Monday, October 27, 2008

Engris

Perjalanan 9 hari dari tgl 11-20 okt ke Ingris

Sampai di London, begitu keluar stasiun, kesan pertama saya: I Love London. gimana enggak, itu tempat makan yang berjejeran mengingatkan saya dengan jakarta. terus makanannya di London memang mirip banget dengan yang ada di jakarta! mirip banget! sampe saya liat menu, saya langsung kebayang kayak apa: salad bar, chicken cajun, chicken kiev, donat, fish and chip, smoothis, jacket potato dll dll. hmm, pokoknya saya makan enak. dan yang bikin saya bahagia, selama makan saya ingat saat saat sama teman saya. keliling restoran semasa tinggal di jakarta. pergi ke Chillis mesen salad segede tambah, dan rame rame makan. soalnya di salah satu restoran di LOndon, sebelah saya ada serombongan orang, yang berbagi makanan seperti itu. hal ini nggak pernah ada di prancis.

London dan Paris. dua kota cerminan dari kedua negara yang saling cela mencela. Prancis bilang orang Ingris sebagai Rostbeef (weh kok lupa nulisnya, yang artinya daging merah). Sedang orang Ingris bilang Orang Prancis sebagai Frog (kodok, kwok kwok). entah kenapa kedua panggilan sayang ini bisa muncul. jadi itu juga yang terjadi pada saya dan suami. ketika saya makan enak, dia malah kesulitan pilih menu, dan akhirnya dia makan sandwich terus. dia sering komentar, dasar orang ingris nggak bisa masak! terus di jalan juga begitu. saya justru senang melihat gaya orang ingris yang terkenal dengan style streetwearnya, tapi suami saya malah berkomentar "hmm lumayan ya sekarang orang ingris lebih tau mode, nggak terlalu aneh kayak beberapa tahun lalu". ternyata karena dia liat di London orang orang udah gngak terlalu berwarna warni. soalnya memang typical Paris, disini meski gaya dandanan lebih beragam dibanding jakarta yang kalo lagi mode apa seluruh kota berdandan sama, tapi Paris cenderung ada warna warna tertentu saja.

Buat saya, London juga memberi kesan lebih dinamis dibanding Paris. terasa mulai dari arsitektur bangunan yang ada. Kalau di Paris, dijaga gaya arsitektur yang sama di setiap q uertiernya, di London, semua arsitektur bangunannya yang bercampur secara acak antara yang gaya lama dengan gaya modern. begitu juga dengan transportasi yang ada. taksi model kuno yang imut imut memang bikin gemez! sekali lagi, percampuran ini mengingatkan saya dengan jakarta.

loh kok, saya pergi ke london kesimpulannya seperti 80% lagi pulang kampung haha!

Serangan balik dari orang Ingris, nggak terlalu saya dengar. soalnya sahabat saya yang tinggal disana, mungkin sebagai tuan rumah, berbaik hati, nggak mau bikin sakit hati tamunya haha. saya sendiri juga udah wanti wanti soal kebiasaan orang prancis yang suka ngeluh dan punya ekspresi berlebihan. ekspresi ini memang kecenderungan dekat dengan konotasi tidak bahagia.. mereka kalau bilang "filmnya nggak terlalu bagus", buat kita bicara gitu cukup. tapi orang prancis menambahkan dengan mencibirkan bibir membentuk bunyi brrrttt. atau menarik nafas panjang. padahal itu sungguh bukan sedang mengeluh. yah saya sih berpikir , mungkin orang ingris berpikir orang prancis ini sok elegan, mau menuntut yang terlalu berlebihan.. entahlah.

sekali lagi, ini mengingatkan saya pada suku etnis kita yang suka saling cela. orang batak bilang orang jawa keblinger, orang jawa bilang orang batak kasar. dsb dsb

yang nggak bisa disamakan dengan kondisi tanah air, yaitu Visa. sebagai pemegang pasport ijo. ke Ingris saya butuh ngurus visa. mahal pula 78 euros. jadi terlihat kan saya pergi antar negara. meski kereta yang ditempuh hanya 2jam 40 menit. ini tentu berbeda di negara kita yang super gede. 7 jam pesawat masih jakarta-jayapura. klo urusan ini saya harus senang tinggal di prancis krn memungkinkan untuk mengunjungi negara negara lain secara lebih dekat dan lebih murah :-) dan untungnya lagi, kalo punya sahabat di negeri itu. menghemat biaya penginapan dan sekaligus reunian. menambah suasana pulang kampung. sedap!