Tuesday, August 14, 2012

Mengejar SIM - PERMIS DE CONDUIRE

SIM Surat Ijin Mengemudi alias Permis de Conduire ternyata adalah salah satu hal yang mumetnya bisa tujuh turunan. Saya pernah sampai stress panjang yang berakibat kurang tidur, kemudian daya tahan tubuh menurun dan diakhiri oleh kena sakit flu berat berkali-kali. BO! Masak belajar nyetir bisa sampai lebih dari satu tahun! Beneran nggak kepikir pas mengambil projek ini.

Bagi yang sudah pernah menonton Happy Go Lucky, mungkin punya gambaran bagaimana memperoleh SIM di negeri orang kulit putih ini. Jauh banget dari yang di Jakarta. Tahun 1999, saya pernah punya SIM Jakarta hanya karena ditawari oleh calo dengan harga murah. Waktu itu saya sedang menemeni adik saya yang perpanjangan SIM. Si calo itu ternyata malah mengincar saya juga: "Bikin SIM sekalian? Tinggal photo Mbak" "Masak! Nggak ada tes?" "Nggak. Kilat, bahkan nggak pake ngantri" "Berapa?" "300an ribu" "Oh, oke kalo gitu". Sejam kemudian, saya ikuti dia kekiri kanan, kadang menunggu tapi itupun dengan nyaman, plus dikasih air putih. SIM jadi deh! Padahal bisa nyetir juga NGGAK! Bermodal SIM itu, saya sempat kena jatah dikasih mobil APV baru dari kantor. Pokoknya kata SIM di Indonesia bukanlah suatu momok. Itu seperti pilihan, kamu lagi pengen apa: Kartu kredit? SIM? Foto keluarga? dll dll. Nggak pake perjuangan. Nggak pake pembantaian. (meski katanya sekarang beneran harus tes ya?)

Begitu tiba di Prancis, saya tinggal di Paris. Transportasi mudah, metro banyak, bis apalagi dan jalanan yang malah macet. Jadi seperti kebanyakan orang Paris, kami nggak butuh mobil. Nggak butuh nyetir. Lagipula SIM saya itu bukan SIM Internasional. Tapi hidup damai kok, jadi nggak ada masalah kan?

Masalah muncul begitu saya pindah kepinggiran Paris. Disini meski ada RER semacam Kereta jabotabek, angkutan antar kotanya nggak praktis. Misalnya untuk pergi ke pusat pertokoan dikota lain yang jaraknya cuman 6 km, saya harus jalan ke halte bis 22 menit terus si bis cuman datang sejam sekali, itupun suka telat. Kebayangkan... makanya saya butuh SIM. Dan saya mulai mencari-cari wajah calo yang hitam-manis-kejemur-matahari itu.

Lalu, mendaftarlah saya ke auto ecole. Sekolah menyetir. Perburuan SIM dimulai karena si calo tentunya hanya dalam khayalan manusia putus asa.

Premis de Conduite terbagi dalam dua tahap. Setiap tahap masing-masing lagi ceritanya. Mariii kita mulaiiii

1 CODE DE LA ROUTE.

Tahap ini adalah pembelajaran teori. Peraturan lalu lintas di Prancis itu ada untuk ditaati dan bukan disiasati. Pelanggaran tidak akan lolos hanya dengan nyogok polisi, yang ada usaha nyogok malah dijamin masuk penjara. Jadi kita harus hafal luar kepala.

Aturannya juga buanyak. Rambu-rambu yang jumlahnya bejibun. Aturan cek mobil. Sangsi segala pelanggaran. Dan lainnya yang masih dipengaruhi berbagai faktor. misalnya, terdapat beberapa jenis jalanan yang punya maksimal kecepatan tersendiri, itupun masih belum cukup juga, ditambah variasi tergantung cuaca, misalnya jalan tol 130km/jam kalo pas hujan maksimal jadi 110 km/jam, kalo berkabut dan bersalju anjlok batasi 50km/jam. Sampai hal-hal kecil, misalnya kalau mau tol, kamu punya kartu langganan, musti masuk kejalur yang lambangnya tertentu. Semua aturan ini mau nggak mau harus dipelajari karena ada diujian dan pada akhirnya, memang akan diterapkan dijalanan. Ingatan harus dikuras, habis-habisan.

Hambatan utama sih gampang ketebak: bahasa. Seringkali kita kejebak dengan kata BISA dan BOLEH. Kosakatanya juga beberapa nggak pernah saya dengar, seperti Lingkaran, dikeseharian dibilang Ronde point tapi diCode de la route dibilang Sens Giratoire. Pernah ada kata yang saya cari dikamus segede bagongnya Prancis-Indonesia, nggak ketemu juga! Belum lagi sensitifitas kalimat. Saya sendiri sempat puyeng dengan perbedaan:
- Mobil sedang memasuki jalan tol
- Mobil sedang mengarah masuk ke jalan tol.
*£$$$*ù*ù^$* GUBRAK!!

