain tivi tanpa menontonnya, sekedar supaya ada suara. tapi kok ya nggak bijak banget. biaya tinggi, pemborosan energi. untunglah matheo masih suka berbunyi. selang seling dengan bunyi mainannya.

kalau sepi tapi Sosialisasi tinggi, mungkin nggak terlalu terasa. namun, tembok rumah kiri kanan yang tinggi ternyata menghalangi saya liat liatan dgn tetangga apalagi kedip kedipan. jadi sampai saat ini saya cuman kenal tetangga kanan, yg memang sering nongkrong bersihin halaman depannya kl saya lewat. kebetulan juga lingkungannya nggak ada anak kecil seumur matheo. ampun deh! saya sampai coba jalan jalan, di pinggir jalan, harapan saya mati krn lebih banyak mobil dari pada orang lewat. kadang saya ke taman bermain yang cuma ada luncuran di belakang rumah di kompleks apartemen, eh disitu saya dan matheo aja. kadang adasih anak lain, tapi ya cuman satu dua dan sebentar aja. mungkin ini krn masing masing udah punya rumah plus kebon buat lari lari kali ya. jadi nggak perlu pergi ke tempat umum buat main. cari kegiatan atas nama anak, saya sempet tanya ke la marie (walikota) buat cari info aktifitas untuk orang tua dan anak. katanya BANYAK tapi buat yang diatas 3-4 thn. hahaha alamak! beruntung kita hidup di tahun 2000an , jadi udah ada internet dan telp. khusus saya, ya tinggal sabar, setahun lagi matheo sekolah. dan oia, untungnya 8 menit jalan kaki ada kompleks toko deco dan mc donal. Lumayan bisa liat orang banyak.

perubahan selanjutnya yang bisa membunuh kedua hal diatas bernama SIBUK. ngurus rumah dan kebon ternyata menyita banyak banget waktu - lah kok pake ternyata. kan udah siap mental sebelum dulu mau pindah . hehehe - urusan buang sampah aja nih ada jadwalnya. kl dulu di jakarta tinggal pembantu yang urus, di paris tinggal dibuang di saluran apartemen, nah disini musti taruh tempat sampahnya ya. kekekeke. senin sampah kebon, selasa sampah biasa-tempat warna ijo, kamis sampah daur ulang-tempat warna biru, jumat sampah biasa lagi. efek positifnya? kurusan tanpa diet!!!

cuman enaknya, ya ada dong! adaptasi diatas kan bukan dalam rangka penyesalan yang terlambat. liat matheo lari lari dan ikutan siram bunga, bikin senang. menemukan diri seneng berkebon (dikit), bikin takjub sendiri. makan di teras kalo cuaca bagus, bikin bersyukur. dan yang terakhir, suami nyampe lebih cepet, jadi bikin keluarga semakin intim kayak nasi tim.

Saturday, April 4, 2009

Gos .Gos .Sip !

Sejak saya menginjakkan kaki di negeri ini, tak kurang saya dengar pesan wanti wanti seorang teman saya. katanya: hati hati bergaul dgn sesama org indo. mereka suka bergosip. nanti kebawa bawa lho! Sebenarnya saya heran dengan pesan yang aneh ini, ditambah lagi saya nggak cuma dengar sekali dua kali. Saya langsung kepikiran apa ini memang suatu wabah yang banyak terjadi di lingkungan pendatang indo. Tapi berhubung saya yang masih pada masa penyesuaian, tentunya hidup saya terfokus pada keluarga dan cara hidup di empat musim ini saja. saya nggak sempat bersentuhan dengan fenomena yang ada di kelompok ibu rumah tangga dan juga kelompok lainnya: FENOMENA GOSIP.

Sentuhan saya pertama kali dengan fenomena ini justru datang dari teman saya. Dia yang baru tinggal beberapa bulan di prancis, sangat rajin berkenalan dengan sesama pemilik pasport indonesia, terutama di dunia maya. Dan dari dialah, saya mendengar beberapa macam gosipan lengkap orang orang yang terlibat. sebagian besar saya tidak kenal, tentu saja. saya mulai tertarik karena isi gosipnya yang mengingatkan saya pada gosipan ibu ibu di kompleks yang kurang kerjaan, seperti, si ini tukang pamer, si itu sebetulnya rumah tangganya goyah, si ini ngatain si itu munafik, si itu ngatain si ini suka berbohong dll dll. yang intinya, subjek gosipan itu rendahan sekali: materi, menyebarkan karakter buruk temannya sendiri, pamer, isu kumpul kebo kadang sampai ke urusan agama, seperti si ini ngakunya taat tapi ternyata makan babi. Halah. Tentu saja saya terheran heran. Sudah jauh jauh tinggal merantau, di negeri orang bukannya mencari teman dalam konteks yang saling support tapi ini justru saling menjatuhkan. Metodenya juga macam macam: tetap berlagak manis di depan "temannya" yang di gosipkan atau berperang secara terbuka dengan mencari dukungan sebanyak banyaknya untuk menyerang "mantan temannya" itu.

Persentuhan saya semakin kuat ketika sahabat dekat saya disini juga menjadi korban gosip. Lucunya dia mendengar kalau dia digosipkan dari temannya yang tinggal di luar kota. katanya "kamu digosipkan tukang pamer jalan jalan oleh gerombolan axz di paris". Dia sendiri pernah di tegur oleh seseorang yang dia tidak kenal di kantin kbri (kantin ini menjual makanan indonesia, sehingga menduduki peringkat satu tempat untuk bertemu sesama indonesia), yang berkata "oh kamu to yang namanya ini, temannya si Z kan.. kamu yang suka pamer kan?" . Teman saya sampai mendelik kaget. Dia hanya memasang foto jalan jalannya sekedar untuk diri sendiri atau paling tidak temannya. Memang begitukan prinsip ada blog? Dan kalaupun bermacam orang memasang foto, kita juga bisa tahu siapa yang berniat pamer siapa yang tidak, bisa terlihat dari komentar mereka atau gaya mereka. bukan begitu? Teman saya sendiri, merupakan orang yang super rendah hati. Bisa saya bilang begitu, karena dia merupakan satu orang kaya disini tapi bangga bila bisa mengenakan sandal seharga 1 euro. Saya sendiri -yg tidak kaya - tidak akan gembar gembor pakai sendal seharga satu gantungan kunci made in China.

