Sunday, June 13, 2010

Tragedi Buah Apel

Anda sebaiknya menghindari siapapun yang berusaha menjual buah-buah atau apapun yang anda tahu tidak butuhkan pada kondisi: baru pindah ke tempat yang sama sekali berbeda dari tempat sebelumnya, sedang tidak ada kontak dengan teman dan sudah beberapa minggu tidak jajan. Kisah saya ini terjadi di musim gugur 2009. Disaat kondisi itu secara singkat bernama sepi dan bosan.

Dalam keadaan yang nelangsa itulah, Bel di rumah berbunyi. Hampir setengah tahun saya pindah di rumah yang lingkungannya betul betul berbeda dari kota besar dimana saya terbiasa menghirup hiruk pikuk dan polusinya
'Ting Tong'
'Oui'
'Bonjour, Madame. Apa Anda punya waktu sebentar?' Tentu saja. Tidak hanya sebentar yang saya punya.
'Saya Menjual buah-buahan. Bisa Anda keluar dan menengok sebentar?' Pasti ini yang dibicarakan mertua saya tempo hari. banyak orang mencoba berjualan door to door. lebih baik dihindari karena sangat provokatif.
Seharusnya saya berkata 'Tidak. Terimakasih' Silakan berlalu Tapi saya justru mengatakan 'Oui. Saya ambil anak saya dulu' ah, pasti saya sudah sedemikian kebosanan dirumah saja.
Kemudian, saya menemuinya dan menuju ke kontainer penuh dengan berkarton-karton apel dan jeruk.
'Kami menjual produk fresh dengan rasa yang lezat. Berbeda dari supermarket. Jenis mereka adalah bla bla' Promosinya dimulai. Silakan cuap cuap, sebentar lagi saya akan bilang goodbye. Tapi kenapa ya suaranya seperti ocehan teman saya di warung kopi. Lumayan menghibur.
'Jeruk ini berbeda karena jusnya bla bla. Sedangkan apel merupakan bla bla' Kami bukan pengkonsumsi kedua jenis buah ini. Jeruk hanya buat jus di waktu weekend. Sedangkan apel, kami paling mentok makan 3 buah dalam waktu seminggu.
'Bagaimana Anda tertarik?' Tentu saja tidak. Saya bukan jenis yang gampang digoda!
Dan seharusnya saya berkata 'Tidak' *Sudah waktunya pergi* Tetapi kemudian yang keluar dari mulut saya
'Berapa harganya?'
'Sistem pembelian kami dalam karton. Harganya bla bla bla' Karton? Yang benar saja!
'Tapi kami hanya berdua. anak saya masih kecil. Tidak mungkin mengkonsumsi sebanyak itu' Kali ini perkataan saya matching dengan pikiran saya.
'Kami khusus bisa menjual dalam setengah karton untuk Anda. Bauh ini bisa tahan 5 bulan' Setengah karton. Itukan tetap saja banyak. Lima bulan? Tu parles! Disuruh makan buah busuk!
Seharusnya saya berkata 'Tidak' dan benar benar pergi. Tetapi kemudian saya berkata
'Baiklah' Toh apa salahnya sekali kali beli sesuatu, sudah 2 minggu lebih saya nggak keluar uang. Nggak jajan apa-apa. Lagi pula itu ongkos mau ngobrol sama saya sekarang ini.

Kemudian, dua orang itu sibuk melayani saya. Satu mengeluarkan bon, satu mengangkut apel.
'Ini bonnya ya. 17 kg jadi ... euros' Astaga! Saya jadi beli buah buah ini. MAN, GUE BELI APEL 17 KG!
'ok. Yang 10 euros saya bayar cash, sisanya pakai kartu kredit' begitu yang keluar dari mulut saya dengan mimik yang tenang.
Ketika kedua orang itu pergi, panik melanda saya. Menjalar cepat bagai virus flu yang merebak di musim pancaroba. Segera saya angkat karton itu. Saya berniat menyembunyikannya di gudang belakang sehingga suami saya ketika datang tidak langsung melihat benda yang tidak pada tempatnya itu. Bagaimanapun saya nggak kuat membayangkan komentarnya 'Apa itu? Apel 17 kg? buat apa? Are you Crazy!' Yes, I'm Crazy! Don't you know that before you married me?!' Skenario itu berkelebat di kepala saya.

DAN seperti dalam film film yang banyak unsur kebetulan.
*CLEK* bunyi pintu dibuka
Suami saya masuk ketika peti apel itu ada di tangan saya, persis di tengah ruang keluarga! Mengantipasi sebelum terjadi apa apa, saya berkata
'I made mistake. Saya membeli sesuatu secara impulsif. Tapi nanti saya ganti dengan uang saya sendiri'
'What happen? Kamu beli sesuatu ratusan euros?'
'Tidak. Saya beli ini. Rasanya enak dan tahan berbulan bulan' Kata saya sambil menunjukkan bon yang untungnya harganya sudah berkurang. Andaikata dia lihat harga totalnya, pasti suami saya bakalan tetap ngomel.

Berbulan-bulan kemudian, saya tetap tidak berhasil menemukan cara menghabiskan apel itu. MAANNNNNNNNNNNNNNNN !!!

No comments: