Thursday, June 18, 2015

Serge Atlaoui, Anggun dan Hukuman Mati

"Itu Anggun kenapa ya? Cari sensasi atau apa ya?"
"Ngomong-ngomong, kamu jangan ikutan Anggun ya, belain pengedar narkotik".
"Mukanya saja sudah kayak begini. Cocok Serge dihukum mati"
"Hukuman mati bukan pilihan yang terbaik. Sama saja dengan membenarkan pembunuhan."
Dan sebagainya
Dan sebagainya

Sosial Media terutama facebook penuh dengan status yang berkaitan dengan penolakan presiden Jokowi atas permintaan pembatalan hukuman mati terhadap Serge Atlaoui, satu warga Prancis yang divonis akibat pengedaran narkoba.

Image result for serge atlaoui

Terus terang, saya bukan jenis orang yang suka berdiskusi apalagi berdebat tentang hal yang serius-serius secara tertulis begini. Apalagi setahu saya, di sosial media, orang-orang kebanyakan gampang panas. Mungkin karena efek tulisan yang nadanya bisa diterjemahkan tergantung orang yang baca. Dan kebetulan saya juga orang yang sering kali nggak suka berpihak. Netral saja gitu. Sementara di situ, tendensinya, orang berkelompok-kelompok. Well, toh saya ada di sosial media.

Tapi karena saya orang Indonesia yang tinggal di Prancis, nggak luput beberapa pertanyaan mampir ke wall saya. Berhubung facebook di masa itu mainstream, jadi saya nulis di sini saja. Lebih bebas, Lebih konsumsi pribadi haha.

Beberapa point, yang menurut saya perlu dicermati dalam kasus ini:
1. Lain rumah, lain aturan. Begitulah Prancis dan Indonesia. Di Prancis, hukuman mati sudah dihapus sejak lama. Dari sekian banyak peraturan, penghapusan hukuman mati termasuk yang populer, bahkan mentri yang mengesahkan dan pencetus ide, sampai sekarang masih sangat terkenal. Selain itu, versi  yang beredar sangat berbeda dengan di Indonesia, Di Indonesia Serge dipercaya sebagai pemilik pabrik, sedangkan di Prancis Serge diberitakan sebagai teknisi. Jadi seolah dia adalah korban jebakan yang kemudian malah menanggung hukuman mati. Orang Prancis semakin bersimpati atas pengambaran dirinya yang merupakan kepala keluarga empat orang anak, kelas menengah dan pindah di negara kita karena alasan ekonomi. Berasa banget korbannya gitu.
    Ditambah lagi, beredar video tentang proses penjatuhan hukuman mati di Indonesia yang bisa saja salah orang.Kasus Yusman Telaumbanua

seorang yang dijebak membunuh dengan mafia pengadilan yang merubah umur si terdakwa. Kasus yang kemudian baru ketahuan setelah campur tangan mentri hukum kita. Orang Prancis tambah seram: ini negara kok bisa salah sih cabut nyawa orang? Membuat mereka lupa, bahwa di dunia ini nggak hanya Indonesia yang masih memperlakukan hukuman mati. Ada Malaysia bahkan Amerika.

  Ini link kasus tersebut bagi yang belum tahu.
https://www.youtube.com/watch?v=1_GZOxAQY-U

versi panjang

https://www.youtube.com/watch?v=41wmN8E4fPk

2. Secara garis besar, saya merasa bahwa hidup kita sangat disetir oleh media.
  Di periode yang sama, sebenarnya dunia juga berduka hebat. Ada gempa menimpa Nepal yang merenggut korban lebih dari ribuan orang. Kok bisa sibuk dengan satu orang saja? Ada di Afrika, pembantaian mahasiswa, jeder-jeder-jeder, nyawa 147 orang tak  berdosa melayang. Media diam saja. Lalu, bukan merendahkan arti sebuah nyawa, tetapi tidakkah semua itu jauh lebih penting?

3. Persoalan yang dianggap penting di setiap tempat berbeda.
Katakanlah di Prancis, penggunaan narkoba belum menjadi momok. Ada sih, tapi nggak seseram di Indonesia. Persoalan sosial di sini yang lebih mencolok adalah soal teroris yang disebut Jihadist. Atau sekalian tentang politik. Prancis juga sering heboh dengan kasus hilangnya anak. Satu anak hilang, bisa muncul di media selama seminggu.
  Saya sendiri pernah jadi saksi momok narkoba di Indonesia khususnya Jakarta. Ketika itu saya sedang magang dalam pendidikan profesi psikolog. Saya tiap hari datang di pusat rehabilitasi ketergantungan narkotika, di daerah Gatot Subroto. Pendidikan anak-anak yang tidur di barak-barak. Kalau malam, pintu ditutup dari luar. Keseharian mereka yang macam kehidupan militer, bangun, upacara dan segala rutinitas wajib. Plus, meski sudah begitu, memprihatinkan karena kebanyakan adalah anak orang kaya dengan orang tua yang nggak semuanya rajin jenguk mereka. So, intinya apa saya share ini? Intinya adalah bahwa problem narkotika di Indonesia, bukan bertitik di pengedar atau pabrik , tapi juga pendidikan dan pengawasan orang tua. Hmm so complicated, no?

4. Nggak usah jadi terfokus kalau yang ngomong adalah Artis.
  Mereka itu ahli nyanyi, main film, atau juri-juri lomba tampil tetapi sangat sedikit dari mereka ahli politik, hukum, ekonomi dan sejenisnya. So, why you bother with their opinion? Mereka memang punya pengemar banyak, didengar banyak orang. Donn't let them inject their personal thought for the subject that they don't really understand. Anggun is Anggun. She is not the expert for this kind issue.