Gosip gosip ini pun selain isinya yang remeh temeh, intensitasnya mengagumkan. Bukan hal yang jarang, kalau gosip ini sering berisi sesuatu yang mengandung kebohongan. Seorang teman saya yang memiliki toleransi agama super tinggi -krn tetap bisa bergaul dengan saya yang sekuler ini- pernah di gosipkan karena mencela seseorang makan babi dan kumpul kebo. Padahal saya kenal sekali dia. Dia tidak pernah sekalipun melontarkan kalimat kalimat judging kepada saya yg 180° berbeda dengan dia. Ada juga teman yang lain di gosipkan cerai lantaran mudik hanya dengan anak anaknya. Gosip lain, sahabat saya diomongkan kalau menghina seseorang di kelas bahasa prancis. padahal kejadiannya -menurut sahabat saya- sangatnya normal. Seseorang itu bertanya, sahabat saya menjawab, seseorang itu berterimakasih. tapi ternyata gosip itu menyatakan kalau sahabat saya menghina seseorang itu dengan mengatakan dia bodoh sekali, tulalit, pokoknya si seseorang itu bercerita kepada gerombolannya sambil bercucuran air mata. Drama luar biasa kan!

Begitulah. Saya yang semakin penasaran, pernah iri dengan teman teman saya itu. Bagaimanapun saya nggak pernah kesangkut satupun kelompok gosip ini. Gosip yang saya tahu seringkali hanya berupa laporan saja. Pernah juga saya iri kenapa teman teman saya sudah menjadi sasaran gosip. Dipikiran saya, seseorang yang sampai di gosipkan pastinya punya sesuatu yang membuat orang lain menoleh dan menaruh perhatian. Intinya mereka memiliki potensi sebagai super star. Betul tidak? . Tapi yah kemungkinan terjadi di saya tergolong kecil. Saya tidak terlalu banyak bergaul, karena saya tidak punya banyak waktu, dengan anak satu masih kecil, mertua jauh, suami yang selalu pulang kerja ontime. Teman saya bisa dihitung jari. Beberapa malah berkurang, termasuk satu orang yang sebenernya banyak di bicarakan teman teman saya yang lain sebagai tukang gosip. Tuhkan, tukang gosip pun menghindar dari saya. Ambisi saya untuk mengenal fenomena ini lebih lanjut kelihatannya tidak berprospek.

Saya memang punya berbagai pertanyaan sehubungan fenomena ini: Seperti apasih profil para penggosip ini? Apa persamaan karakter mereka? Apakah mereka sudah menjadi pengosip sejak dari tanah air atau karena tinggal disini? Apa saja faktor kehidupan di luar negeri yang membuat mereka mengosip? Kenapa mereka sampai tega berbohong dan mampu berdrama? Well, tau potensi saya kecil, pertanyaan saya biarkan tanpa jawaban.

Ternyata meski saya sudah berniat mundur, tulisan sehubungan ini tetap ada. Salah satunya saya baca 2 minggu lalu, di tulis oleh satu kontak saya di situs komunitas yang mulai menjadi teman dekat. Dia menulis dengan judul : Bukan urusan saya. disitu dibilang ada A kenal B dan C. B bilang untuk hati hati dengan A sehubungan omongan dari C. dan teman saya ini bilang, itu bukan urusan mereka untuk mempengaruhi dia karena dia bisa menilai sendiri. dan bukan urusan dia untuk tahu urusan teman teman yang tidak cocok. Saya pun dengan ringan memberi komentar "wah sudah ketemu yang ini yang mbak? aku malah belum. lgpl kl sampai dijadiin gosip, bisa besar kepala aku, serasa artis haha". Teman saya sih merespon secara santai saja "iya nih , aku kan bisa nilai sendiri teman temanku". Kemudian beberapa hari kemudian kami telponan. Teman saya tanya ke saya:
- sudah baca tulisanku?
- ya udah kan mbak, kan kita udah saling komentar
- kamu tahu tidak, kalo si A itu kan kamu?
- *******......******..... oh ya!!! asik aku akhirnya di gosipkan!!

Dari teman saya, katanya saya dikatakan sombong dan sok tahu. Sombong karena pernah mengatakan pada C dengan nada yang menghakimi "oh tinggal 2 thn belum bisa bahasa prancis ya?". Sok tahu karena pernah menulis di blog komunitas maya itu dalam bahasa ingris dan salah semua! Hihi. Tuhkan! saya tidak perlu membela diri. teman teman saya disini pasti juga tahu saya seperti apa. yang pasti saya sendiri merasa bahasa prancis saya payah, jadi nggak mungkin saya berani mencela orang lain, apalagi orang yang saya belum pernah ketemu. Terus , siapapun bisa cek, kalau saya nggak pernah nulis dalam bahasa ingris. bahasa ingris saya sekarang sangat berantakan, kalau dibandingkan teman teman saya yang sejak SD sudah membaca bacaan bahasa inggris, atau teman saya yang tinggal di inggris, atau kalau dibanding teman saya yang pernah bersekolah di amerika atau inggris. jadi pasti saya tidak pernah menulis dalam bahasa ingris. Itu pasti!

