Monday, April 25, 2011

Midnigth Visit

Ibuku terkesan orangnya tidak perduli. Tapi menurutku dialah orang yang paling tajam indranya pada anak anaknya. aku yakin, sampai akhir hayatnya akan begitu.

¤
Saat aku kelas 5 SD, hanya dari sedikit gerakanku, dia tahu aku mens yang pertama.

Kelas 2 SMP, hanya dari pipiku yang merona dan senyum yang lebih lebar dari biasanya, dia tahu aku punya cinta monyet.

Namun dia hanya sekali menegurku karena menyontek. Itupun di duga hanya dari perilakuku yang cemas setelah pulang ujian.

¤
Kini aku sedang berpandangan mesra dan bibir pacarku sebentar lagi mendarat di bibirku. Kami hanya sendiri di ruang tamu ini. Semua orang sedang pergi. Tanteku menginap ke rumah adiknya untuk berbagi kesedihan atas meninggalnya ibuku 3 minggu lalu.

Tiba-tiba, listrik mati. Gelap. Saat tangan pacarku hendak mengerayangi tubuhku yang sejak tadi sudah takluk, terdengar bunyi keras sekali. Pompa air meraung menstarterkan diri. Pompa yang hanya bekerja bila ada listrik. Aku tersadar, ku jauhkan tubuh pacarku.

Itu pasti ibuku!

Rupanya keyakinanku salah. Dia tidak hanya mengawasi sampai akhir hayat melainkan setelahnya juga. Hanya satu tanyaku: Bagaimana dia bisa tahu pacarku adalah suami orang?

Saturday, April 16, 2011

Karakter Bocahku di 3,8 thn

Usia 3 tahun 10 bulan sepertinya sudah mulai bisa diamati karakter si Matheo. Terutama karena sekitar 2 bulan lalu, dia mulai menerima laporan evaluasi dari guru di sekolahnya. Yang menarik disitu adalah: pemalu dan pelajar serius.

Pemalu. Saya nggak terlalu heran. Kelihatannya ini menurun dari sang ayah, bagaimanapun sang emak mengakui bahwa pribadinya lebih cenderung malu-maluin-tapi-mengemaskan. Bila dipaksakan statistik, maka Matheo 60% papa dan 40% mama. Selain pemalu itu, dia cenderung soliter dan senang menyendiri. kalau banyak anak lain, dia nggak ikut main malah dipinggir mengamati saja. Persis babenye! Tapi kemudian 40% adalah dari si emak, bahwa dia nggak suka sendirian. Makanya biar anak lain segambreng, kl tidak ada yang menarik hatinya, maka sang emak masih saja menjadi objek perbudakan. Musti temenin dia main. Oh Mon Dieu (sama arti dengan Oh My God. Kan di Prancis hehe)

Pribadi bapaknya yang lain adalah bersih banget. Kalo makan misalnya, ada satu tetes coklat yang jatuh ke tatakan makannya, harus dilap dulu, baru dia mau lanjutin makan. Kalo mau pipis or ngebom, ada tissu di dalam toilet harus di splash dulu. Sering kali emaknya berusaha membuat kearah santai, kan kotor itu bagian dari belajar. Eh sejujurnya, lebih karena malas lah ya, jadi tambah kerjaan aja! Tapi bo! Doski kagak mau, kekeh harus bersih dulu... OMD (dari Oh Mon Dieu!)

Berikutnya yaitu kalem dan sabar meski ada masanya dia ngomong nggak berhenti. Setiap kali di tempat bermain yang banyak anak, misalnya taman yang ada prosotannya atau manjat-manjat. Matheo selalu menunggu sampai yang mau dikerjakan, tempatnya kosong dulu. Jadi dia rela saja gitu dilewatin bahkan disalip sama anak anak lain sampai 7-8 anak! Gimana emaknya yang jadi nggak sabaran tuh! Cuma kalau dideketi dan diberi wejangan yang berguna macam "Nak jangan ngalah terus dong, kamu maju juga, jangan mau dilewati terus!" maka dia akan menjawab dengan kalem "Mama, kamu duduk saja di sana" ... OMD!