Dalam belajar, selain kemampuan mengingat, kita juga harus menajamkan mata. Persoalan didasarkan foto-foto yang kadang kabur. Misalnya menentukan kapan musti mengunakan lampu jenis apa karena kalau kabut berat beda sama cuma hujan. Saya sempat bingung untuk tahu fotonya itu kabut atau matahari mau tenggelam. Belum lagi kadang, ada sempilan didetail foto sana-sini, contohnya, untuk urusan ngerem mendadak karena didepan ada anjing lewat. nah dispion belakang ada foto kecillllll sepeda motor dibelakang kita, maka tentunya nggak boleh ngerem kuat-kuat. Gitu-gitu deh.

Hambatan lain yang terbesar bagi saya adalah melawan naluri yang suka keras kepala, ngikutinnya logika sendiri aja. Misalnya jalanannya sepi, terus kenapa juga sih nggak boleh nyalip sepeda? Karena ada jalur pembatasnya itu garisnya ngejreng, jadi nggak boleh dilanggar dalam keadaan apapun. Trus misalnya, ada seorang penyebrang jalan, nyelonong gitu aje kayak jalanan punya engkongnya.

Soal: ada penyebrang menyolong dijalanan, nggak liat kiri kanan dulu. Kita musti
A. Terus meluncur, biar saja dia meloncat menyelamatkan diri.
B. Berhenti
C. Berhenti dan Mengklakson.

Saya tahu jawaban berhenti itu logis. Apalagi disini sipejalan kaki itu makhluk fragile jadi salah nggak salah, ya harus berhenti. Tapi boleh dong saya ngeklakson? Jawabnya: kagak boleh karena nggak berguna dan klakson hanya untuk situasi berbahaya. Sementara bagi saya, klakson itu bisa saja untuk peringatan bahwa lain kali orang itu harus sadar bila jalanan itu bukan milik engkongnya. Makanya saya berat banget harus memilih B, berperang dengan kata hati saya yang lebih cenderung C.

Terus, ada kalanya soal yang terlalu spesifik itu justru bikin saya pengen ngakak. Nih ya.
Soal: Bila anda terlalu banyak minum padahal anda membawa mobil. Maka
A. Tetap menyetir karena yakin masih bisa berkonsentrasi B. Tidak menyetir C. Naik taksi
Nah, jawaban sudah pasti nggak. Jadi B. lalu apakah C harus dipilih? kalo logika saya bilang nggak, tapi jawaban harus dipilih yang itu. Problemnya, bagi saja pilihan ini terlalu diktator. Kenapa juga harus naik taksi? kan bisa saja naik bus, kereta atau minta tolong mantan pacar yang kebetulan ikut nongkrong? ya nggak. Tapi logika si soal, menjelaskan bahwa kita harus pilih C krn tidak bisa naik mobil sendiri. Menurut saya, harusnya pilihan itu adalah: Naik kendaraan umum. Meskipun tahu ini bukan pelajaran bahasa yang baik dan benar, tetap saja jiwa saya memberontak...

BREF, Diakhir bulan ke-3 saya lulus tes ini. MENANG! Menang terhadap tes itu dan terhadap penekanan egoisme logika saya. Saya bangganya setengah mati. Dipercobaan tes pertama pula! Padahal ada orang Prancis disebelah saya dalam mobil antaran yang menangis karena tak lulus. Eh, ini bangga atau sadis ya?


2. PRAKTEK MENYETIR
Ditahap ini hambatannya lain lagi.. Nggak seperti tujuan orang menyetir di Indonesia, yaitu "yang penting nyampe". Disini, nyetir selain memang harus tiba ditujuan tetapi cara menyetirnya juga harus Persis-Seperti-Aturan. Disitulah letak kesulitannya.

Teman saya yang terbiasa nyetir lalu lalang ditanah air pun harus mengkoreksi cara nyetirnya yang dinilai terlalu banyak main kopling. apalagi saya yang nggak pernah sedikitpun nyetir (pernah les tapi nggak sampai lulus. Nyodok mobil depan sekali. Bahkan mobil kantorpun, yang setirin adik)? Ho'oh!

Sebelum mulai pelajaran, ada "penilaian pendahuluan". Disitu kita disuruh nyetir langsung mobil, nanti instruktur akan membuat prediksi kita butuh berapa jam belajar. Saya dikasihnya 40 jam karena nggak pernah nyetir, observasi bagus tetapi memori terbang kejurang.

Disekolah nyetir kami, setiap murid punya guru. Instruktur saya seorang perempuan yang sepuluh tahun lebih tua, cukup nyaring kalau bicara. Saya suka (pada awalnya) karena dia blak-blakan. Jadi bila ada miskomunikasi, saya pikir karena kedalaman bahasa kami berbeda.

Diawal, saya belajar mobil manual. Setelah 9 jam, saya menyerah. Kopling buat saya terlalu rumit. Masih saja mobil suka meloncat or berhenti mendadak karena saya tak kunjung bisa menekan dengan kekuatan yang pas.

Libur summer 2 bulan. Kami break dulu. Seluruh orang bilang jangan mau, minta instruktur lain. tapi saya menolak.