Nah karena ini masalah sudah menjadi milik saya.. apakah saya perlu terjun lebih dalam untuk pencari jawaban diatas yang tertunda? tapi kelihatannya saya tidak punya waktu banyak dan energi.. Bahkan untuk posting tulisan ini di situs komunitas saja saya nggak berani. saya nggak siap kalau kalau reaksinya bakalan jadi "ramai". meski sebenarnya keramaian bisa jd jembatan berkenalan dengan komunitas gos gos tsb. (komunitas gos gos sering tidak menyadari atau sengaja menampilkan sosok inocent).. Apalagi kalau harus ikut berbohong dan berdrama.. Ngeri.. Yah, paling tidak, sesuai teori saya sebelumnya, saya bisa merasakan sebagai super star. Superstar bohong bohongan !!!

Friday, January 16, 2009

Email Ditengah Mimpi

Dear Mrs. Sriyanto,,
We have been trying to contact you in order to discuss a position which has recently become available, but without much success.
Could you please contact me at your earliest convenience and advise us if you are still interested in looking for another position.
We look forward to hearing from you.
Best regards, AZ CONSULTING


DAN TUANKU PUN TERMANGU MANGU DI DEPAN KOMPUTER HAMPIR 15 MENIT LAMANYA.

Hai Hai ngapain bengong... Tegurku.. dapet surat begitu aja bengong, bingung. pasti nggak tau ya mau nulis apa.. kan gampang, email kayak gitu kan kemungkinan jawabannya 2: kamu terima atau kamu tolak. aku tau deh. pasti sebenernya kamu mau terima lowongan kerja itu karena yang pengiirim adalah head hunter yang 5 tahun lalu nyuekin kamu, padahal kamu udah susah payah datang buat interview dan isi profil kamu. tapi gimana mungkin kamu terima, lha wong kamunya di Paris, itu head hunter di Jakarta. emangnya kamu punya ilmu terbang jiwa kesana, dan raga disini.

Halah bengongnya kok terkenang kenang masa itu. 6 tahun lalu sudah lama thoh. waktu itu kamu sedang diambang kegelisahan, antara hubungan kamu bakalan jadi pernikahan dengan pacar bulemu itu atau kamu akan dilupakan begitu saja. terus, kamu ambil langkah B, kamu siap siap yang terburuk terjadi. kamu pergi ke Head hunter yg list nya kamu pilih dari berpuluh puluh dan tersisa 5 saja. kamu beranikan diri kirim cv kemereka. dan ketika headhunter berskala internasional itu menelpon kamu, kamupun bersemangat. hari itu, kamu atur sedemikian rupa, supaya bos dan orang kantor kamu nggak tau kalo kamu lagi cari kerja di tempat lain. salahnya mereka kan ya, kok kasih gaji kamu kecil begitu.

kamu teringat saat itu kamu salah pilih warna baju. iya, biar kamu dulu suka interview orang, tapi pas kamu di interview kamu bikin kesalahan juga. hahaha rasain, makanya jadi orang jangan sok tau. hasilnya kamu jadi deg degan selama berhari hari nunggu berita dari head hunter itu. sampai akhirnya kamu dapet panggilan dari head hunter ke dua dan ke tiga. yang semuanya nggak ada yang lolos. aku sih ingat waktu itu kamu sempet gundah berbulan bulan. yah kamukan emang orang yang jarang bisa menerima kegagalan.

untungnya Tuhan sayang sama kamu kan. ternyata Dia kasih skenario yang baik. pesangon dari perusahaan yang bakalan merger pun cair. jadi deh kamu pergi ke negeri pacar bule kamu itu. saat itu kamu lupa sama keinginan punya karir bagus. wajar lah ya, kamu kan lagi getol mengejar cinta, mengejar mimpi. mencari cara meloloskan diri dari bosannya hidup melajang.

pulang dari negeri pacarmu, kamu pun balik lagi ke jakarta buat persiapan administratif karena rencana menikah semakin dekat. saat itupun ternyata kamu sempet kesulitan cari kerja yang hanya berumur beberapa bulan. meski saat itu aku ingat, kamu sempet shock, karena harus menerima pekerjaan yang super cemen, seperti bikin draft drama buat televisi, atau jadi penerjemah verbatim riset yang membosankan itu. dan diakhir bulan ke 7, ketika kamu sudah siap pergi ke negeri impian, kamu dapat telp: "halo mrs sriyanto, kami sedang mencari manager riset kualitatif, apakah anda masih berminat?" waktu itu kamu langsung jawab kalo kamu mau pergi. jadi ngagk bisa. kamu jawab dengan nada bangga "saya sebentar lagi mewujudkan mimpi saya". kamu tidak bengong, tidak termangu. yang ada hanya rasa geli. kenapa kadang kesempatan tidak datang disaat kita sedang siap.

tapi email kali ini, beneran bikin kamu linglung. yah aku mengerti, mungkin saat ini kamu sedang tidak puas dengan keadaan kamu, jadi dua kali kejadian begini seperti lelucon yang sangat tidak lucu. tapi.. hai tunggu dulu.. apa kamu bilang .. kamu tidak puas dengan keadaan kamu!!! yang benar saja !! lihat keadaan kamu sekarang: kamu sudah Menikah, keinginan kamu tinggal diluar negari tercapai, paris pula! terus lihat anak kamu, lucu begitu! kurang apa coba. coba ingat ingat, betapa banyak orang yang kamu kenal masih belum menemukan cinta mereka. coba kamu hitung, berapa banyak orang yang bisa hidup seperti dalam mimpi mereka. kamu masih bilang kamu belum puas! apa lagi yang kamu mau? kenapa kamu ini orang yang susah sekali bersyukur! makanya jangan terlalu sering mendengarkan kolegaku itu. dia hanya bikin kacau. si emosi!

