Saturday, September 19, 2009

timur di barat: Undangan bs bs

Hari ulang tahun merupakan hari yang istimewa bagi setiap orang. Namun nggak semua orang gembira dengan datangnya hari itu, ada karena merasa tambah tua, karena takut dinilai tua dan berbagai feeling personal. Khususnya di Indonesia, nggak jarang mereka tidak senang karena biasanya setelah teman dan saudara mengucapkan selamat ulang tahun, mereka menagih di traktir. Bisa bayangkan kalau dia punya teman banyak, di kantor, di sekolah , teman main dsb. Diujung mata sudah terbayang kebrangkutan gara gara harus berkali kali traktir. Memang ada kadonya, tapi kan nggak bisa minta ini itu, juga nggak bisa minta cash kayak orang resepsi perkawinan. Kalau yang sial, sistem traktir bergantian semakin memperkecil kemungkinan punya souvenir atas hari ulang tahun selain berkurangnya uang di kantong. Lalu bagaimana dengan di Prancis?

Disini, semua kebalikannya. Nggak se-ekstrim di Amerika, yang kata temen saya, yang ultah justru di traktir ramai ramai. Didorong semangat individualitas yang tinggi (atau mungkin pelit ya?), di Prancis, undangan ulang tahun sering kali bs bs! alias bayar sendiri sendiri. Sebagian besar lho, meski kadang ada yang gratisan juga. Jadi detailnya dimulai dengan sang ultah atau pasangannya, mengundang semua teman or saudara untuk datang ke tempat pesta. tempatnya bisa rumah, restoran atau taman kalau mau picnic. Terus masing masing diminta bawa sesuatu. Nah parahnya kalau di restoran, si ultah ini bisa aja seenaknya nentuin restoran, lah dia cuman bayar buat diri sendiri gitu lho. Saya sempet tanya sama suami, kalau misalnya temennya itu miskin or lagi nggak ada uang gimana? katanya "ya nggak ikut aja". Langsung saya bandingin dengan situasi di Indonesia, menurut saya cara disini jadinya kejam juga ya. Kekuatan kantong membatasi ikut dalam perayaan senang senang temannya. Tapi menurut suami saya ya memang begitu. Tinggal tergantung si ultah yang musti pintar pintar pilih sesuai kekuatan kantong para undangannya.

Enaknya jadi orang yang ultah disini, selain nggak bokek, dia juga dijamin dapat kado. Didorong semangat keterbukaan, biasanya para undangan mengumpulkan uang untuk membeli kado yang diinginkan. biasanya pasangan si ultahlah yang bertanya pada si ultah, dan si pasangan tersebut akan mengkoordinasi dengan tidak diam diam.

Satu dua kasus ada yang ekstrim di sini. Teman saya pernah cerita kalau dia diundang temannya merayakan ultah. dari pagi hingga malam. dimulai dengan ke salon. hai hai, bayangkan salon disini tuh mahal bo! mewarnai rambut aja pasti diatas 50 euros. Terus dilanjutkan spa yang bayarnya nyaris 100 euros gitu. Ditutup dengan makan restoran terus dugem. Nggak kebayang dia habis berapa. Bagusnya, semua agenda itu di beritahukan di awal, jadi para undangan bisa mengira ngira. Meski sistem terlihat kejam, namun orang sini terkadang senang senang saja karena nggak harus pusing reservasi kiri kanan, plus bisa melakukan kegiatan bersama sama.

Akhir kata, tinggal cocok sistem yang mana?

Friday, September 18, 2009

timur di barat:: Petit Nez

Standard cantik or ganteng di ladang timur dan barat beda. Tentu aja.

Di timur, yang namanya cantik itu kulit terang, tinggi, rambut lurus dan yang pasti hidung mancung. Di barat sini, tinggi nggak terlalu penting. Sisa kriterianya kalau tidak pirang sekalian, ya kebalikan dari di timur: kulit gelap (semakin gelap semakin eksotik, meski nggak melewati batas orang afrika), rambut berombak (kriting juga dimaafkan) serta hidung nggak terlalu besar. Buat orang sini, hidung yang jelek itu yaitu hidung yang terlalu tinggi, terlalu besar, atau bengkok. Sedangkan hidung kecil yang sering kita bilang pesek disini fine fine aja.

Itulah sebabnya pas anak saya lahir, saya bilang semoga hidungnya nggak kayak saya. Begini tepatnya dialog yang terjadi

Saya berprofil: kulit coklat gelap, pendek, rambut keriting, dan hidung pesek. (ukuran orang sini, adalah kece haha)
Suami berciri : khas bule

Saya : Semoga anak kita hidungnya nggak ngikut saya ya
Suami: Emang kenapa?
Saya : Kecil begini. kan jelek! kata orang perbaikan keturunannya nggak sukses.
Suami: Apanya yang jelek? yang jelek tuh, yang gede, bengkok, dll dll (yang menurut saya nggak jelek). Kalo kamu kan Petit Nez, bagus.
Saya : Dimana bagusnya...
Suami: Dimana jeleknya...