Tapi secara umum, Matheo itu anak yang manis. Banyak senyum kecuali dia belum selalu menjawab basa basi macam bonjour dll. Bisa anteng kalo di tempat orang. Nggak pernah ngamuk kalo minta sesuatu nggak diturut di tempat umum. Nggak bandel sama anak lain. Lahhh bandel dari mane! Lha Wong dia yang dibandelin anak mulu. Paling kalau dipukul atau didorong anak lain, Matheo cuma protes "eh, ça fait mal! Sakit!" Udah. Jadi agendanya, setahun lagi dia harus dimasukin ilmu bela diri macam Judo (Prancis juara dunia lho ;-P) atau Aikido. Pokoknya anak saya harus bisa bertahan di dunia yang keras dan kejam. Cie. .. OMDnya absen dulu.

Dan secara khusus, ada satu hal yang menarik pengamatan saya nih: selera homurnya Matheo. Entah, apakah ini presentasinya banyak di ayahnya atau di emaknya. Saya perlu pendapat orang lain sepertinya... Matheo kalau lihat anak lain nangis keras karena jatuh dan nakal atau dimarahi orang tua mereka, dia malah senyum-senyum. Weekend kemaren, kami menginap di rumah teman ayahnya. Di sana ada satu anak yang dimarahi habis-habisan karena memukul anak lain. Matheo langsung jalan lewat-lewat gitu sambil berkata "Matheo, il est gentil! Matheo, anak baik" Berkali-kali. Coba deh tuh!. Juga sekali pernah, salah satu anak (katakan namanya Sasa) berantem dengan anak lain (katakan namanya Didi). Sasa belain Matheo karena Didi mengambil karet gelang yang seharusnya milik Matheo. Jadilah Sasa dan Didi dimarahi orang tua masing masing, saat berantem mereka mulai teriak-teriakan. Selama mereka berantem, Matheo asik aja diam dan memperhatikan. Tapi begitu si Sasa dan Didi dimarahi orang tua mereka, maka si Matheo sambil mengambil gelang ditaruh dibelakang punggungnya, Dia senyum-senyum sambil geleng-geleng kepala! ... OMD. OMG.

Humor anak gue ini termasuk apa ya: humor khas anak kecil, humor gelap atau sarkas ya? .. Tapi percayalah, Matheo tetep anak imuttt dan penuh chinchaaa.. *ibu-ibu tuh L3B4Y secara alamiah*

Friday, April 15, 2011

Curahan Hati Malaikat Maut

Hei, jangan lari dulu! Aku tahu kau takut padaku... Namaku memang Malaikat Maut. Tapi ini belum waktumu kok. Aku hanya butuh tempat bercerita sedikit. Didalam rasanya sedang sesak.

Ketahuilah, aku tidak suka dengan namaku. Sungguh. Terlalu banyak kontradiksi di dalamnya. Malaikat terhubung dengan kebajikan dan seluruh tindakannya tak lain untuk menolong. Namun kemudian disambung dengan Maut. Kau tahu kan Maut itu apa? Tidak lain ketakutanlah yang ada disitu. Segala yang bermakna sangat jelek! Bayangkan jika kau menyandang julukanku. Bila kau tidak kuat, maka kau akan menjadi gila sendiri. Tapi sudahlah, aku sudah bisa menerimanya. Bukankah setiap pekerjaan memiliki konsekuensi dibelakangnya?

