Thursday, November 17, 2011

Exposition Louis Vitton & Masa Lalu

24 Juni - 25 Oktober. 60 rue de Bassano, Paris 8è
http://www.espacelouisvuitton-paris.com/index_FR.html
Pameran seni ttg Indonesia yang banyak berkisah soal gunung Semeru.


Pameran ini sebenarnya sudah saya intai beberapa bulan lalu tetapi dgn adanya liburan panjang, jadi terlupakan. Dan kagetlah saya ketika melihat ulasannya di salah satu majalah Express. Apalagi foto yg dipajang di situ adalah karya dari orang yang saya kenal (meski dijamin dia udah nggak kenal saya): Heri Dono or Dono Heri (kalo pake aturan Nom-Prenom ala Prancis). Boneka-boneka bertampang campuran ektrateres dicampur dengan wayang golek, begitu pernah dekat dengan saya.

Gimana nggak dekat? Dulu saya pernah tidur disamping boneka-boneka ajaib itu, pas di suatu masa yang lalu-dulu-banget, saya berkali-kali menginap di rumah Heridono yang ajaib. Setiap anak kecil yang masuk dijamin nangis karena gantungan di plafon adalah dendeng kering dari usus, jeroan dll, plus lukisan, patung dengan gantungan debu yang bergoyang indah kalo ditiup angin. Tidak ada tipi, jamnya mati diangka 7. Katanya angka ini pas, kalo bangun kesiangan belum tengah hari kalo malem nggak larut banget. Sebetulnya, saya bisa disitu karena diajak sahabat saya, yg 'keponakan kesayangan' sang seniman. Penyambutan pertama yg selalu saya ingat adalahi "Lo tidur di kamar yang ini aja Wun, HANTUNYA nggak terlalu ganas. Kalo dikamar lain, lo bisa ditarik-tarik dan dicubit-cubit sampe bangun". Huaa! . Pokoknya "wangi" rumahnya nggak bakal saya lupa.

Sejujurnya, banyak hal yg nggak terlupa. Dimulai dari persohiban saya dengan keponakan emasnya itu, dan kemudian merempet ke gerombolan teman-temannya, yg cuma 5-6 orang saja. Mereka adalah gerombolan manusia yang jiwa nyeninya membuat kita kehilangan antara batas waras dan nggak waras. Misalnya, ada satu orang yang tahan nggak mandi berbulan-bulan krn ngambek nilai ujiannya jelek. Dia bau juga nggak terlalu. Atau yang disebut keren dan fashionable adalah rambut rasta yang kramasnya berminggu-minggu sekali, itupun paling efektif pakai air laut. Dan cerita yg nggak bakal saya lupa, ketika mereka bercerita dengan seru soal perlombaan berbusana yg paling "yahud", dimenangkan oleh seorang yg hari itu, pakai t-shirt, celana jeans. Dari depan normal, tetapi ketika dia berdiri, tyt celana bagian belakang bolong, jd pantatnya bisa kelihatan utuh! atau cerita jendela kampus mereka yang bolong, sehingga saat hujan, ada yg memanfaatkan dgn bercuci muka pakai sabun dr dalam kelas. Dalam keseharian, berada seminggu bersama mereka, merupakan obat yang paling manjur dari segala obat antidepresi. Kami bangun nggak pernah lebih pagi dari jam 9. Salah satu akan beli nasi pucuk, lalu makan di teras, sambil menerawang jauh. Kemudian mandi yg bak airnya jernih (tp didasarnya ada sikat gigi, sabun, dan entah barang-barang apalagi). Kemudian, tidak ada yang rutin. Kadang saya diajak keliling naik motor yang tiap 20 menit mogok dan harus diganti gusi. Kadang hanya belanja kecil ke pasar tradisional. Kadang malas bergerak tapi ingin nyemil, kami memetik daun bayam liar dan mengorengnya dengan tepung. Dan banyak kegiatan lain yang sudah saya lupa, tapi kenangan itu tetap ada: Keindahan dalam kesederhanaan hidup.

--bbrp minggu kemudian: sayang nggak bisa dateng hiks hiks

Thursday, October 6, 2011

Teman Imaginer atau Makhluk halus?

Dimanakah hubungan antara ilmu pengetahuan dan kepercayaan supersitius untuk sebuah fenomena yang sama? Saya bukanlah yang kompeten untuk membahas masalah ini secara detail tetapi saya MERASAKAN pengaruh keduanya. Tarik-tarikan, ngotot-ngototan.

Nah, fenomena keterhubungan dua sudut pandang itu, sedang berlaku pada anak saya. Dia memiliki "seseorang". Saat seorang anak kecil digambarkan bisa melihat sesuatu yang tidak dapat dilihat oleh mata orang dewasa. Dunia pengetahuan menyebutnya sebagai Teman Imaginer, Imaginary friends or Amie Imaginier. Biasanya terjadi pada anak usia infant s/d 5 tahun dan beberapa yg berlanjut sampai remaja (meski semakin bertambah umur, adanya imaginer friend ini kadang dikaitkan dgn adanya masalah sosial). Sosok ini, begitu nyata bagi pembuatnya, bernyawa dan hidup. Diajak bicara, ditegur, disenyumi, diajak main, disuruh genjot sepeda dan bahkan biasanya mereka punya nama. Kebutuhan atas kehadiran mereka didorong oleh alam imaginasi anak yang sedang meluber. Adanya sosok ini bisa menjadi partner bagi anak, di saat kesepian, disaat sedang tidak percaya diri dan pokoknya bisa membantu mereka memahami dunia orang dewasa. Bahkan ada studi dari seorang mahasiswa master di Manchester University yang menyebutkan bahwa adanya teman imaginer ini justru mempercepat pertumbuhan intelegensi anak, dimana anak mengembangkan kosakata yg tidak dipelajarinya dari teman sepermainan. Meskipun ada ahli yang menyatakan bahwa tidak semua anak pintar punya teman imaginer. Pendeknya, TIDAK ADA yang perlu ditakutkan.

Si Teman ini, dipanggil Matheo sebagai POCOYO. Saya langsung membayangkan sosoknya seperti tokoh kartun lucu imut-imut:

Tetapi, sekali lagi, sisi ke-Indonesiaan saya yang sudah mengakar, secara ngotot, membuat saya teringat pandangan seperti "anak kecil biasanya bisa lihat makhluk halus", "Jiwa mereka murni jd yg bisa lihat cuma mereka" dan lainnya. Intinya, sosok imaginer tersebut berubah menjadi makhluk halus or hantu or setan or badut (sebutan salah satu teman saya setiap kl anaknya ngobrol dgn sosok invisible ini). Dan masalahnya, bagi org dewasa, makhluk halus adalah sosok yg menyeramkan. Saya nggak pernah percaya keberadaannya 100% persen, tp kalau nggak percaya total pun, kita harus pura-pura percaya, kalau tidak mau dikasih 'penampakan'. Jadilah si sosok imut POCOYO BERUBAH MENJADI..


POCONG ! HIIII !

Maka setiap kali Matheo berbicara secara misterius ke arah ruang kosong, tp matanya fokus ke suatu titik. Segala pengetahuan dan kepercayaan primitif saya bergejolak hebat. Sampai suatu h ari (yg untungnya periode Matheo ini cuma 3 mingguan), Kami pulang dari perpustakaan anak, lalu di depan pintu rumah Matheo berkata.

"Mama, ini ada Pocoyo mau main. Bonjour Pocoyo! Kamu mau main ke rumah kan?"
"Halo Pocoyo" Mamanya, sambil jiper tapi berakting sok santai, ikut menegur ke arah kosong yg sama
"Mama, Pocoyo boleh ya ikut kita"
.... Mama .... Perang... Batin... - Ayo kita dorong perkembangan kognitif anak - - Lo mau biarin masuk tuh Pocong? - - Itu bukan pocong, tp teman imaginer - - Iya, Pocong yang namanya Pocoyo - -Pocong nggak ada di Prancis - -Mungkin dia lagi travelling - dsb dsb

.... akhirnya ...

Mama: "Pocoyo, tadi mama kamu bilang kalau kamu musti pulang karena sudah waktunya gouter/ngemil. Ayo sana ya pulang. Lain kali saja"
Matheo : "D'accord. Ya sudah. sana kamu pulang Pocoyo"

Sejak itu, si Pocoyo nggak nongol lagi. Mamanya lega dehhhhhhhhhhhhhhh ! urusan pengembangan anak, kita cari cara lain saja :-D

Tuesday, May 10, 2011

CATATAN MUDIK DI RUMAH

Catatan ini sudah saya buat berbulan lalu, tetapi sempat hilang dan terselip. Sebuah pengalaman selama dua bulan di Indonesia 2010, dalam kerangka pulang kampung dua tahun sekali.