oke oke, aku mengerti kalo kamu bosan hidup menjadi ibu rumah tangga. bosan dengan rutinitas yang itu itu saja. keterbatasan bergerak karena di negeri tinggalmu tidak ada orang tua, saudara, pembantu, apalagi babysitter. kamu mulai rindu untuk kembali bekerja, tapi untuk bisa bekerja di negeri kamu, kamu butuh diploma, sehingga sangat lah tidak mungkin saat ini. dan email ini seperti gigitan nyamuk yang mengabarkan datangnya malam. kamu pun berpikir ini mimpi yang tidak sempurna. ah kamu pikir mimpi itu sempurna? nggak perlu senaif itu! bukan mimpi kamu yang tidak sempurna, tapi setiap hal selalu ada sisi negatifnya. apa kamu pikir kalau tercapainya sebuah mimpi itu nggak ada bayarannya? begini, aku jelaskan. setiap kita hendak tidur, kita akan mengatakan: selamat tidur, mimpi indah. tapi kenyataannya, berapa presentase mimpi indah hadir lebih sering dari mimpi buruk? mimpi indah hanya berkategori mimpi indah, tapi mimpi buruk banyak macamnya, ada mimpi korban kriminil, mimpi ketemu setan, kepatok uler, bokek, sakit, bahkan meninggal. kemudian, kalopun mimpi indah hadir, apakah akan selamanya indah? kalau kita bermimpi indah, ketika bangun, kita akan bergumam: ah ternyata cuma mimpi dan hidup kamu terasa semakin merana. oleh sebab itu , nikmatilah mimpimu, bersyukur! kemudian terima bayarannya. toh roda manusia tidak selamanya dibawah. sudahlah, capek aku ceramah. lagipula, kemana sih otak realitis kamu! oiya, itulah aku.. hihi kadang kita nggak sadar diri. baiklah, aku akan bicara pada kolegaku

"hai hai. kita harus bekerja sama, kasian tuan kita. dia terombang ambing. untuk kali ini, coba realistis saja. nggak perlu dibawa terlalu susah. sudahlah Emosi temanku, ringankanlah dirimu, dan mari kita perintahkan tangan untuk mengetik sesuatu untuk tuan kita"

... Dear mrs AZ, i really appreciate your email and your offering, but unfortunattely, i dont work anymore at NICI. i live in France since 3 years ago.
Best Regard,
Wun ...
.

Friday, September 26, 2008

Si Sayur Asem


peringatan pemerintah: cerita ini penting nggak penting. ringan nggak ringan. buat yang nggak tertarik nggak usah baca, apalagi nyela.

Cerita kehidupan sehari hari saya sebagai ibu rumah tangga amatiran.

Pertengahan September yang lalu, saya seperti biasa menawarkan apartemen saya sebagai tempat ngumpul. its means, saya males keluar naik turun tangga subway sambil nenteng poussette. nggak ada yang istimewa, lah wong ini ngumpul ngumpul biasa. sebagai tuan rumah, saya harus menyajikan masak siang buat 3 orang undangan temen teman indonesa saya di paris.

sayur asem, ayam rica rica nggak tau ala siapa pun saya masak.. ayam rica rica udah beberapa kali saya suguhkan buat para tetamu dan mereka bilang enak. tetapi mereka adalah tetamu yang semua orang prancis, jadi saya nggak pernah terlalu tau, artinya basa basi atau memang enak menurut lidah orang sini yang notebene nggak kenal rasa asli masakan indonesia. cuma sayur asam, saya cuma pernah coba sekali dan waktu itu rasanya kurang sreg karena rasa bumbu bumbunya tabrakan dengan kurang harmoni. jadi kali ini saya buat pelan pelan, saya cicip sedikit sedikit sampe sayur asem ini udah layak dimakan , dan enak menurut saya. MENURUT SAYA LHO!

tamu tamu berdatangan. hahaha hihihi tralala trilili. waktunya makan, saya keluarkan hasil masakan saya itu.. dan.. dan.. habis lho! HABIS ! sampai tetes tetes terakhir di koret koret sama tamu tamu saya. beberapa hari kemudian, ada temen saya by phone nanya saya masak apa, karena dia baru aja chatt sama satu teman saya yang datang itu, dan dia bilang kalo dia kemaren makan enak di rumah saya. coba bayangin WUWUN GITU LHO! masakannya dibilang enak. sama orang indonesia dengan masakan indonesia pula! apa nggak hebat!

sebenarnya ibu rumah tangga masak bukan hal biasa. nenek nenek juga tau. saya juga tahu. tapi kalo ibu rumah tangganya saya, hal begini bikin saya flashback ke diri saya jaman dulu

sebelum saya jadi ibu rt 2 thn ini, saya nggak pernah kenal dunia dapur. boro boro bikin nasi goreng, merica mana ketumbar mana, kemiri itu bentuknya kayak apa, saya nggak tau. keputusan nggak mau masak, saya ambil sejak saya kelas 3 SD . ini lantaran ibu saya yang sebenernya cuma jago koleksi resep tapi suka mendokrin kami kami "perempuan musti bisa masak, biar suami betah dirumah, nggak kemana mana" halah saya protes dalam hati "terus laki laki nggak perlu masak? sexis amat!" "terus kalo suaminya nyeleweng emangnya salah perempuan terus" "terus kalo lakinya emang bejat, emangnya perempuan ada cuman buat nyenengin laki laki" . wakakakaka dari kecil udah peminis ceritanye.