Balik belajar lagi bulan September 2011, saya minta ganti mobil metiq saja. Toh dirumah mobilnya metiq. Saya pikir saya akan lulus dengan mudah karena kata teman saya "itu mobil meluncur sendiri kok"

SALAH BESAR.
Disini, persoalannya ya tadi itu. Kita harus menyetir Persis-Seperti-Aturan. Jadi saya kesulitan. Yang pertama, konsentrasi saya yang mengambang-ngambang. Suka ilang-ilangan, jadi hanya untuk memperhatikan rambu dan kendaraan yang lain, saya butuh 8 jam pelajaran. Saya bisa lihat mobil tetapi kesadaran saya bilang mobil itu bom-bom car jadi antisipasinya telat. ngeremnya telatlah, kecepatannya kuranglah dll dll

Lalu begitu bisa konsentrasi, masih belum bener juga. Misalnya hanya karena lupa nengok kearah tertentu. (Nengok itu memang harus bener-bener nengok sampai kepala terlongok kayak ayam kalkun). Buat saya hal itu terlalu rutin. Lalu saya juga punya tendensi jalan ketengah. NGGAK BOLEH! Huh, padahal lagi-lagi nggak ada mobil lain kok. Jalanan kosong. tapi tetep aja.

Okelah, ini bagian kekurangan saya.

Namun, sampai pelajaran ke 35. yaitu sudah menghabiskan: 35 x 52 euros! (Bayangkan betapa bangkrutnya saya!) Instruktur saya masih sering bikin muter dijalan yang itu-itu saja. Akhirnya saya mulai stress. Dan diakhir stress, barulah muncul ide bahwa kemajuan ini diperlambat juga oleh guru saya itu. Selain blak-blakan, ternyata dia juga suka bikin joke yang bikin mental orang ciut. Misalnya: kamu kok nanya mulu sih (ya iyalah namanya juga belajar), yah kita nggak akan lupa pada madam Wuwun yang spesial ini (sialan), hari ini kamu bikin nyawa saya nyaris melayang (krn masuk kejalur pdhal ada truk dibelakang. madam, saya juga dalam bahaya kali, nggak usah teriak-teriak gitu dong). Dan saya bener-bener ciut. Tambah lama, saya lebih takut dia dibanding nyetir itu sendiri. Plus, dia sering korupsi waktu untuk ngerokok dan ngobrol sama temennya.

Akhirnya saya ganti instruktur. Seorang pria tua yang dulunya mungkin gagah. Dia penuh dengan penjelasan. Cocok dengan tipe saya yang suka bertanya ini itu. Suaranya lumayan galak tapi saya sudah berhasil mengeliminasi efek emosinya ditelinga.


3 TES PRAKTEK
Janji kepada teman-teman yg lagi ambil
ini link youtube yg berguna:
http://www.youtube.com/watch?v=bQ9dhh1spAA
http://www.youtube.com/watch?v=kQ6lEC5uqt4&feature=related

Masing-masing nilai: exterieur (2 point) dan Interieur (1 point)
Beberapa tips :
- Yang paling penting: kendalikan stress anda. Gimanapun tes nyetir itu butuh konsentrasi, kalo stress maka bisa rusak. Kalau stress dirasakan sebelum ujian, carilah kata-kata sugesti yang bisa menenangkan misalnya "just do the best, urusan lulus, toh nggak semua org bisa lulus sekali ujian" or "it's about money, lulus nggaknya bukan hukuman mati" dsb.
- Bilang 'bonjour' dan senyum kepenguji. Setiap orang lebih senang diangkat-angkat. ingat, jangan ikut ngobrol kalo penguji dan pendamping kita lagi asik. Manfaatkan itu dengan doa "semoga si penguji nggak lihat pas kita salah"
- Sebelum sampai tempat ujian, boleh aja tanya sama pendamping/instruktur kita sifat-sifat pada penguji yg kira-kira ada. Buat gambaran mana yg sulit dan mana yang cingcai-an.
- Ulang-ulang tes mobil diatas, nilai sudah 3 dari 20 point ditangan. Namun bila tidak berhasil tidak usah cemas, toh presentasinya nggak terlalu besar. Coba kejar dengan 2 point lain. Yaitu kesopanan (kl ada yg nyebrang kasih jalan, kalo ada yg kasih jalan kekita maka lambaikan tangan) dijamin penguji akan terpesona karena kita masih punya waktu ngurusin yg ginian. Point satu lagi yaitu Condruire Ecolo, tenang aja gitu sehingga kecepatan mobil sesuai dengan indikasi jalanan dan keperluan.
- Selama kesalahan yg dikerjakan selama tes bukan yang langsung "gugur" atas kesalahan besar, jangan ciut dulu. Kalo langsung grogi nanti malah kebawa stress, padahal kalo kesalahan2 kecil pada akhirnya tinggal hitungan matematika. Jadi masih ada kesempatan lulus.
- Berdoalah dapat penguji yang cingcai, baik dan bersuara lembutttt.

TETAP SEMANGAT!!!!

Kalo berhasil, senangnya minta ampun !!!!!!!!!!!!!! SUMPEH LHO !!!!!!!!!