--
Pelaku pertama yang langsung membuat saya sadar di Indonesia adalah Pembantu.

Mereka salah satu yang paling saya rindukan selama tinggal di Prancis. Hidup jadi upik abu itu gimanapun juga berat oi! Tangan kapalan, pundak pegal pegal, otot bermunculan, mah sudah pasti. Tapi disisi lain, kami jadi terbiasa kerja keras. Nah di jakarta ini, sampai di rumah orang tua, saya langsung dikerubuti dua orang pembantu, yg satu membawakan tas, yang lainnya menawari minuman. 'Es teh manis ya' lalu saya duduk. Dan kemudian bapak datang, ngobrol, setengah jam kemudian, masih duduk, dan 2 jam kemudian tetap dalam kondisi duduk. Pembicaraan mulai habis. Saya melihat kiri kanan. Kalau di rumah di Prancis pasti waktu 2 jam itu sudah harus dipakai untuk cuci baju, mengibaskan debu, menyapu dan mungkin memotong bunga mati dikebun. Saya perlahan mulai sadar, oh iya, jadi majikan di Indonesia kan tugasnya memang duduk saja. Kalau bergerak sedikit, para pembantu akan gusar seolah merasa tidak dibutuhkan.

Gila, seharian duduk. Apa sanggup ya? Apa nggak mati bosen nih.
Ohya , nonton tivi. Tapi kalau acaranya nggak enak, duduk juga?
Berbagai tanya jawab berlangsung di kepala saya.

Kemudian waktu makan tiba. Piring sudah disediakan, tinggal menyendok nasi. Hangat pula! Sungguh suatu kemewahan liburan, kalau sehari hari, mana mungkin bisa begini, mau makan ya masak dulu. Mau bubur ayam? Baru siap di mangkok pas rasa lapar udah ngabur jauh jauh.

Selama di meja makan, berbagai drama terjadi: adik saya berteriak minta sendok kecil, bapak saya ribut makanannya kurang hangat, anak saya sibuk mau disuapi. Saya bengong. Sudah nggak terbiasa rupanya. Saat saya berdiri, ada pembantu yang menanyai 'cari apa mbak?' 'ini sendok sayur' 'iya mbak, aku ambilkan' saya mulai senyum, kapan lagi merasa kalau bergerak 10 meter menjadi dosa besar?

Beberapa hari kemudian, saat saya ikut les membuat kue, sang guru pernah berteriak teriak.

« Lita!!! Kesini » begitu berulang selama 7 menit karena sang pembantunya belum muncul juga

'Kemana sih thu orang' omelnya lagi

saya sempat berpikir kalau dia perlu sesuatu yang super penting, seperti minta diangkatkan koper 25 kg misalnya.

Akhirnya saat pembantunya muncul, saya tau alasan misuh misuhnya

'Tolong ambilin air es di kulkas, buat campuran adonan!'

Oalah! Emang bener sih jarak kulkas ke tempat dia duduk beneran krusial: 10 meter!

Gimana kalau dia jadi saya ya, yang hampir tiap hari menghabiskan waktu 30 menit buat jalan, beli roti, kadang ke kantor pos. Lah disini nggak ada pembantu yang tinggal teriak gitu. Padahal, sesungguhnya yang dilakukan teman saya itu hanyalah menghindari dosa besar tadi.

Tapi akhirnya saya sampai pada penemuan paling keren di mudik kali ini: Pembantu juga punya Hierarki!

Yang saya temui (baca: urutan disusun atas derajat kekuasaan):
Kepala pembantu
Pembantu biasa
Pembantu tambahan (ini khusus disediakan untuk menyambut kedatangan saya, kata adik saya yang berbaik hati, supaya anak saya bisa dijaga mereka)

Hierarki ini ternyata beneran berjalan sempurna. Suatu kali saya mengomel karena ada kotoran anjing lupa dibersihkan di lantai

'Desi, ini coba dibersihin dong. Kalau bau banget begini, ntar Matheo ijek bagaimana?' sambil bilang begini, saya sambil tersenyum dalam hati 'hehe here i'am. My old days come back'

'iya mbak, saya pel segera' si Desi bogel tergopoh gopoh seperti baru ketangkap menilap jambu biji tetangga.

Yang terjadi kemudian ternyata adalah si Desi yang jabatan Pembantu biasa ini diomeli mbak Dini yang berpangkat Kepala pembantu 'elo sih Des JOROK!'

Mungkin nggak terima dikata katai tapi kurang kuasaan untuk membalas, dia memanggil si Pembantu tambahan yang masih merupakan saudara jauhnya. Teriakannya lebih keras dari pada teguran saya kepadanya.

'Bii Parmi! Gih pel ini lantai! Panggil sekalian si Entin (anaknya yang suka ikut nongkrong emaknya). Pake ember aja, sama kasih pembersih lantai yang banyak, biar kagak bau! AYO CEPETAN! Jangan diem aje! ELO JUGA NTIN, PLONGAK PLONGOK MELULU!'

Saya yang menyaksikan semua terkikik geli sendiri. Ternyata pembantu di Indonesia ternyata menyimpan potensi menjadi bos. Luar biasa!

Saya langsung membatin, andaikata mereka bisa membayangkan bagaimana hidup saya disini, pasti mereka akan protes dalam hati 'mbak mbak, sama sama pembantu aja pake kasih perintah segala'

Kehidupan kantor yang ada di dalam kehidupan para pembantu, diperkuat dengan obrolan para majikan yang notebene sekarang merupakan sebagaian besar kehidupan para teman saya.

Pembantu gue pada berantem
Pembantu gue iri irian.
Pembantu gue nggak rukun sama supir gue

dan berbagai intrik dasyat lainnya

Sambil hanya bisa mendengarkan dan nggak kuasa nimbrung, saya sekali lagi membatin. Punya pembantu atau jadi pembantu, sama repotnya sama ribetnya

CATATAN MUDIK DI LUAR RUMAH

Catatan ini sudah saya buat berbulan-bulan lalu, tetapi sempat hilang dan terselip. Sebuah pengalaman selama dua bulan di Indonesia 2010, dalam kerangka pulang kampung dua tahun sekali.

--
Saat pulang kampung merupakan masa bernostalgia. Berada dan bernafas di tempat kita dibesarkan. Pelepas rindu semua hal yang sering dirasa kehilangan selama tinggal di negeri orang. Namun yang mengherankan, beberapa hal terasa berubah. Mungkin memang begitu adanya atau kacamata saya lah yang telah bergeser. Mau tak mau, saya berubah menjadi « mentang mentang, tinggal di luar negeri! » aie!



Tinggal di Paris, manusia banyak, itu pasti. Penduduknya berjumlah 2 juta jiwa minus turis. Namun angka ini menjadi tak berarti bila dibandingkan dengan jumlah penduduk Jakarta yang mencapai 22 juta nyawa padahal luas daerah yang ditempati pun tidak jauh berbeda. Maka tak heran, di Indonesia level penunjang hidup seakan 'tertangani dengan baik', terutama dalam hal service.

DI JALAN
Menyeberang jalan merupakan momen yang menegangkan dalam keseharian di tanah air. Di mata saya motor yang lalu lalang bagai gerombolan lebah yang siap menyerang. Padahal dulu saya adalah bodyguart teman-teman perempuan dan berjalan di sisi kanan setiap kali melintas jalanan.

Saya juga disambut pangilan mesra para tukang ojek. Bosan dengan macet di dalam taksi, saya memang akhirnya balik jadi pelanggan sementara mas ojek. Dan semua berulang seperti berada dalam drama komedi. Pak ojek mencari helm pinjaman dulu, melintas jemuran orang, melalui jalan setapak di dalam kuburan, menyalip kiri kanan dan menakuti orang yang hendak menyebrang. Service tak jarang diberikan dengan melanggar rambu lalu lintas demi mengantarkan saya ke tempat yang hendak di capai. Belum lagi tambahan bonus wanginya helm mereka di kepala. Alamak!