Dan diskusi ini berakhir mengambang. Setiap kali. Makanya setiap kali pula saya lontarkan ketakutan saya ini. Suami mengambil kesimpulan kalau saya terobsesi, dan itulah yang tidak benar :-p

timur di barat: Sekuler

Negara prancis merupakan negara Sekuler. Yang artinya, mengakui agama tetapi tidak melibatkan agama dalam suasana publik. Salah satu contohnya dengan adanya larangan untuk mengunakan aksesoris keagamaan di sekolah publik. Kalau mau ya sekolah saja di sekolah khusus. Gelombang protes saat aturan ini disyahkan datang dari kaum Islam yang keberatan dengan dilarangnya pemakaian jilbab. Walau sebenarnya larangan ini juga berlaku untuk semua agama. Orang Juif dilarang pakai kumpluk item di kepala, orang Katolik or kristen pun dilarang pakai kalung salib, terutama yang besar. Apalagi kalau melebihi 5 kg, ditakutkan akan menyakitkan leher mereka.

Suasana sekuler ini dihayati benar benar oleh sebagian besar penduduk Prancis. Sebenarnya sih nggak terlalu berbeda dengan yang terjadi di Indonesia, khususnya untuk fenomena hari besar. Bila di Indonesia lebaran mewakili kumpul keluarga dan teman, maka Natal di Prancis merupakan sarana yang sama. Hanya saja, bedanya bila di Indonesia, pada saat keagamaan masal tersebut, setiap orang menjadi terlihat lebih alim dari biasanya karena nggak mau dipandang beda oleh lainnya atau memang sedang mengumpulkan pahala untuk setahun. Disini, orang yang memang sudah tidak terikat dengan agama secara hati, mereka dengan leluasa mengakui saja. Seperti halnya suami saya, dia langsung mengaku kalau Natal yang disukai yaitu kumpulnya sehingga kalau diajak ke gereja pun, dia memilih di rumah sendirian minum champagne. Beberapa hari libur, dia pernah bilang ke saya "ini libur umat Katolik, tapi nggak tau deh apa? saya musti cek wikipedia dulu". Bahkan dia sering bilang kalau dia itu aslinya atheis. Ia lebih memuja alam semesta di banding Tuhan. Pastinya sikap seperti ini akan dibilang radikal bila di Indonesia, dimana semua orang wajib menganut agama dan menunjukkan bila dia memang berhak menyandang agama tersebut. Kalau tidak maka pandangan masyarakat akan negatif dan KTP lah yang akan kena getahnya, buktinya ada istilah: Dasar lo Islam KTP!

Agama di sini dipandang sebagai salah satu aspek dari kehidupan, seperti makan, minum dan seks. Oleh sebab itu, orang sini santai saja diskusi apapun bentuknya soal agama bahkan mencela agama bukan hal yang aneh. Sebut saja di televisi yang merupakan sarana informasi umum, ada satu acara televisi yang berbentuk boneka boneka - Le Guignol, nggak jarang mengangkat topik agama sebagai bahan humor. Pernah saya lihat, satu adegan dimana semua Tuhan dari agama agama berpesta minum anggur. Ada Jesus, Tuhan orang Juif, Nabi Muhammad. dan asik aja gitu cela celaan. Saya saja yang termasuk cukup sekuler di indonesia dulu, masih terkaget kaget juga. Orang Katolik disini malahan juga nggak terlalu memuja agamanya kok, apa lagi mensucikan. Ketika suatu kali Benoit(pengganti Paus 12, yg orangnya lebih konservatif dan lebih tua) sedang mengunjungi Brazil dan memberi ceramah untuk anti kondom kepada kaum muda, gelombang protes keras terjadi di Prancis. Di depan Katedral Notredame, banyak orang membawa spanduk. Beberapa orang yang diwawancara di televisi mengaku malu punya pemuka agama seperti itu. Seorang ibu mengatakan, bila ia disuruh memilih maka dia akan memilih kondom dibanding Benoit. Nah, makanya pas terjadi kasus penghinaan terhadap nabi Muhammad beberapa tahun lalu di kartun, orang sini jujur aja pada heran. Mereka memang nggak pernah belajar mengsakralkan agama, meski nggak semua ya.

(Yang ditulis disini cuma standard umum. Maaf buat yang tersinggung)