Lagipula, bila dipikir pekerjaanku merupakan hal yang sangat perlu dan penting. Kalian, manusia, seringkali tidak sadar membiakkan diri se-enaknya saja. Di bentangan Afrika, mereka bisa punya anak sampai 8 meskipun tak punya sesuatu untuk dimakan. Di negara maju pun, kadang ada yang beranak-pinak sampai belasan dan pusing memilih nama. Di sebuah negara bernama Indonesia, bahkan mereka percaya "banyak anak banyak rejeki". Jadi bisa dibayangkan bila kalian semua dibiarkan hidup selamanya -seperti kami- akan ditaruh dimana di bumi ini? Bumi kan tidak bertambah besar. Luasnya sebegitu-gitu saja.

Secara tata aturan hidup, pencabutan nyawa kalian juga diperlukan agar seimbang. Agar kalian percaya terhadap kekuatan lain disamping manusia. Ini agar menghindarkan kalian menjadi terlalu pongah dan bisa diatur. Tidak menjajah alam. Dan ini juga untuk mengajarkan kalian agar lebih memikirkan antara diri kalian sendiri ataupun sadar akan efek dari sebuah tindakan.

Itulah sebenarnya yang merupakan saat-saat mudah bagiku dalam menjalankan tugas. Misalnya begini. Ada sekelompok orang yang bermain-main dengan maut. Sok menantangku. Main olah raga ekstrem, menciptakan perang, usaha bunuh diri, melakukan percobaan nuklir. Maka didalam situ, kehadiranku sudah diperhitungkan. Mereka merasa bangga bila bisa lolos dariku. Pada saat itulah, aku dengan senang hati menunjukkan bahwa aku ada. Tentu saja dalam sebuah pekerjaan, kredibilitas memang selalu dibutuhkan. Iya kan?

Meski kemudian, pertanyaan siapa yang harus kuhampiri dan caranya bagaimana, terus-terang bukan aku yang menentukan. Aku kan cuma pekerja. Kalian saja yang sering salah sangka. Daftar orang-orang itu dibuatkan oleh Atasanku, yang kalian sebut dengan nama Tuhan, Dewa, Roh atau apalah. Yang kalian percaya ada satu atau beberapa. Demi nama bosku, aku tidak berkuasa mengubah apa pun dalam list itu. Disinilah persoalan yang membuatku sekarang merasa sesak. Aku sering merasa tak berdaya saat harus mencabut nyawa yang tertera di situ, saat orang itu menurut logikaku bukanlah pilihan yang baik. Tapi sekali lagi, Atasanku itu maha kuasa, maha tahu dan masa segalanya. Logikaku bukanlah tandingannya. Tapi boleh dong kalau sekedar berbincang tentang itu? Masak hanya mau curhat saja tidak boleh.

Contohnya begini. Apa gunanya mencabut nyawa seseorang ibu muda yang anaknya baru berusia 2 tahun? Dia hanya seorang yang menghabiskan waktunya untuk berbuat baik: berteman tanpa bergosip, penyumbangkan sebagian uang untuk anak asuh dan bekerja (tidak malas seperti penjaga surau yang hampir rubuh, yang hanya membaca-baca bacaan suci). Dalam kehidupannya, dia juga hanya mengkonsumsi makanan bio, yang dipercaya menjauhkan dari pestisida. Namun dia kena kanker juga. Bisa dikatakan matinya perempuan itu hanya menguatkan satu ungkapan "orang baik, meninggalnya cepat". Hmm. Sebenarnya, konsep orang baik ini agak aneh juga. Atasanku selalu berkata bahwa Beliau tidak suka orang berbuat jahat. Tapi yang berbuat jahat diberi umur panjang agar punya kesempatan untuk tobat. Bukankah itu mirip dengan 'premanisme'? Kau menebarkan kekacauan untuk memberikan perlindungan kepada orang yang datang padamu. Oh, maaf bos. Aku sudah terlalu lancang sejauh ini. Tapi cobalah berikan penjelasan. Misalnya saja, kenapa nyawa si perempuan tadi dibiarkan saja. Toh bila dia meninggal tidak ada yang bersuka-cita. Juga satu lelaki muda yang sedang menunggu istrinya melahirkan. Atau petugas pemadam kebakaran yang sedang menyelamatkan seorang bayi di lantai atas. Mengapa tidak digantikan saja dengan pencabutan nyawa seorang diktator atau koruptor? Ada satu nama manusia yang menarikku akhir-akhir ini: Moamar Khadafi. Coba, mengapa tidak dia saja yang harus aku ambil nyawanya. Pasti selain sederet haremnya, berjuta orang akan merasa bahagia. Jadi sambil menjalankan tugas, aku berbuat baik, meskipun namaku ada kata Mautnya..