DI SALON
Untuk urusan pelayanan kecantikan. That's the best thing ever! Potong rambut, pijat, creambath, manicure dan pedicure tinggal pilih, harga terjangkau. Ketahuilah, di salon negeri Eropa, anda tak kurang harus membayar berlipat-lipat. Dan juga service macam creambath tidak ada. Pijat biasanya hanya tersedia di tempat khusus yang punya nama khusus pula 'Espece Detendre' alias tempat rileksasi dengan tarif sejamnya sekitar 60-80 euros! Maka agenda pergi ke salon memang merupakan hal yang mutlak bila pulang kampung. Dan saya akan sengaja memesan semua service itu sehingga saya akan dikerubungi orang yang sedang melayani saya. Menjadi ratu dua tiga jam!

DI RESTORAN
Begitu langkah kaki mendekati sebuah restoran, pintu biasanya sudah langsung terbuka. Bukan otomatis tetapi karena ada seseorang yang membukakan pintu. Pelayan banyak dengan moto kerja 'kepuasaan klien adalah yang utama'. Telinga saya serasa harus beradaptasi ulang terhadap kalimat semacam:

« Mbak, Mbak. Minta menunya dong »
semenit kemudian
« Pesen ini itu, NGGAK PAKE LAMA »
15 menit kemudian
« Kok nggak keluar keluar pesenan kami. Nggak LUPA KAN?! »
« Meja samping malah udah duluan dapat. GIMANA SIH! »

Bandingkan dengan di Prancis sini, kita sering harus bersabar menunggu bahkan pernah sampai 30 menit untuk sekedar didatangi pelayan. Bukankah kalimat diatas menjadi baru lagi?

Ingatan saya bolak balik ke masa bulan-bulan pertama saya hidup di Prancis. Duluu, suami saya harus mengusap-usap pundak saya karena muka saya selalu saja menjadi merah padam dan bibir saya sudah mau berteriak. Gimana tidak, pelayan yang jumlahnya sedikit itu lah yang raja. Bukan klien. Kita tidak boleh inisiatif memanggil mereka, sebelum mereka yang menghampiri kita dan berkata 'Bonjour'. Kemudian setiap mau pesan sesuatu, tentunya menunggu mereka menghampiri meja kita, yang artinya bisa sampai berpuluh puluh menit, karena tidak jarang mereka mementingkan membersihkan meja yang kotor dulu agar bisa diduduki lagi. Kata suami saya karena disini tenaga kerja mahal plus pajak.

Pernah juga saya dan teman saya, dipelototi beberapa pengunjung karena lupa menaruh nampan dan membuang sisa makanan ke tong sampah. Gimana tidak, di Indonesia kan pelayan siap membungkuskan sisa makanan kita dengan dalil 'buat anjing di rumah' atau 'sayang masih banyak'


DI TOKO
Gila ya! Sebenarnya konsep pelayanan yang sempurna tuh ya yang ada di Asia. Klien langsung dihampiri, ditawari butuh informasi apa. Begitu memilih juga ada yang menemani. Dan bawaan kita langsung di jinjingi oleh mereka. Serasa seperti raja.

Saya sempat dibikin takjub oleh pelayanan salah satu toko mainan -yg mungkin nggak ada anehnya buat pribadi saya yang dulu – Mainan pilihan yang beratnya nggak lebih dari 500 gr, dibawakan satu mbak yang jaga. Kami berjalan sekitar 2 meter, sampai kemudian ada satu orang yang berkata kepada pelayan tadi

« Sini Mbak, saya bawain » dan mainan pun berpindah tangan.
Saya pikir kasirnya bakalan berada di terminal lain yang jauhnya kayak terminal A ke C di bandara Sukarno Hatta, tetapi ternyata kami sampai setelah melangkah lagi sekitar 3 meter! Haha. Lega hati saya, akhirnya kami sampai ke kasir!

--
Begitulah seterusnya. Kemudian di akhir bulan kedua, saya sudah mulai terbiasa dengan segala pelayanan ini, sampailah saya dan anak saya di bandara Charles de Gaulle, Paris. Saat itu, anak saya kelihatan butuh cemilan, jadi kami mampir dulu ke sebuah Patiserrie. Pelayannya ada dua, yang satu ngobrol dengan salah seorang klien, yang satunya ikut nimbrung. Mereka pasti menyadari kedatangan kami karena hanya kami dan klien itu yang ada disitu. Tapi mereka terus mengobrol, meski saya sudah berkata 'Bonjour' -tidak tahan menunggu ditegur dulu. Akhirnya ketika mereka melayani kami setelah kami bengong selama 5 menit, saya hanya bisa membatin 'WELCOME HOME!'

Monday, April 25, 2011

Midnigth Visit

Ibuku terkesan orangnya tidak perduli. Tapi menurutku dialah orang yang paling tajam indranya pada anak anaknya. aku yakin, sampai akhir hayatnya akan begitu.

¤
Saat aku kelas 5 SD, hanya dari sedikit gerakanku, dia tahu aku mens yang pertama.

Kelas 2 SMP, hanya dari pipiku yang merona dan senyum yang lebih lebar dari biasanya, dia tahu aku punya cinta monyet.

Namun dia hanya sekali menegurku karena menyontek. Itupun di duga hanya dari perilakuku yang cemas setelah pulang ujian.

¤
Kini aku sedang berpandangan mesra dan bibir pacarku sebentar lagi mendarat di bibirku. Kami hanya sendiri di ruang tamu ini. Semua orang sedang pergi. Tanteku menginap ke rumah adiknya untuk berbagi kesedihan atas meninggalnya ibuku 3 minggu lalu.

Tiba-tiba, listrik mati. Gelap. Saat tangan pacarku hendak mengerayangi tubuhku yang sejak tadi sudah takluk, terdengar bunyi keras sekali. Pompa air meraung menstarterkan diri. Pompa yang hanya bekerja bila ada listrik. Aku tersadar, ku jauhkan tubuh pacarku.

Itu pasti ibuku!

Rupanya keyakinanku salah. Dia tidak hanya mengawasi sampai akhir hayat melainkan setelahnya juga. Hanya satu tanyaku: Bagaimana dia bisa tahu pacarku adalah suami orang?

Saturday, April 16, 2011

Karakter Bocahku di 3,8 thn

Usia 3 tahun 10 bulan sepertinya sudah mulai bisa diamati karakter si Matheo. Terutama karena sekitar 2 bulan lalu, dia mulai menerima laporan evaluasi dari guru di sekolahnya. Yang menarik disitu adalah: pemalu dan pelajar serius.

Pemalu. Saya nggak terlalu heran. Kelihatannya ini menurun dari sang ayah, bagaimanapun sang emak mengakui bahwa pribadinya lebih cenderung malu-maluin-tapi-mengemaskan. Bila dipaksakan statistik, maka Matheo 60% papa dan 40% mama. Selain pemalu itu, dia cenderung soliter dan senang menyendiri. kalau banyak anak lain, dia nggak ikut main malah dipinggir mengamati saja. Persis babenye! Tapi kemudian 40% adalah dari si emak, bahwa dia nggak suka sendirian. Makanya biar anak lain segambreng, kl tidak ada yang menarik hatinya, maka sang emak masih saja menjadi objek perbudakan. Musti temenin dia main. Oh Mon Dieu (sama arti dengan Oh My God. Kan di Prancis hehe)

Pribadi bapaknya yang lain adalah bersih banget. Kalo makan misalnya, ada satu tetes coklat yang jatuh ke tatakan makannya, harus dilap dulu, baru dia mau lanjutin makan. Kalo mau pipis or ngebom, ada tissu di dalam toilet harus di splash dulu. Sering kali emaknya berusaha membuat kearah santai, kan kotor itu bagian dari belajar. Eh sejujurnya, lebih karena malas lah ya, jadi tambah kerjaan aja! Tapi bo! Doski kagak mau, kekeh harus bersih dulu... OMD (dari Oh Mon Dieu!)

Berikutnya yaitu kalem dan sabar meski ada masanya dia ngomong nggak berhenti. Setiap kali di tempat bermain yang banyak anak, misalnya taman yang ada prosotannya atau manjat-manjat. Matheo selalu menunggu sampai yang mau dikerjakan, tempatnya kosong dulu. Jadi dia rela saja gitu dilewatin bahkan disalip sama anak anak lain sampai 7-8 anak! Gimana emaknya yang jadi nggak sabaran tuh! Cuma kalau dideketi dan diberi wejangan yang berguna macam "Nak jangan ngalah terus dong, kamu maju juga, jangan mau dilewati terus!" maka dia akan menjawab dengan kalem "Mama, kamu duduk saja di sana" ... OMD!