sejak itu saya nggak pernah sudi masuk dapur. buat saya, memasak itu pekerjaan bodoh. masaknya berjam jam, habis cuman beberapa menit. lagian jaman gini, pembantu juga selalu ada. kalo kita yang masak, mereka kerja apa coba? ya nggak. lagipula malu sama status tomboi yang dikasih temen teman saya. masak jalan aja pententengan tapi ternyata suka pake celemek. mana matching!

tantangan datang ketika saya masuk kerja. disini Tuhan udah mulai menunjukkan kekuatannya atas nasib umatnya yang sebenernya nggak salah apa apa. saya dikasih kerjaan di perusahaan makanan paling guede se indonesa untuk mengelola 3 brand kecap. artinya konsumen saya adalah ibu ibu, khususnya area dapur! hoalah. kok ya bisa saya diterima disitu. padahal waktu ditanya bos besar, apa saya bisa masak? saya jawab jujur "saya nggak bisa masak, tapi saya tau makanan enak (kan saya tukang jajan)". dasar nasib. namun disitu, bakat kreatif dan tukang ngibul saya masih membantu. untuk tau pola berpikir dan tingkah laku si ibu di dapur, saya baca hasil riset juga tanya tanya sama pembantu saya. untung saya punya pembantu jago masak. meski kadang kadang cobaan datang bertubi tubi dan tambah besar. seperti, suatu hari bos manggil saya.

bos : wun, besok kamu training group demo masak buat latihan masak resep kecap wijen kita yang paling baru
saya: kenapa musti saya bu?
bos : lah kamu kan tau, kita belum punya bagian event , jadi ya kamu brand managernya, masak saya
saya: baik bu (*keluh jadi bawahan)
langsung sampai rumah saya kedapur mencari pembantu dewi penyelamat saya.
saya : coba liat cara saya bolak balik nasi goreng ini udah luwes belom
dewi penolong: belom mbak, masih kaku!
saya : kalo gini? gimana sih cara gerakan pergelangan tangannya orang yang sering masak? coba contohin
akhirnya setelah latihan berjam jam, saya yakin bisa nipu para calon spg tim demo
besoknya, seperti biasa, saya modal pede. daridulu cara ini paling ampuh. setiap pertanyaan dari mereka saya lempar balik "gimana menurut kalian?" haha. terus pake gaya bos bos gede "kalian kan yang bakalan ngadepin konsumen langsung, masak musti saya yang bedaan ini ayam udah mateng apa belom?". langsung mereka pada mingsut. wuikikiki padahal dalam hati saya juga nggak tau jawabannya.

cobaan lainnya yah, secara keseluruhan bisa bikin saya bangga. saya pernah selamat menjadi juri lomba masak se wali kota! saya lho! dengan pura pura expert masak, dengan bakal pede saya, saya bolak balik pertanyaan ibu ibu itu hihihi

tapi yang Atas berbicara lain. agak nyesel juga dulu kurang kuat puasanya, jadi ini mungkin hukumannya. saya musti hinjrah ke negara yang makanannya jauh beda dari di tanah lahir saya. mana terus saya nggak bisa kerja pula. saya sampai pada jabatan: ibu rt! jabatan baru yang bikin saya bengong bengong, terutama pas suami saya kerja. mulai saya sentuh sapu, lap dan saya bersih bersih. itupun seadanya dan seinget saya kalo pas liat pembantu dulu kerja. terus selesai itu, saya bengong lagi, internet, terus bengong lagi. saya paling seneng liat pohon mawar pemberian mertua saya. setiap jam saya liat. "ah daun yang itu mau jatuh" " ah akhirnya dia jatuh" "ah mulai tumbuh kelopak bunga" "ah kok nggak mekar mekar" dan setelahnya saya mulai berpikir "ah kelihatannya saya mulai gila!"

dari alasan cari kegiatan, juga rasa kangen saya yang luar biasa sama masakan rumah indonesia, membuat saya berpikir untuk masuk dapur. tetapi setelah muncul rasa bosan saya dengan masakan suami saya yang itu itu saja: barbeque, spaghetty, barbeque lagi, spaghetty lagi. tidak ada tidak: SAYA HARUS MASUK DAPUR. toh dari contoh suami saya, saya lihat, kalo sebenarnya masak itu milik siapa saja, bukan hanya sebuah dokrin untuk perempuan. kata kata ibu saya harus dilupakan. dan mulai saya cari resep di internet. saya ikuti setiap detail nya. bawang merah 5 siung, bawang putih 2 siung, merica.. eh merica apa bahasa prancisnya? poivre, terus saya cari bumbu lain, ketumbar? o, coriandre. jahe? gingembre. kemiri? eh kemiri.. o ternyata nggak ada kata kata prancisnya. saya juga beli buku resep dan satu buku kecil untuk mencatat hasil hasil percobaan masak saya.

minggu pertama: rasa makanan luar biasa nggak karu karuan. saya aja sejujurnya ogah nelan makanan itu. satu kejadian tak terlupakan: waktu bikin mash potato alias puré pomme de terre, saya hampir bikin dapur saya pecah. saya masak kentang yang masih mentah dengan susu di panci dalam suhu tinggi. tiba tiba terdengar ledakan "sbusss". tadinya saya yang asik di depan tipi nggak ngeh, saya nggak kepikir kalo itu masakan saya. lah kan cuman bikin makanan sederhana, nggak mungkin gagal. ternyata memang gagal sodara sodara haha!!! tapi saya nggak berhenti disitu. saya coba terus. saya sugesti diri saya "nothing is impossible". saya paksa suami saya makan yang saya bikin, sambil saya tekankan kalo saya hanya menerima feedback yang isinya pujian haha.