Sekali lagi, Atasanku tidak bisa dibantah. Dan berulang kali aku katakan, aku hanya pekerja, yang hanya berhak sesekali mengeluh atas tugasnya.

Sudahlah, sekarang kamu boleh pergi. Terimakasih sudah mendengar ocehanku. Tak perlu kuatir, beberapa jam lagi, kamu hanya merasa baru saja diberi mimpi buruk dan lupa. Sedangkan aku, akan kembali bekerja.

Aku bocorkan list hari ini:
- Ahmad. pengemudi mabuk. 13h30. Tabrakan dengan mobil di depannya
- Kye Lho Hong. 11h20. Dibunuh di penjara cina
- Dynoho. 19h. Serangan jantung saat bercinta
- Soeharto. 12h. Sakit tua. (fiuhh, akhirnya)
- Rinti. 20h. gagal operasi paru-paru.
- dsb
- dsb

Wednesday, April 13, 2011

SAAT KEHIDUPAN DAN KEMATIAN BERJABAT TANGAN

Saskia bergerak masuk ke salah satu ruangan di rumah sakit berdinding putih. Dani, suaminya, menopangnya dengan segenap kekuatan tubuhnya. Tujuan mereka: Ruang bersalin. Dibelakang mereka, berderet 2 suster dan satu orang dokter.

Dani tersenyum memandang istrinya yang tengah meringis kesakitan sambil memaki-maki
"Dasar laki-laki sialan! Lihat betapa sakitnya aku sekarang, hanya untuk melahirkan anakmu!" Dan berbagai makian lainnya, sambil sesekali pukulan tangan istrinya ke tubuhnya. Dani tetap tersenyum karena dia tahu Saskia semata sedang menahan sakit, sebetulnya hatinya sama bahagianya dengan dirinya. Sebentar lagi mereka akan menimang anak pertama wujud cinta mereka.

Diantara jerit kesakitan, Saskia mengingat masa-masa pertemuan mereka, berseling janji yang mereka ucapkan didepan penghulu. Tak lupa berbagai janji sehidup semati, rencana mereka membentuk keluarga kecil bahagia. Diantara jeritannya, Saskia merasakan bahagia. Sebentar lagi mereka punya bayi. Pasti Dani bahagia Begitu pikirnya.

Dani memang sungguh bahagia. Mungkin bahagia bukan kata yang tepat, yang dirasakannya jauh lebih dari itu. Inilah saatnya dia merasa lengkap. Saskia merupakan istri keduanya, yang hadir disaat dia sudah mulai tidak percaya cinta. Perkawinan pertamanya yang berakhir dengan penuh benci merupakan penutup dari tahun-tahun hidup di neraka. Saskia begitu berarti baginya. Lalu digengamnya tangan istrinya yang masih saja menjerit kesakitan.

Tiba-tiba sebuah alarm yang terhubung dengan tubuh istrinya berbunyi. Suster dan dokter bergerak mendekat. Menganalisa dan kemudian sang dokter berkata
"Ini harus dioperasi. Kondisi bayinya sudah terlilit usus pada lehernya. Posisinya pun kurang menguntungkan"
Lalu seluruh orang di ruangan itu bergerak menyiapkan ini-itu. Saskia sudah mulai berkurang jeritnya setelah disuntik obat bius. Sedang Dani hanya termangu. Dia diminta keluar

Diluar, langkah kakinya mondar mandir. Diserang perasaan yang begitu kuat. antara lebih-daripada-bahagia dengan cemas-luar-biasa. Dia membayangkan bisa Saskia hadir dengan anak mereka. Dia juga membayangkan Saskia yang tidak berhasil melampaui operasi itu dan pergi membawa cinta dalam hidupnya. Otaknya bekerja, menghayal secara keras. Jantungnya berdetak tak terkendali memompakan aliran darah yang semakin lama semakin keras. Dan semakin cepat. Sampai akhirnya, dunianya gelap.