Tapi secara umum, Matheo itu anak yang manis. Banyak senyum kecuali dia belum selalu menjawab basa basi macam bonjour dll. Bisa anteng kalo di tempat orang. Nggak pernah ngamuk kalo minta sesuatu nggak diturut di tempat umum. Nggak bandel sama anak lain. Lahhh bandel dari mane! Lha Wong dia yang dibandelin anak mulu. Paling kalau dipukul atau didorong anak lain, Matheo cuma protes "eh, ça fait mal! Sakit!" Udah. Jadi agendanya, setahun lagi dia harus dimasukin ilmu bela diri macam Judo (Prancis juara dunia lho ;-P) atau Aikido. Pokoknya anak saya harus bisa bertahan di dunia yang keras dan kejam. Cie. .. OMDnya absen dulu.

Dan secara khusus, ada satu hal yang menarik pengamatan saya nih: selera homurnya Matheo. Entah, apakah ini presentasinya banyak di ayahnya atau di emaknya. Saya perlu pendapat orang lain sepertinya... Matheo kalau lihat anak lain nangis keras karena jatuh dan nakal atau dimarahi orang tua mereka, dia malah senyum-senyum. Weekend kemaren, kami menginap di rumah teman ayahnya. Di sana ada satu anak yang dimarahi habis-habisan karena memukul anak lain. Matheo langsung jalan lewat-lewat gitu sambil berkata "Matheo, il est gentil! Matheo, anak baik" Berkali-kali. Coba deh tuh!. Juga sekali pernah, salah satu anak (katakan namanya Sasa) berantem dengan anak lain (katakan namanya Didi). Sasa belain Matheo karena Didi mengambil karet gelang yang seharusnya milik Matheo. Jadilah Sasa dan Didi dimarahi orang tua masing masing, saat berantem mereka mulai teriak-teriakan. Selama mereka berantem, Matheo asik aja diam dan memperhatikan. Tapi begitu si Sasa dan Didi dimarahi orang tua mereka, maka si Matheo sambil mengambil gelang ditaruh dibelakang punggungnya, Dia senyum-senyum sambil geleng-geleng kepala! ... OMD. OMG.

Humor anak gue ini termasuk apa ya: humor khas anak kecil, humor gelap atau sarkas ya? .. Tapi percayalah, Matheo tetep anak imuttt dan penuh chinchaaa.. *ibu-ibu tuh L3B4Y secara alamiah*

Friday, April 15, 2011

Curahan Hati Malaikat Maut

Hei, jangan lari dulu! Aku tahu kau takut padaku... Namaku memang Malaikat Maut. Tapi ini belum waktumu kok. Aku hanya butuh tempat bercerita sedikit. Didalam rasanya sedang sesak.

Ketahuilah, aku tidak suka dengan namaku. Sungguh. Terlalu banyak kontradiksi di dalamnya. Malaikat terhubung dengan kebajikan dan seluruh tindakannya tak lain untuk menolong. Namun kemudian disambung dengan Maut. Kau tahu kan Maut itu apa? Tidak lain ketakutanlah yang ada disitu. Segala yang bermakna sangat jelek! Bayangkan jika kau menyandang julukanku. Bila kau tidak kuat, maka kau akan menjadi gila sendiri. Tapi sudahlah, aku sudah bisa menerimanya. Bukankah setiap pekerjaan memiliki konsekuensi dibelakangnya?

Lagipula, bila dipikir pekerjaanku merupakan hal yang sangat perlu dan penting. Kalian, manusia, seringkali tidak sadar membiakkan diri se-enaknya saja. Di bentangan Afrika, mereka bisa punya anak sampai 8 meskipun tak punya sesuatu untuk dimakan. Di negara maju pun, kadang ada yang beranak-pinak sampai belasan dan pusing memilih nama. Di sebuah negara bernama Indonesia, bahkan mereka percaya "banyak anak banyak rejeki". Jadi bisa dibayangkan bila kalian semua dibiarkan hidup selamanya -seperti kami- akan ditaruh dimana di bumi ini? Bumi kan tidak bertambah besar. Luasnya sebegitu-gitu saja.

Secara tata aturan hidup, pencabutan nyawa kalian juga diperlukan agar seimbang. Agar kalian percaya terhadap kekuatan lain disamping manusia. Ini agar menghindarkan kalian menjadi terlalu pongah dan bisa diatur. Tidak menjajah alam. Dan ini juga untuk mengajarkan kalian agar lebih memikirkan antara diri kalian sendiri ataupun sadar akan efek dari sebuah tindakan.

Itulah sebenarnya yang merupakan saat-saat mudah bagiku dalam menjalankan tugas. Misalnya begini. Ada sekelompok orang yang bermain-main dengan maut. Sok menantangku. Main olah raga ekstrem, menciptakan perang, usaha bunuh diri, melakukan percobaan nuklir. Maka didalam situ, kehadiranku sudah diperhitungkan. Mereka merasa bangga bila bisa lolos dariku. Pada saat itulah, aku dengan senang hati menunjukkan bahwa aku ada. Tentu saja dalam sebuah pekerjaan, kredibilitas memang selalu dibutuhkan. Iya kan?

Meski kemudian, pertanyaan siapa yang harus kuhampiri dan caranya bagaimana, terus-terang bukan aku yang menentukan. Aku kan cuma pekerja. Kalian saja yang sering salah sangka. Daftar orang-orang itu dibuatkan oleh Atasanku, yang kalian sebut dengan nama Tuhan, Dewa, Roh atau apalah. Yang kalian percaya ada satu atau beberapa. Demi nama bosku, aku tidak berkuasa mengubah apa pun dalam list itu. Disinilah persoalan yang membuatku sekarang merasa sesak. Aku sering merasa tak berdaya saat harus mencabut nyawa yang tertera di situ, saat orang itu menurut logikaku bukanlah pilihan yang baik. Tapi sekali lagi, Atasanku itu maha kuasa, maha tahu dan masa segalanya. Logikaku bukanlah tandingannya. Tapi boleh dong kalau sekedar berbincang tentang itu? Masak hanya mau curhat saja tidak boleh.

Contohnya begini. Apa gunanya mencabut nyawa seseorang ibu muda yang anaknya baru berusia 2 tahun? Dia hanya seorang yang menghabiskan waktunya untuk berbuat baik: berteman tanpa bergosip, penyumbangkan sebagian uang untuk anak asuh dan bekerja (tidak malas seperti penjaga surau yang hampir rubuh, yang hanya membaca-baca bacaan suci). Dalam kehidupannya, dia juga hanya mengkonsumsi makanan bio, yang dipercaya menjauhkan dari pestisida. Namun dia kena kanker juga. Bisa dikatakan matinya perempuan itu hanya menguatkan satu ungkapan "orang baik, meninggalnya cepat". Hmm. Sebenarnya, konsep orang baik ini agak aneh juga. Atasanku selalu berkata bahwa Beliau tidak suka orang berbuat jahat. Tapi yang berbuat jahat diberi umur panjang agar punya kesempatan untuk tobat. Bukankah itu mirip dengan 'premanisme'? Kau menebarkan kekacauan untuk memberikan perlindungan kepada orang yang datang padamu. Oh, maaf bos. Aku sudah terlalu lancang sejauh ini. Tapi cobalah berikan penjelasan. Misalnya saja, kenapa nyawa si perempuan tadi dibiarkan saja. Toh bila dia meninggal tidak ada yang bersuka-cita. Juga satu lelaki muda yang sedang menunggu istrinya melahirkan. Atau petugas pemadam kebakaran yang sedang menyelamatkan seorang bayi di lantai atas. Mengapa tidak digantikan saja dengan pencabutan nyawa seorang diktator atau koruptor? Ada satu nama manusia yang menarikku akhir-akhir ini: Moamar Khadafi. Coba, mengapa tidak dia saja yang harus aku ambil nyawanya. Pasti selain sederet haremnya, berjuta orang akan merasa bahagia. Jadi sambil menjalankan tugas, aku berbuat baik, meskipun namaku ada kata Mautnya..

Sekali lagi, Atasanku tidak bisa dibantah. Dan berulang kali aku katakan, aku hanya pekerja, yang hanya berhak sesekali mengeluh atas tugasnya.

Sudahlah, sekarang kamu boleh pergi. Terimakasih sudah mendengar ocehanku. Tak perlu kuatir, beberapa jam lagi, kamu hanya merasa baru saja diberi mimpi buruk dan lupa. Sedangkan aku, akan kembali bekerja.