beberapa minggu kemudian: suami saya bisa menelan makanan saya dengan tenang. dan saya bilang, makanan saya "eatable". meski suatu kali, saya bikin suami langsung lari ke toilet abis makan, so definisi yang tepat "eatable but untolongable"

beberapa bulan kemudian : saya sudah dengan pe de undang temen temennya dia, but still dengan bumbu rendang Indofood haha. terus saya tau kalo sereh itu warnanya putih, dan pinggir pinggirnya dibuang serta kemudian di geprek. kalo daun jeruk baunya harum dan hanya ada di masakan asia, sedang daun salam dipakai di western food juga.

setahun kemudian: saya sudah lumayan gape, nggak perlu lagi takaran takaran. tinggal sebut sebut saja. bumbunya bawang putih, bawang merah, coriandre (maaf lebih gape pake nama prancis) dll dll. dan saya udah tau takerannya. juga saya tau kalo beberapa bumbu cuma nyumbang bau, sedang lainnya lebih krusial. lebih enak pake bumbu fresh dan supaya praktis di blender aja. disaat ini saya baru berani undang; orang prancis masakan indonesia, orang indonesia beli jadi aja.

dua tahun kemudian: saya sudah mencuri semua resep masakan prancis mertua saya. menyuguhkan ice cream bikin sendiri. meski tentunya belum bisa dibilang piawai, tapi paling tidak sudah berani undang orang indonesia makan indonesia. dan peristiwa Si Sayur Asem terjadi..

dititik itu, meskipun pujian itu sifatnya relatif, membuat saya punya persepsi yang berbeda tentang masak memasak. saya tahu mengapa ibu rt merasa bangga kalau makanannnya habis. itu artinya penghargaan terhadap jerih payah mereka. walau mungkin pujian itu sangat subjektif, tapi bagi saya, itu merupakan pengakuan dari usaha dari titik nol. dan saya bersyukur Tuhan menjungkir balikkan nasib saya, memberi kesempatan pada saya melintasi berbagai kutub.

Wednesday, October 3, 2007

Nggak bakal masuk surga!

itu adalah kata kata beberapa orang buat saya.. kejam sekali ya kedengerannya. tapi yah saya senyum senyum aja. ini mungkin karena saya ngerti mereka menghitung dari nggak pernahnya saya sholat, puasa bolong bolong terus sesekali ngomongin agama dengan arah yang nggak biasa .. plus beberapa hari lalu lebaran tiba dan seluruh negeri indonesia berbahagia. itulah mungkin yang memancing saya untuk berpikir dan ingin menulis soal agama dimata saya. khusus dimata saya.

agama itu area private, dimana setiap orang punya hak masing masing buat menentukan mau agama apa dan mau bagaimana dengan agamanya. apa iya sih? menurut saya, pada prakteknya nggak seperti itu. terutama di indonesia, adalah biasa menanyakan agama kita saat baru berkenalan, seperti tertulisanya di ktp (saya baru sadar kalo itu tidak biasa ada di id negara di luar indonesia). dan kata kata itu tadi, terus terang, kadang saya sulit membedakan, apa kalo saya beribadah pada waktu itu, artinya saya tulus beribadah buat Tuhan atau sekedar saya ogah di cap balelo.

bukannya saya tidak pernah mencoba untuk beribadah. mungkin buat orang lain beribadah itu adalah saat menerima pujian dari orang tuanya. saya sebaliknya. ayah saya adalah orang yang bangga dengan islam ktp nya. dia sangat menyesal karena aliran kepercayaannya tidak diakui di indonesia. oleh sebab itu kalo dia liat kami anak anaknya sholat, maka pas kami berantem dia akan bilang "buat apa sholat kalo masih berantem sama sodara". pun waktu itu saya sudah tau kalo itu nggak ada hubungannya. saya pun secara penuh perjuangan berpuasa di bulan ramadhan. dibilang penuh perjuangan, karena ayah saya melarang kami berpuasa sebelum umur 17 tahun. jadi saya diam diam sahur, pagi pagi langsung kabur, bilang sudah telat, dan ngendon di kamar sampai magrib tiba. kadang saya ketangkap juga sama ayah saya siang dan pernah jam 5 sore harus membatalkan puasa. rasanya bangga kalau itungan puasa bisa sampai beberapa belas hari.

tapi bukan ayah saya yang merupakan sosok untuk dipersalahkan kalo saya jadi nggak terlalu religius. saya pikir saya orang yang sangat sok logis. kalo ada yang tidak lolos di logika dapat membuat saya sulit menerima keseluruhannya. padahal dalam agama apapun pasti ada sesuatu yang nggak kita mengerti. menurut pemuka agama karena otak manusia itu terbatas. tp buat saya yang terbatas itu adalah anugrah Tuhan juga. dan saya mempercayainya. plus sekarang saya baru sadar. selama saya mencoba beribadah, saya tidak pernah merasakan pengalaman spiritual yang dasyat. saya tidak pernah merasa melayang ke udara, damai luar biasa, serasa berdialog dengan tuhan, merasakan kebesarannya atau lega luar biasa dari beban pikiran. mungkin karena saya kurang khusyu. tapi yah begitulah. saya justru merasa bersalah dan berdosa karena tidak cukup beribadah. dan kadang saya merasa memanfaatkan tuhan kalau hanya beribadah pada saat sulit. buat saya beribadah bukan hal yang terlalu sakral.

namun jangan salah sangka. saya orang yang percaya pada Tuhan. karena menurut saya itu logis. dengan hukum sebab akibat pun, ada ajaran Prima Causa. ada penyebab tunggal , dan itulah yang saya percaya. dinamika alam semesta tentunya diatur oleh suatu kekuatan yang super besar.bahkan kentutpun punya guna , itu tanda kesadaran setelah operasi. saya kagum dengan kesempurnaan detil semesta dan isinya... secara hati, kebesaranNya lebih saya temui dalam kehidupan sehari hari yang sederhana saja. seperti, saya bersyukur kepada Tuhan ketika saya bangun pagi disamping suami yang saya cintai. saya bersyukur kepada Tuhan, saat saya lihat di jalanan masih ada anak muda yang memberi duduk kepada ibu ibu yang sudah tua. melihat sesama manusia saling mencintai. saya bersyukur dengan cara itu.

