Monday, October 9, 2017

RIP My little brother

Today is your birthday: 9 Oct 2017.
Kamu seharusnya menjadi 39 tahun.
Tapi kamu tidak ada. Kamu sudah pergi.
Wafat

Kepergianmu mendadak. Membuat pagiku menjadi raungan. Membuat mingguku tak karuan. Anakku ikut menangis, dipikirnya mamanya yang jatuh dari tempat tidur dan terluka. Terluka berat sampai mamanya menangis. Begitu tahu itu omnya yang pergi, anakku tetap menangis. Aku baru tahu kalau anak 10 tahun itu merasakan kesedihan seorang yang begitu muda mati tiba-tiba. Pergi dalam tidurnya. Ditemukan tak bernyawa dalam keadaan tertelungkap, mencium karpet sebelah tempat tidur.

Anakku benar. Kamu masih muda. Kamu bahkan adikku dan aku sudah lebih tua. Hidup mungkin yang membuatmu kelelahan. Usaha yang cemerlang, sekolah tinggi, kamu semua sudah. Terpuruk pun sudah. Bangkrut mendadak juga sudah. Hidup mungkin yang membuatmu tak bergairah, hanya makan saja yang bisa membuat hidupmu terus bejalan.

Meski berat, akhirnya aku bisa menerima, mungkin kamu lebih bahagia di sana, daripada di sini diam-diam kamu kesakitan. Hipertensi, kolesterol, "gue juga punya penyakin jantung lho , Mbak". Katamu bangga dua bulan lalu, saat kita bertemu.

Today is your birthday. Joyeux anniversaire, Dek!
Sudah ketemu bapak dan ibu? Juga lek Tari?
Harusnya sudah. Kalian kan terbujur berdampingan di San Diego Hill itu.
Tak jauh dari situ ada danau dan kolam renang. Mestinya gratis untuk penghuni.

Di antara air mataku yang menetes karena tak bisa hadir dipemakamanmu. Mungkin kita bisa bicara secara batin. Maukah kau menjawab pertanyaanku, yang juga mungkin pertanyaan sebagian besar manusia:
- Sudahkah kamu ketemu Tuhan? Seperti apa Dia? Benarkah di pencipta semua, maha penyayang dan segala macam maha lainnya? Semoga dia bukan seperti pemain games SIMS, yang menciptakan para tokoh, lalu tertawa saat mereka menderita akibat skenario yang dibuatNya sendiri..
- Sudahkah kamu jalan-jalan (bukan cuma ke danau atau kolam renang San Diego Hill), jalan-jalan ke surga atau neraka? Beneran ada kah? Kayak apa? Keindahan surga apakah menurutmu layak sampai orang-orang rela mengorbankan hidup dan menyengsarakan orang lainkah? Neraka apakah penuh siksaan? Coba kamu kasih tahu aku, supaya aku bisa gabung lagi mengejar tempat di sana, kalau surga dan neraka memang benar ada.. Semoga kamu lulus tes wawancara sama malaikat dan masuk surga ya. Amin
- Bapak, ibu dan lek tari apa kabar? Betulkah arwah-arwah itu bisa gentayangan? Aku ini penakut. Biar aku tahu apa itu benar atau hanya imaginasi.
- Bentuk bintangmu apa, biar aku bisa dadah-dadah kalau malam?

Adek, mungkin kamu nggak nemu cara memberitahuku untuk pertanyaan barusan. Aku belum punya mata ke-tiga. Atau kamu kesal karena aku sekedar pingin tahu saja seperti biasanya. Bosan barangkali karena topik pembicaraan kita yang sering "datar" saja.

Begitulah kita Dek. Kita seperti kebanyakan manusia lain. Di masa hidup, sulit untuk bilang "I love you" "Happy that you are here" Hal-hal sentimental yang najis untuk diucapkan. Kalimat untuk kalangan cengeng sehingga kita tahan, seberapapun besarnya perasaan kita itu. Kamu juga tidak pernah tahu betapa aku sering memikirkan dan mengkuatirkanmu. Hidup yang tanpa ambisi, hidup tanpa pendamping. Aku tidak pernah berani bertanya "apakah kamu tidak tertarik dengan perempuan dan menikah?" Juga tak berani bertanya apakah kamu sungguh bahagia menghabiskan hari dengan dua pembantu yang mungkin sudah dianggap saudara. Kekuatiranku dengan kesehatanmu hidup di rumah yang mendekati rongsokan itu. Kamu memang tidak tahu karena aku tidak pernah bilang bahwa aku mencintaimu, adik bungsuku. Kamu juga sudah tak tahu beratnya kehilanganmu dari ribuan kilometer ini. Kepalaku dihantam kenangan tawa dan tengkarnya kita.

Berbahagialah di sana, dalam peluk bapak, ibu dan lek Tari.
Tiuplah lilin yang kencang. It's your birthday, one day after your death.

Kakakmu.