Aku bocorkan list hari ini:
- Ahmad. pengemudi mabuk. 13h30. Tabrakan dengan mobil di depannya
- Kye Lho Hong. 11h20. Dibunuh di penjara cina
- Dynoho. 19h. Serangan jantung saat bercinta
- Soeharto. 12h. Sakit tua. (fiuhh, akhirnya)
- Rinti. 20h. gagal operasi paru-paru.
- dsb
- dsb

Wednesday, April 13, 2011

SAAT KEHIDUPAN DAN KEMATIAN BERJABAT TANGAN

Saskia bergerak masuk ke salah satu ruangan di rumah sakit berdinding putih. Dani, suaminya, menopangnya dengan segenap kekuatan tubuhnya. Tujuan mereka: Ruang bersalin. Dibelakang mereka, berderet 2 suster dan satu orang dokter.

Dani tersenyum memandang istrinya yang tengah meringis kesakitan sambil memaki-maki
"Dasar laki-laki sialan! Lihat betapa sakitnya aku sekarang, hanya untuk melahirkan anakmu!" Dan berbagai makian lainnya, sambil sesekali pukulan tangan istrinya ke tubuhnya. Dani tetap tersenyum karena dia tahu Saskia semata sedang menahan sakit, sebetulnya hatinya sama bahagianya dengan dirinya. Sebentar lagi mereka akan menimang anak pertama wujud cinta mereka.

Diantara jerit kesakitan, Saskia mengingat masa-masa pertemuan mereka, berseling janji yang mereka ucapkan didepan penghulu. Tak lupa berbagai janji sehidup semati, rencana mereka membentuk keluarga kecil bahagia. Diantara jeritannya, Saskia merasakan bahagia. Sebentar lagi mereka punya bayi. Pasti Dani bahagia Begitu pikirnya.

Dani memang sungguh bahagia. Mungkin bahagia bukan kata yang tepat, yang dirasakannya jauh lebih dari itu. Inilah saatnya dia merasa lengkap. Saskia merupakan istri keduanya, yang hadir disaat dia sudah mulai tidak percaya cinta. Perkawinan pertamanya yang berakhir dengan penuh benci merupakan penutup dari tahun-tahun hidup di neraka. Saskia begitu berarti baginya. Lalu digengamnya tangan istrinya yang masih saja menjerit kesakitan.

Tiba-tiba sebuah alarm yang terhubung dengan tubuh istrinya berbunyi. Suster dan dokter bergerak mendekat. Menganalisa dan kemudian sang dokter berkata
"Ini harus dioperasi. Kondisi bayinya sudah terlilit usus pada lehernya. Posisinya pun kurang menguntungkan"
Lalu seluruh orang di ruangan itu bergerak menyiapkan ini-itu. Saskia sudah mulai berkurang jeritnya setelah disuntik obat bius. Sedang Dani hanya termangu. Dia diminta keluar

Diluar, langkah kakinya mondar mandir. Diserang perasaan yang begitu kuat. antara lebih-daripada-bahagia dengan cemas-luar-biasa. Dia membayangkan bisa Saskia hadir dengan anak mereka. Dia juga membayangkan Saskia yang tidak berhasil melampaui operasi itu dan pergi membawa cinta dalam hidupnya. Otaknya bekerja, menghayal secara keras. Jantungnya berdetak tak terkendali memompakan aliran darah yang semakin lama semakin keras. Dan semakin cepat. Sampai akhirnya, dunianya gelap.

Dani tidak tahu bila tubuhnya dibawa ke ruang gawat darurat. Saskia juga tidak tahu itu karena dia juga sedang berada di ruang kegelapan, lorong tanpa cahaya. Saat obat bius bekerja, anaknya berhasil keluar dari perutnya. Anak laki-laki yang menangis keras. Buah cinta yang bahagia.

Beberapa jam kemudian, Saskia sadar. Ditangannya tergeletak bayi mungil merah.
"Selamat datang sayang" Senyumnya mengembang. Dia merasa berada di sebuah padang indah, penuh bunga dengan langit biru yang disambangi berbagai burung bersuara indah.

Mereka menunggu kehadiran Dani. Mereka pikir Dani sedang berada diluar ruangan, dan bila lama sedikit belum datang, itu karena dia sedang minum kopi di kantin.

Mereka tidak tahu bahwa Dani masih berada di sebuah lorong panjang. Dokter belum memberi tahu mereka bila Pembuluh darah di tubuh Dani beberapa pecah karena tidak kuat menahan aliran yang begitu kuat. Saat jantung tak tahan pada suatu emosi yang terlalu tinggi.

Dani melihat sebuah cahaya diujung lorong itu. Dia mencari anaknya dan istrinya tapi tak dijumpanya juga. Malahan ada beberapa tangan berusaha memanggilnya: Papa, Teman karib SMAnya, Tetangganya yang gemuk pendek. Orang-orang yang sudah lama mati.
"Mari Dani, bergabunglah bersama kami" Ajak mereka. Herannya suara mereka begitu mendayu merdu, seolah menjanjikan kehidupan yang jauh lebih indah dari yang dia bayangkan baru saja. Saat mengenggam istrinya yang berjuang melahirkan tadi. Akhirnya, dia tersadar bahwa anak dan istrinya tidak ada di sini. Mereka hidup. Dia ingin pergi melarikan diri dari situ. Tapi lorong gelap tempat dia datang tadi telah lenyap. Tidak ada pilihan lain, maka Dani pun hanya bisa tersenyum. Paling tidak anak dan istrinya dikaruniai hidup. Semoga mereka berbahagia, bisiknya.

Saskia berkata pada anaknya
"Sayang, mama bocorkan sebuah berita sambil menunggu ayahmu. Kamu, kami namai Nugroho karena kamu adalah anugrah"
Mereka terus menunggu, sampai dua jam kemudian, seorang dokter muncul dan berkata
"Dengan berat hati dan bela sungkawa yang mendalam, suami Anda tidak berhasil kami selamatkan. Dia meninggal pukul 18.30 WIB akibat pecahnya pembuluh darah. Nyonya, kami sudah melakukan segala yang terbaik yang kami bisa. Tapi nyawanya tak tertolong" Suara dokter itu bergetar hebat.

Saskia terkesima. Tak percaya. Dipeluknya anaknya erat-erat. Buah cinta dari cintanya yang pergi tanpa pamit.

Dia masih saja tak sadar, meski selalu berpura-pura menjawab seadanya saat ucapan-ucapan itu datang sampai waktu yang lama

-Selamat atas kelahiran Nugroho. Turut berduka cita atas meninggalnya suamimu-
-Semoga Nugroho jadi anak yang baik dan soleh. Semoga Dani diterima disisi Nya-
-Tabahkan hatimu. Dan sekali lagi, selamat atas kelahiran putramu. He is cute. He looks like his father-

***Damn! ini kisah nyata***

Tuesday, February 15, 2011

Gang Menpul. Black Valentine

Hari itu tanggal 14 Febuari tepat diusia 30 tahun 6 bulan 11 hari dari seorang yang bernama Wuni. Di hari kasih sayang itu, hanya satu yang diinginkan : Say No To Valentine!

Bukan karena Valentine adalah berasal dari St Valentin yang tidak berbasis dari agama mayoritas di negeri ini. Dia tidak peduli sama sekali dengan agama. Juga bukan dinilai terlalu L3B4Y binti 4L4Y. Tetapi simple saja, dia sedang tidak punya pacar, tidak ada yang diprospek jadi pacar dan tidak ada harapan seseorang menembaknya jadi pacar. Maka curhatlah dia kepada gang Menpul yang sebagian besar single.

Setelah berempuk di selingi tertawa-tawa nggak jelas seperti biasa, maka diputuskan untuk mengadakan satu tantangan yang berbau solidaritas. Seharian besok , tepat di tanggal 14 Feb mereka sepakat pakai baju hitam dari atas ke bawah. Dari pagi hingga malam, mereka akan makan di sebuah Caf�
"Gue yang booking Fashion Caf�nya! Pokoknya beres! Lo pada asal jangan telat!" kata Andri dengan gaya bos-bosnya.
"Ok. Deh nggak usah pake melotot gitu deh. Tuh piring ada yang kotor, cuci sono..." Umpan Lola yang ternyata berhasil mengalihkan pandang si Andri pengacara bermental office boy.

Dan begitulah yang terjadi.