bila suatu saat nanti saya akan beribadah, entah dengan agama apa. itu sekedar karena buat saya setiap agama adalah sama. termasuk dalam cara mereka mempertahankan umatnya. di islam adalah dosa terbesar ketika murtad. di katolik adalah hukuman terbesar ketika engkau meninggalkan Jesus, engkau akan tidak diselamatkan. jadi dengan alur ini, sebenarnya adalah sama. kamu meningkalkan satu agama tertentu dan akan disambut di agama lain. itu sesuatu kotak kotak yang buat saya simple. sekedar mencari pos kalau saya mau berdialog dengan Tuhan. tanpa ada batasan. toh Tuhan maha mengerti, maha memaafkan.. lebih besar dari manusia manapun.. yang bilang saya nggak bakal masuk surga

MAAF LAHIR BATHIN

Friday, March 23, 2007

Nama Mirip, Nasib Mirip?

topik tentang si wuwun itu tentunya kalo temen temen saya udah pada tau lah ya.. apalagi bukan sekali doang gue cerita. kalo di dunia ini, gue nemu my another wuwun. berhubung nama ini juga amat sangat jarang ditemui, makanya pas ketemu sekitar 10 tahun lalu, saya seneng buanget. barawal dari dia duluan memakai nama ini di salah satu website email, akhirnya sempet email emailan beberapa kali dengan dia, dgn pertanyaan basic: situ nama asli? situ laki perempuan? situ umur berapa? situ bokernya jongkok apa duduk? hehe ngak deng

nah, kontakan dunia maya ini, berlanjut lagi sekitar bulan november lalu, ketika ada temen yang liat si wuwun ningalin jejaknya di komputer salah satu warnet dijakarta. jadi deh, daku kontak dia lagi. dan sampe sekarang masih kontak kontakan.

dari segi nama, ternyata kemiripannya nggak cuman di wuwun aja, tapi juga nama keduanya dia: widiawati, kan deket sekali dengan nama saya yang wiati gethoo.. plus yang ajaib lagi, ternyata kita nyambung! dalam arti ada beberapa kesamaan yang ditemukan yang bikin serem. seperti dia bilang dia suka jadi tempat curhat temen-temennya, dia seneng berteman dengan berbagai jenis orang, dia suka sayur dan buah, dia juga nggak terlalu beragama, dia males dandan, dia manis dan baik hati (tetep kibul haha) dll dll. wuih, waktu itu langsung daku berpikir, mungkin ini yang namanya "di dunia ini, setiap orang mempunyai 7 orang kembaran".. pas akhirnya dia kirim foto, untungnya tampangnya dia nggak mirip mirip amat dengan daku. fiuh.. lega.. eh, tapi kok, di foto sama bule, terus dia bilang, itu foto kami. kami? maksudnya apa.. setelah di tanya ulang. ternyata: doski suaminya juga orang bule! gubrak! i mean, berapa banyak sih orang indo yang married sama bule. banyak sih, tapi kan, dari segi prosentase 240 juta penduduk indonesia gethoo.. plis deh!

cerita itu belum berakhir.. di akhir desember 2006, saya kirim email ke dia untuk ngucapin selamat tahun baru dan sekalian tanya acara tahun barunya gimana. dia bilang kalo dia ngendon aja di rumah, udah bukan model yang suka keluar malem. saya bilang, saya juga karena saya lagi hamil 2 bulan. saya kirim email itu. dung. saya tunggu reply emailnya, sehari, dua hari, tiga hari, empat hari. hmm biasanya dia cepet kalo bales, paling cuman berjarak satu hari. akhirnya dihari kelima, di mailbox saya ada inbox dari wuwun. isi messagenya:

"begitu aku baca emailnya pada hari yang sama kamu balas emailku, aku
mau langsung jawab, tapi aku terlalu suprise dengan infomu, masak ada
sih orang bisa nyamain aku, sampai pada hamil segala. aku sampai
teriak2 sama suamiku (aku sudah cerita tentang kamu ke dia), kalo kamu
hamil 2 bulan, soalnya aku juga lagi hamil 2 bulan lebih (kira2 10
minggu), gila kan? makanya aku gak mau langsung balas emailmu saking
masih terkaget-kagetnya"

setelah baca email itu, giliran saya yang shock! kok bisa sih! apa iya di dunia ini kita emang bener bener punya kembaran... selama ini saya udah punya satu kembaran, namanya nanin, ka mi kembar dari segi karakter dan kelakuan. so, selanjutnya, saya musti ketemu kembaran yang satu ini suatu saat nanti, the another wuwun.

nb: kalo wuwun yang satunya lagi baca, maafnya, emailnya di copi gini, tanpa ijin. tapi blog saya, cuman temen temen deket saya doang kok. mereka jinak jinak :-)