Dani tidak tahu bila tubuhnya dibawa ke ruang gawat darurat. Saskia juga tidak tahu itu karena dia juga sedang berada di ruang kegelapan, lorong tanpa cahaya. Saat obat bius bekerja, anaknya berhasil keluar dari perutnya. Anak laki-laki yang menangis keras. Buah cinta yang bahagia.

Beberapa jam kemudian, Saskia sadar. Ditangannya tergeletak bayi mungil merah.
"Selamat datang sayang" Senyumnya mengembang. Dia merasa berada di sebuah padang indah, penuh bunga dengan langit biru yang disambangi berbagai burung bersuara indah.

Mereka menunggu kehadiran Dani. Mereka pikir Dani sedang berada diluar ruangan, dan bila lama sedikit belum datang, itu karena dia sedang minum kopi di kantin.

Mereka tidak tahu bahwa Dani masih berada di sebuah lorong panjang. Dokter belum memberi tahu mereka bila Pembuluh darah di tubuh Dani beberapa pecah karena tidak kuat menahan aliran yang begitu kuat. Saat jantung tak tahan pada suatu emosi yang terlalu tinggi.

Dani melihat sebuah cahaya diujung lorong itu. Dia mencari anaknya dan istrinya tapi tak dijumpanya juga. Malahan ada beberapa tangan berusaha memanggilnya: Papa, Teman karib SMAnya, Tetangganya yang gemuk pendek. Orang-orang yang sudah lama mati.
"Mari Dani, bergabunglah bersama kami" Ajak mereka. Herannya suara mereka begitu mendayu merdu, seolah menjanjikan kehidupan yang jauh lebih indah dari yang dia bayangkan baru saja. Saat mengenggam istrinya yang berjuang melahirkan tadi. Akhirnya, dia tersadar bahwa anak dan istrinya tidak ada di sini. Mereka hidup. Dia ingin pergi melarikan diri dari situ. Tapi lorong gelap tempat dia datang tadi telah lenyap. Tidak ada pilihan lain, maka Dani pun hanya bisa tersenyum. Paling tidak anak dan istrinya dikaruniai hidup. Semoga mereka berbahagia, bisiknya.

Saskia berkata pada anaknya
"Sayang, mama bocorkan sebuah berita sambil menunggu ayahmu. Kamu, kami namai Nugroho karena kamu adalah anugrah"
Mereka terus menunggu, sampai dua jam kemudian, seorang dokter muncul dan berkata
"Dengan berat hati dan bela sungkawa yang mendalam, suami Anda tidak berhasil kami selamatkan. Dia meninggal pukul 18.30 WIB akibat pecahnya pembuluh darah. Nyonya, kami sudah melakukan segala yang terbaik yang kami bisa. Tapi nyawanya tak tertolong" Suara dokter itu bergetar hebat.

Saskia terkesima. Tak percaya. Dipeluknya anaknya erat-erat. Buah cinta dari cintanya yang pergi tanpa pamit.

Dia masih saja tak sadar, meski selalu berpura-pura menjawab seadanya saat ucapan-ucapan itu datang sampai waktu yang lama

-Selamat atas kelahiran Nugroho. Turut berduka cita atas meninggalnya suamimu-
-Semoga Nugroho jadi anak yang baik dan soleh. Semoga Dani diterima disisi Nya-
-Tabahkan hatimu. Dan sekali lagi, selamat atas kelahiran putramu. He is cute. He looks like his father-

***Damn! ini kisah nyata***