Ternyata mengenakan busana berwarna hitam khas hendak melayat, bukanlah hal yang nyaman di hari kasih sayang sedunia itu. Terutama disaat orang orang berusaha tampil ceria. Yang wanita centil jelas-jelas pake pink. Yang tomboy, memilih kemeja cerah. Bahkan ada juga lelaki yang memakai kemeja pink.
"Gile mau kencan lo, pake pink gitu?"
"Iya nih. Nti malam mau nembak Dewi. doain ya" kata Yudo kepada Wuni.
"Iya deh"
"Nah elo kenapa pake item?"
"Terjebak perjanjian" jawab Wuni garuk-garuk.
Risih juga kalau sampai pak CEO melototi dan komentar
"Waduh, hari Palentin gini kok Mbak Wuni pake hitam ya. Apa nggak salah tuh..."
Rasanya kepingin hari berakhir juga, atau curang ganti baju warna cerah dulu. Tetapi hidup ber gang adalah integritas. Amit-amit kalau tidak jujur.

Sorenya, kelegaan datang saat berkumpul di Bengawan Solo. Satu-satu datang dan satu-satu orang yang lewat menoleh menengok mereka. Begitu jumlahnya genap 7 orang.
"Gila! Susah lho taunya pake baju item gini. Semua orang pada ngeliatin. Gua ampir aje nyerah" Lola duluan curhat
"Iya. Biasanya gue pake item biar nggak dipelototin pas meeting. Tapi tadi jadi gue yang diliatin semua orang gitu. Mana CEO gue pake komentar segala lagi. Sialll" Wuni ikut nimpalin
"Kalo aku, untungnya cuma ada meeting ngomongin restoran baru, siang ini" Was tersenyum lega.
"Ah. Baru juga diliatin... Jarang-jarang bisa sukses gini. ya nggak.. ya ...ngak" Ujar Jajang ceria sendiri
"Huuu.. Elo emang caper!" Umpat si Andre
"Udah yuk kita pergi" Kata si supir mengingatkan

Begitu masuk ke ruangan yang sudah didekor seromantis mungkin, para pengunjung yang hampir semua berpasangan, menoleh dengan pandangan heran dan nyaris melotot. Apa-apaan ada segerombolan manusia berpakaian hitam? Mereka melangkah yakin, seyakin gerombolan semut mengotong gula. Karena jumlah berperan. Kalau banyak begini, semua pasti tahu hal ini dilakukan dengan sengaja.

Karena Andre yang terhormat tidak berhasil mendapatkan meja, maka mereka punya posisi lebih strategis lagi. Ditengah-tengah melingkari meja bar! Sepanjang sejam pertama, keberisikan mereka sepertinya sukses membuat kesal orang-orang di sekitar.
"Yang itu kayaknya lagi siap-siap mau nembak. lihat di balik tangannya dibawah bangku dia punya bingkisan kecil"
"Kalo yang itu, yang cewek keliatan malu-malu banget, pasti lagi deg-degan pengen tahu kalimat tembakannya"
"Gila, kenapa juga sih orang-orang ini bela-belain pada pake baju pink"
"Eh sepertinya kita mengagalkan suasana romantis yang dibutuhkan mereka deh".
"Tau nih! sebenernya jahat juga lho kita!"
"Ya udah lo nyanyi aja deh Jang!"
"Jajang! jajang!"
"Malu ah... "
"Halah sok malu. lo kan penyanyi cafe. tuh dipanggil vocalis bandnya.. daripada kita berisikin ditengah gini kali ya..."
"tapi kalian joget ya. nemenin gue nyanyi.."
"Beresssss !!!!!!!" kata yang lain serempak.

Jajang pun naik ke panggung. yang lain pasang badan di lantai dansa. Tak lama sehabis berunding, Jajang pun melantunkan suara merdunya.

I think i was survive.. i will..
just thinking of .. without you by myself..
--- mengalunlah lagu...---

I WILL SURVIVE!

Para peserta joget terkejut sebentar tapi lalu bergeol-geol gembira. Sedangkan para pengunjung lain, terkejut dan berlipat muka mereka.

Sepulangnya dari situ, Wuni tahu. Semua temannya di gang itu tahu. Saat mereka berpandangan penuh senyum sambil menunggu mobil Alex keluar dari parkir. Tahu bahwa saat itu mereka menemukan arti baru dari sebuah hari Valentine. Hari untuk menemukan kasih sayang dengan sesamamu, dengan teman temanmu, keluarga atau siapa saja. Semangat cinta buat siapa saja. Say no to Say No Valentine!

Tetapi maaf, tindakan itu disadari kurang berkasih sayang bagi pasangan yang hendak saling tembak malam itu...

Monday, February 7, 2011

Sambal Expired

Dalam hal makanan, selain tata makan dan rasa yang berbeda, ternyata tingkat "kebersihan" juga tidak sama. apalagi kalau bukan antara makanan indonesia- prancis. *maaf bagi yang tersinggung*

Di sini kepatuhan terhadap label dikonsumsi adalah wajib. baik makanan awetan maupun segar, akan dibuang bila sudah melebihi tanggal yg ditentukan alias expired. tidak ada cara coba-cicip dulu seperti di tanah air. Pun, tempat penyimpanan seperti kulkas suhunya selalu terjaga. Maka tidak heran perut orang sini tampaknya sangat 'steril'.

Runyamnya -biarpun tidak bermaksud bergaya- semakin lama kami merantau, semakin fragilelah perut kami. Tak heran, teman saya ada yg ikutan diare setiap mudik, persis para bule bule itu. Jadi dia tidak bisa makan sembarangan. Tidak bisa makan pinggir jalan. Apa tidak sedih?

Untuk itu, saya melatih perut supaya tetap tahan banting. Salah satu caranya adalah: MENGKONSUMSI MAKANAN EXPIRED, setiap 3-4 bulan sekali. Indomie expired 4 bulan. Yoguth expired 5 hari. Sambal expired 1 bulan. Pokoknya biar perut merintih dan kadang harus ke toilet lebih sering, saya anggap perut saya sedang latihan.

Runyamnya, tanpa bermaksud buruk terhadap tetangga saya yang super baik. Dalam undangan makan siang, sebagai balas jasa mereka yang sudah memperbaiki urusan rumah yang rusak, terjadilah adegan ini...

Saya masuk bawa sepiring kecil sambal - Sambal Lampung Lili. dan saya bilang:
"ini hanya untuk saya karena sangat pedas"
sejujurnya, selama ini saya nggak pernah ketemu bule yang berani melawan petunjuk ini. Rata-rata mereka takut pedas. Apalagi tetangga saya ini prancis asli dan umurnya sudah banyak. Saya yakin 100% kalo mereka orang Prancis tradisional, macam mertua saya.
"ah, suami saya suka sama makanan pedas" kata sang istri tetangga mengejutkan.
"iya saya mau coba" kata sang suami sambil melirik sambal saya itu.
"tapi ini pedas sekali. meskipun buat orang Indonesia. Kami sudah makan pedas dari umur 5 tahun lho! Juga biasa makan cabai rawit" kata saya berusaha menjelaskan yang bisa dijelaskan. karena dibelakangnya hal itu... bagaimana saya harus menjelaskan bila ini sudah expired? .Bukankah kejujuran juga ada batasnya?

Maka dengan senyum yang dibuat seringan mungkin saya sodori sambal itu. Dan sang suami mengambil satu sendok kecil, diaduk dengan tenang ke piringnya. Sesuap makan, dia langsung minum wine. Tetapi isi piringnya berhasil habis.

Oh My God! Semoga dia sehat-sehat saja perutnya! Manusia berhati malaikat itu ....

Monday, January 31, 2011

Apprendre Français

Saat ini merupakan masa dimana saya memiliki tahap yang sama dengan anak saya yang usianya 3.5 tahun: Kami sama-sama sedang belajar bahasa Prancis. Dia memang sedang belajar untuk berkomunikasi, sedangkan saya harus meningkatkan kemampuan bahasa saya ini untuk persiapan ujian masuk tahun depan.

Belajar bahasa itu sendiri bukan merupakan hal yang mudah bagi saya. Setiap orang memiliki masing-masing potensi. Begitulah, saya jenis yang harus bersusah payah dalam menambah kata, memasukkan ke dalam memori, apalagi bahasa Prancis rumitnya minta ampun. Di tengah jerih payah ini, saya mengamati bedanya yang namanya belajar antara orang dewasa (artinya sudah lewat masa remaja, dan bukan dalam konotasi 'bijak') dan anak kecil.

Dari pelaku sendiri, kemampuan memori anak yang dikatakan mampu menyerap 25 kata per-hari, bukan merupakan tandingan orang dewasa. Plus kondisi ini, dipersulit dengan tingkat kognisi orang dewasa yang rumit sehingga sering mempertanyakan ini itu dan logika dari ini itu. Sebetulnya, tahap anak yang masih sederhana, justru sangat membantu mereka menyerap tanpa banyak tanya karena belajar bahasa sebagiannya adalah belajar dogma.