Sunday, February 25, 2007

Telp of the month

salah satu cerita telp favorit gue. sama muthia yang baru pindah ke paris 3 minggu ini sehubungan dgn stagist nya di Gaz The France (btw, dia orang pertama yg bukan orang eropa, yg berhasil magang di perusahaan gede prancis ini lho. keren kan)

kamis, 22 feb
wun: eh muth, gue dapet lampu ijo nih. laki gue bolehin main ke tempatlo minggu besok.
muth: asik. lo mau gue masakin apa?
wun: lo kan orang padang. gue kangen nih suasana makanan padang
muth: ok deh, gue bikinin rendang daging ya. mau?
wun: wah jangan rendang daging deh. gue kadang bikin, pake bumbu instans sih. tapi gue juga lagi males daging yang tebel tebel gitu
muth: kalo gitu dagingnya yang ditipis aja
wun: iya iya. kayak dendeng daging gitu
muth: wah, kalo itu susah. jemurnya nggak bisa. kan lagi nggak ada matahari. gue keringin di microwave aja ya
wun: boleh juga sih. tp kalo susah, peyek udang ada juga enak tuh.
muth: ok. kalo gitu udang ditepungin aja ya. gue sering bikin itu
wun: asik. sip sip. oiya, pake kuah santen nya ya
muth: maksudnya yang kayak apa?
wun: itu lho kan kalo di restoran padang ada kuah santennya. nggak tau deh, kuah rendang atau apa gitu
muth: oh ok oke. bisa bisa
wun: asik. hmmm. oia, sama sambel ijonya (ngelunjak nya belom abis abis juga)
muth: sambel ijo ya. sambel merah aja deh ya
wun: oklah yang penting pedes
muth: sampai minggu. ntar gue email alamat gue.
wun: merci. à dimanche!

itulah obrolan seorang yang ditawarin makan gratis, eh malah mesen kayak direstoran padang. wakakakakak

minggu 25 feb jam 11 pagi
udah nggak telp-an lagi dong ah. kan mau siap siap pergi.. asik kita makan besar nak !!! *sisuamikeliatannyabakalanmakanburgermcdonald.ataubikinsandwichsendiri

Sunday, February 4, 2007

KFC Surga Dunia




saya mengenal tempat makan dengan gambar kakek kakek jengotan senyum itu sejak remaja. dan mulai efektif jadi pengemarnya sejak SMA hampir 20 tahun yang lalu.

tempat itu istimewa buat saya. rasa ayamnya yang garing atau perkedelnya yang lembut itchuu. atau baunya yang sudah mengundang dari jarak 3 meter. selalu berhasil memancing rasa lapar saya. sebagai makanan, dia adalah junk food kesukaan saya. kalo ada yang bilang ih, kok nggak sehat banget! ya emang haha. dia juga menandai pekembangan pola makan saya. dari SMA saya bisa pesta: ayam dada selalu 2, kentang besar, perkedel, jagung, dan nasi. begitu beranjak dewasa, ayam dadanya berkurang menjadi 1, perkedel dan nasi. cukup

terus kl saya pikir lagi, apa iya saya seneng banget makan disitu semata mata karena makanannya? keliatannya nggak. yang utama karena filosofi itu perusahaan. haha nggak juga kali. meski diakui dia paling adaptif waktu krismon dulu, dengan paket 5000Rp dapat makan kenyang.
kalo ditelusuri lebih jauh, setiap saya ke KFC pasti sama temen temen. entah buat makan besar yang bikin kenyang, atau buat ngemil (huah segitu ngemil. emang, kalo situ tau porsi makan saya haha). kecuali lagi buru buru musti balik kantor, saya pasti paling sering ngeracunin orang orang buat kesitu buat makan sambil ngobrol. waktu remaja, itu surga makan besar. waktu kuliah, itu tempat lucu lucuan, dimana setiap anak berlomba lomba makan dengan harga paling murah. kadang si andi bilang "kuk, gue dong abis 4500 doang". beberapa hari kemudian, si kuki nggak mau kalah "gue dong 3500 doang, gue bela belain makan yang jam 3 sore" haha. segitunya!

tapi kedekatan saya sama KFC menjadi lebih besar setelah resign dan jadi penganguran kentara. ini karena saya punya selingkuhan pengila KFC, si ganteng mike. teman dalam mengisi hari hari. bisa tuh kita kesitu 3 kali seminggu. terus yang lain nimbrung ikbal, anna dll. obrolan dari yang nggak bermutu sampe nggak bermutu banget. yang paling sering, lama lama saya cerita dan si mike ngedengerin. dan lama lama saya buka rahasia rahasia. bete banget! tapi nggak ada kapok kapoknya.

begitu di Paris. saya seperti kehilangan si resto kakek kakek ini. ini terjadi karena orang prancis yang basicnya doyan makanan di panggang, di rebus, atau digoreng pake sedikit mentega. model goreng pake minyak berliter liter jelas bukan kesukaan mereka. makanya akhirnya cuma dibeberapa tempat aja kfc ada. isi restoran itu pun, asia, orang item, dan kalo ada bulenya, mereka nggak ngomong bahasa prancis. plus plus, suami saya, jelas jelas nggak suka makan disitu. pernah awal pacaran, ke KFC paris, yang ada saya makan beleleran, dianya makan burger doang, itu juga dengan muka tertekan. setiap gigitan saya waktu itu seperti saya menelan makanan tanpa rasa. saya berduka, itu bukan surga saya.. ayamnya tetep sama, tapi nggak ada nasi, perkedel dan teman teman saya. sejak itu saya nggak pernah ke KFC lagi.

suatu kali, teman saya semasa di jakarta pindah ke paris: si Fance. ternyata dia sama gilanya terhadap KFC seperti saya. jadilah saya punya ide, yang disetujui oleh dia. tanggal 10 januari kemaren, hari bersejarah buat saya. saya janji ketemuan dengan dia makan di KFC. sesuai perjanjian, dia bawa sambel pedas besar (ini nggak ada di resto sini) dan saya BAWA NASI!! haha. sengaja supaya nggak cepat dingin,nasi saya bungkus sama aluminium foil juga. hehe jadilah ada 2 orang asia, makan pake tangan, plus nasi berceceran dan satu botol sambel besar! beberapa orang melihat kita, tapi siapa yang perduli. ini surga saya. yang membawa ingatan saya ke saat saat mesra dengan temen temen dekat saya..

hmmmm...