Contoh keribetan bahasa Prancis:
-subjeknya aja ada 6: je, tu, il/elle, vous,on, ils
-setiap subjek, kata kerjanya berubah, sesuai dengan tensesnya (tempsnya). dimana temps nya mereka sekitar 15, maka perubahan kata kerja yang dikenal dengan konjugasi akan sebanyak...
-setiap kata benda ada maskulin dan feminin. hallo, memangnya benda itu semua ada kelaminnya? dinamakah kelaminnya sebuah kursi? lalu, apakah hak kita untuk membuat kursi adalah perempuan dan sofa adalah laki-laki? mereka tidak bisa protes
-terdapat juga embel-embel seperti is,am,are. yang di prancisnya disebut être. tetapi yang bukan êtré, mengunakan avoir. Mengunaan être ini nggak ada logikanya. pernah saya coba dengan mengaitkan dengan tindakan bergerak karena partir (pergi), sortir (keluar) mengunakan êtré tetapi quiter (meninggalkan) ternyata pakai avoir.
-pembagian tensesnya banyak yang pake feeling. seperti past tenses, kalo berulang atau kebiasaan pake imparfait, tapi kalau sekali kali pake symple past. futurnya, beberapa kalimat kita pakai temps mana, sedasarkan besarnya keyakinan bahwa hal itu akan terjadi. ini belajar bahasa atau jadi peramal sih? bahkan, ada tenses yang dipakai hanya untuk tulisan buku.
-kata kerja ada juga yang dipersulit dengan pemenpelan se, seperti se reveille, se leve, karena hal hal tersebut hanya kita yang bisa melakukannya dan bukan orang lain melakukan untuk kita! (tidak mengherankan karena di sini tidak ada pembantu). siksaan ini belum cukup, ada lagi, satu kata kerja yang bikin berantakan struktur normal, dia adalah: manguer (kangen/kehilangan), harus berbunyi tu me mangue, ça me mangue yang kalo di indonesiakan: dia saya rindukan. Objek-Subjek-kata kerja. rese kan!

Deret diatas masih banyak lagi yang tidak saya tahu. Jadi bisa dibayangkan kalau orang dewasa mempelajari bahasa Prancis dengan logika. itu sama dengan menanyakan telur dan ayam duluan mana? cuma buang-buang waktu.

Selain pelakunya, reaksi lingkungan ternyata juga ikut mempengaruhi keberanian berbicara (A) yang berbanding lurus dengan banyak latihan (B), yang berkorelasi positif dengan tingkat keberhasilan (C). A = B = C. *meski orang kulit putih, secara jujur, jauh dari nyela apalagi mentertawakan kalau kita tidak cakap dengan bahasanya*
namun secara garis besar, Rumus ini dengan sukarela (meski belum tentu valid) menjelaskan mengapa anak-anak lebih cepat bicara daripada orang dewasa. Beberapa bahan observasi:

1 ATAS KESALAHAN PENGUCAPAN.

REAKSI THDP ANAK: -langsung dibetulkan dengan manis. kritikpun disampaikan lemah lembut . "salah sayang, bukan begitu. Chaise'
-Ditertawakan tetapi dengan nada jenaka "lucu ya anak-anak. ngomongnya masih salah-salah". sambil dibiarkan, tetapi tetap tanpa kritik.
-Dicubit pipinya, sambil tertawa gemas. dan kemudian digendong-gendong.
kesimpulan: anak tidak mengalami trauma karena terkadang disertai tindakan penuh kasih sayang. plus, kalaupun memang di kritik, anak belum tahu malu.

REAKSI THDP ORANG DEWASA : -pardon. ulangi dong. saya tidak mengerti.
-kamu/anda ngomong apa sih? Cheese? no? Bon. sorry
-Kalo ngomong yang bener!
reaksi ini ditemani kening yang berkerut, seolah pelaku bersalah membuat orang lain harus berpikir keras. dan sering kali, tidak disertai oleh pembenaran sehingga orang dewasa cuma bisa garuk-garuk kepala, tahu dia salah tetapi tidak tahu salahnya dimana.

2 PENGULANGAN
REAKSI TERHADAP ANAK :-dasar anak-anak, kalau suka, diulang-ulang. macam Teletubbies
-aduh, bisa berhenti sebentar tidak... sayang, cintaku
-pergi menyingkir ke dapur atau ruang komputer dengan damai.

REAKSI TERHADAP ORANG DEWASA : -kamu ngapain sih? kok ngomong diulang-ulang begitu?
-Stop! Kuping sakit nih!
-sudah gila ya?

3 PENERAPAN KOSAKATA YANG TIDAK PAS ATAU PENGUNAAN YANG KELIRU.
contoh: kalimat 'tu as raison' (kamu benar). dipakai matheo buat segala suasana.
"mama ini bingkisan apa?"
"baju mama, kemaren baru beli"
"tu as raison"
(ya iyalah, mama yang beli gitu lho. masak ada kemungkinan salah)

atau: kata "peut-être" (mungkin)
"matheo mau apa?"
"kentang. peut-être"
lagi main.
"ini jawabannya apa?"
"yang ini. peut-être"
(padahal dia udah tau banget yang bener yang mana. mainan kesukaannya dia gitu lho!)
bahkan pas nyuruh
"maman. makan ini! peut-être"

jadi terhadapa anak kecil. Reaksi kita adalah : AHH LUCUNYAA!!!!
sementara kalo hal ini saya lakukan terhadap suami. maka dia akan berkata : YA AMPUN! BECANDA YA! SAYA NGGAK NGERTI SELERA HUMOR KAMU!

Now, you know why i'm jeaulous with my son.

Saturday, January 15, 2011

Just a HEHEHE

Married seperti kincir angin. Kadang berputar cepat bergairah, kadang lambat bahkan statis dan waktu itu kita membatin.. ah boring nih.. Nah, saran saya: Make affair , in a dream. Dijamin, in the next morning, you will be happier and free or guilty feeling. HEHEHEHEHE.

*Pesan ini tidak berlaku kalau mimpinya pas sama Dono atau Jojon atau Sumatri ya!

Friday, January 14, 2011

Buku MEMBURU FATAMORGANA

JENIS : NOVEL
PENERBIT : IMANIA - MIZAN
HARGA INDONESIA : Rp 35.000
TANGGAL TERBIT: 30 Januari 2011 (Toko Buku Toga Mas, Gunung mas, Karisma, TB MIzan, TB Mizan Corner, MP Book point.

7 Februari ( Toko Buku Gramedia)



Buku ini merupakan cerminan sebuah hobi bisa membawa kearah yang lebih serius. Sungguh, awalnya hanya sekedar senang menulis, kemudian melalui proses membuat draft yang memakan waktu beberapa bulan, sempat melakukan lomba cover, akhirnya buku yang saya tulis dengan mbak Helene, sampai juga ketahap pencetakan dan peluncurannya. I'm so happy! . Perubahan nama terjadi, dari Chasing The Mirage menjadi MEMBURU FATAMORGANA.

Tentunya, semua ini tidak akan terjadi tanpa dukungan dan semangat dari teman-teman. Oleh sebab itu sebelumnya, kami ucapkan terimakasih. Khususnya bagi yang sudah mengikuti perkembangan serta memesan. Sebagian dari royalti yang kami terima, akan kami sumbangkan bagi kalangan yang membutuhkan. Jadi.. silakan dapatkan di toko buku segera. Dan bagi mereka yang tinggal di luar Indonesia, bisa pesan ke saya.. Dijamin sampai di kotak surat, obat kangen buku Indonesia. Hayo hayo. Siapa Cepat Dapet Senyum Manis Tring Tring :-D

SINOPSIS

Siapa yang tidak tertarik menjadi bagian dari suatu negara yang gemerlap?

Abu Dhabi yang memiliki julukan sebagai negara fatamorgana, banyak yang menyilaukan pendatang untuk mengadu nasib di sana. Tetapi, bagaimanakah sebetulnya kehidupan ekspatriat di bawah naungan modernitas dan praktik syariat Islam ini?

Chloe, si manja yang merantau untuk menghapus bayangan orang tuanya, menghaturkan seluk-beluk keunikan gaya hidup yang ada, seperti para Emirati yang melepaskan abaya sebelum masuk hiburan malam, perselingkuhan, kehidupan kantor, materialisme berlebihan dan lainnya. Di sana pulalah, ia menghadapi kejadian yang membuatnya mengerti arti hidup, apalagi ketika sahabatnya Entin dikecewakan orang yang dicintainya dan pembantunya Siti yang telah dianggapnya sebagai "kakak" menjadi korban kriminalitas. Tiga saksi dari fatamorgana sebuah gemerlap semu.

Kisah tentang persahabatan, percintaan dan perubahan pandangan hidup. Tak hanya itu, kita juga diajak berkeliling menikmati keindahan sekitar Emirat yang menakjubkan.

ENDORSER

"Sangat menarik. Novel ini mengambil tema nyata tentang kehidupan TKW Indonesia di Abu Dhabi. Citra mereka umumnya lekat dengan cerita tentang para pembantu rumah tangga yang menyedihkan, namun ini menggambarkan sisi lain kehidupan dan persahabatan 3 pekerja wanita Indonesia dari sektor yang berbeda dengan segala permasalahan yang mereka hadapi, dibumbui cerita romantiss yang menyentuh" - M. Wahid Supriyadi, Duta Besar LBBP RI untuk Uni Emirat Arab

"Dengan latar dan nasib yang berbeda, 3 pekerja wanita Indonesia harus menaklukan gemerlap dan kekerasan hidup Abu Dhabi. Memburu Fatamorgana mengajak kita menguak apa yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya" - Iwok Abqary, penulis buku anak dan remaja

"Memburu Fatamoragana menempatkan perbedaan tabiat, sifat dan budaya pada sebuah wadah yang sama. Sifat tokoh utama dan dunia baru yang menjungkirbalikkan cara pandangnya adalah konflik hebat novel ini, jembatan untuk mengenali kedalaman fatamorgana Abu Dhabi" - Ferry Herlambang Zanzad, penulis, pekerja grafis dan web desainer

Tuesday, January 4, 2011

Turis Kampus SORBONNE

MAI 2010. Siang itu matahari bersinar cemerlang berpadu dalam keindahan musim semi. Kesejukan alam semesta dengan bunga-bunga bermekaran dan pohon warna-warni. Sungguh panorama yang sempurna bila tidak diusik oleh sosok seorang yang sedang.. bengong!

Di depan sebuah gedung yang menyandang nama Sorbonne Nouvelle, saya melonggo terpaku menatap kampus yang... sederhana! minta ampun sederhana! Gedungnya besar, dindingnya putih, jendelanya kotak standard mirip gedung layak berdiri, pintu yang kokoh dari besi. Disekelilingnya, berhamparan para mahasiswa yang sedang duduk-duduk dan ngobrol. Juga ada yang merokok. T-shirt bertebaran, jeans dikenakan hampir sebagian besar mereka. Khas mahasiswa. Saya teringat kampus saya dulu. Sejujurnya Sorbonne yang banyak saya baca di buku tentang mimpi mimpi para pengejar beasiswa, membuat saya memiliki templete yang jauh berbeda dari yang saya lihat.

Ditemani seorang teman yang pernah berkuliah di situ, tanpa ragu kami masuk. Di dalamnya, sekali lagi saya... bengong. Ditengah lorong dan depan sebuah ruangan kelas. Lorongnya panjang dengan beberapa papan pengumuman dari kayu seadanya. Lorong itupun penuh sesak oleh mahasiswa yang mengobrol dan beberapa berjongkok di lantai,mungkin menunggu giliran masuk. Tangga yang begitu bersahaja juga khas kampus saya dulu, sebelum di pugar dan menjadi lebih bagus dari tempat saya berada sekarang ini. Diujungnya ada dua kantong plastik besar berisi sampah.
"Ini sih UI di Salemba jaman dulu" komentar saya membandingkan
"Iya emang gitu! Nouvelle artinya baru, ini cabang yang paling baru, makanya biasanya secara jurusan lebih up-date dari pada Sorbone yang lain" Jawab teman saya menyetujui. Dia dulu juga lulusan UI
Lalu saya meneliti satu papan pengumuman yang beberapa bagian ditempel dari sobekan kertas: Dicari teman sekamar, Dijual tiket kereta yang gagal dipakai, Dijual bekas buku dan bahkan ada yang cari pekerjaan tambahan. Suasana bersahaja juga terus berlanjut di kantin kampus itu. Namun sebagai perpustakaan tempat mengali ilmu, tempatnya sungguh besar. Meski lagi-lagi, raknya hanya dari besi-besi saja.
Keluar dari situ, saya masih terbengong menyelaraskan gambaran ideal yang saya punya dan kesan yang saya dapat. Kami pergi meninggalkan kampus dengan suasananya kampusnya, yang sederhana tapi hidup.

"Lalu dimana Sorbonne yang dibilang kampus paling tua diseluruh dunia itu? Yang dibangga-banggakan orang orang di dalam buku buku berlabel 'Diilhami kisah nyata'?" Tanya saya yang penasaran.
"Oh itu mungkin Sorbonne yang satunya. Gue juga belum pernah masuk. Mau ke sana?"
"Yuk sekalian, lo nggak ada janji sama lakilo kan?"
"Gampang. gue kan udah janji temenin elo yang penasaran"
Lalu kami ganti metro dua kali, menelusuri kegelapan lorong.

Sampai ditujuan, matahari masih bersinar cerah. Dan saya masih saja dibuat... bengong!

Kali ini, saya melotot melihat kampus yang lebih tepat disebut istana atau musium. Tetapi saya jadi percaya, mengingat tingginya kebudayaan yang dimiliki orang Prancis, gampang sekali ditemui tempat yang indah, bahkan sampai kuburannya.

Begitu mendekat, saya kembali tambah melongo, hanya kali ini saya kendalikan. Mata saya dibuat heran dengan adanya penjaga yang berpakaian layaknya penjaga istana di setiap pintu yang ada. Juga katanya pintu ini ada sampai puluhan. Bayangkan bila standar gaji terendah di Prancis adalah 1000 euros, sehingga bar dan restoran sangat minim oleh pelayan, apakah sebegitu hebatnya sebuah kampus sampai berjagakan puluhan orang ini?

Dan mereka, galak-galak pula!
"Boleh masuk?" tanya teman saya
"Keperluan apa?" tanya dia balik
"Mau mendaftar"
"Bukan bulannya. Tidak bisa"
"Lalu bagaimana kalau perlu informasi?"
"Silakan ke ruangan di pintu 18"
Setelah berjalan sekitar 10 menit melingkari gedung dan 3 kali melewati turis jepang yang sedang memotret, kami sampai di ruangan yang dimaksud. Di belakang kami, lewat dua mahasiswa yang lolos penjaga karena menunjukkan kartu identitasnya. Dibelakang mereka, seorang turis yang ditolak masuk.

Seorang petugas penyambut kami. Pria muda dengan penampilan necis setaraf manager bank. Untunglah keramahannya berbanding terbalik dengan para penjaga yang ada. Darinya di jelaskan Sorbonne 2 inilah yang merupakan universitar tertua di dunia. Dan secara total di Paris ada 5 Sorbonne. Dia memberikan denah universitas dan menanyakan latar belakang pendidikan kami. Beruntung teman saya pernah jadi mahasiswa di Prancis, bila cuma saya pasti kedok kami langsung terbongkar.

Di dalam, kesannya sama dengan diluar. Gedungnya sungguh indah, pintu yang berukir, jendela berukir, pilar yang kokoh dan berhias dengan detail ketelitian yang tinggi. Semuanya membuat saya lupa sedang berada di kampus. Terlebih melihat mahasiswa yang lalu lalang: rapi, tertib yang dimata saya menjadi 'terlalu serius'.
"Di kampus ini banyak jurusan yang usianya sudah tua, seperti filosofi, bahasa Latin. Gitu-gitu deh!" Jelas teman saya lagi.
"Oh, makanya pada serius ya... Kita juga harus membaur nih biar nggak ketahuan"
Begitulan kami menjaga sikap kami sampai akhirnya kami sadar bahwa usaha kami gagal. seorang pria muda yang menegur kami.
"Mau cari info ya. dari luar? Etrangé? Sebenarnya saya yang handle, tapi sebentar lagi waktunya pulang. Kalau mau besok saja balik lagi" Katanya ramah.
Fuhhh. Untung! Didorong rasa cemas yang tambah tinggi, kami sempat nyasar masuk suatu daerah yang amat sangat sepi.
"Ini kayaknya daerah dosen deh! Keluar keluar!" Bisik teman saya panik. Dengan langkah kaki yang tak tahu arah, kami akhirnya mengakhiri kunjungan ini ke toilet!
*ogah deh sekolah disitu.. *untung nggak ada kemungkinan ini wkwkw*

"Akhirnya, udah gue pipisin juga tuh kampus SORBONNE!"
Kata saya PUAS!