Wednesday, April 13, 2011

SAAT KEHIDUPAN DAN KEMATIAN BERJABAT TANGAN

Saskia bergerak masuk ke salah satu ruangan di rumah sakit berdinding putih. Dani, suaminya, menopangnya dengan segenap kekuatan tubuhnya. Tujuan mereka: Ruang bersalin. Dibelakang mereka, berderet 2 suster dan satu orang dokter.

Dani tersenyum memandang istrinya yang tengah meringis kesakitan sambil memaki-maki
"Dasar laki-laki sialan! Lihat betapa sakitnya aku sekarang, hanya untuk melahirkan anakmu!" Dan berbagai makian lainnya, sambil sesekali pukulan tangan istrinya ke tubuhnya. Dani tetap tersenyum karena dia tahu Saskia semata sedang menahan sakit, sebetulnya hatinya sama bahagianya dengan dirinya. Sebentar lagi mereka akan menimang anak pertama wujud cinta mereka.

Diantara jerit kesakitan, Saskia mengingat masa-masa pertemuan mereka, berseling janji yang mereka ucapkan didepan penghulu. Tak lupa berbagai janji sehidup semati, rencana mereka membentuk keluarga kecil bahagia. Diantara jeritannya, Saskia merasakan bahagia. Sebentar lagi mereka punya bayi. Pasti Dani bahagia Begitu pikirnya.

Dani memang sungguh bahagia. Mungkin bahagia bukan kata yang tepat, yang dirasakannya jauh lebih dari itu. Inilah saatnya dia merasa lengkap. Saskia merupakan istri keduanya, yang hadir disaat dia sudah mulai tidak percaya cinta. Perkawinan pertamanya yang berakhir dengan penuh benci merupakan penutup dari tahun-tahun hidup di neraka. Saskia begitu berarti baginya. Lalu digengamnya tangan istrinya yang masih saja menjerit kesakitan.

Tiba-tiba sebuah alarm yang terhubung dengan tubuh istrinya berbunyi. Suster dan dokter bergerak mendekat. Menganalisa dan kemudian sang dokter berkata
"Ini harus dioperasi. Kondisi bayinya sudah terlilit usus pada lehernya. Posisinya pun kurang menguntungkan"
Lalu seluruh orang di ruangan itu bergerak menyiapkan ini-itu. Saskia sudah mulai berkurang jeritnya setelah disuntik obat bius. Sedang Dani hanya termangu. Dia diminta keluar

Diluar, langkah kakinya mondar mandir. Diserang perasaan yang begitu kuat. antara lebih-daripada-bahagia dengan cemas-luar-biasa. Dia membayangkan bisa Saskia hadir dengan anak mereka. Dia juga membayangkan Saskia yang tidak berhasil melampaui operasi itu dan pergi membawa cinta dalam hidupnya. Otaknya bekerja, menghayal secara keras. Jantungnya berdetak tak terkendali memompakan aliran darah yang semakin lama semakin keras. Dan semakin cepat. Sampai akhirnya, dunianya gelap.

Dani tidak tahu bila tubuhnya dibawa ke ruang gawat darurat. Saskia juga tidak tahu itu karena dia juga sedang berada di ruang kegelapan, lorong tanpa cahaya. Saat obat bius bekerja, anaknya berhasil keluar dari perutnya. Anak laki-laki yang menangis keras. Buah cinta yang bahagia.

Beberapa jam kemudian, Saskia sadar. Ditangannya tergeletak bayi mungil merah.
"Selamat datang sayang" Senyumnya mengembang. Dia merasa berada di sebuah padang indah, penuh bunga dengan langit biru yang disambangi berbagai burung bersuara indah.

Mereka menunggu kehadiran Dani. Mereka pikir Dani sedang berada diluar ruangan, dan bila lama sedikit belum datang, itu karena dia sedang minum kopi di kantin.

Mereka tidak tahu bahwa Dani masih berada di sebuah lorong panjang. Dokter belum memberi tahu mereka bila Pembuluh darah di tubuh Dani beberapa pecah karena tidak kuat menahan aliran yang begitu kuat. Saat jantung tak tahan pada suatu emosi yang terlalu tinggi.

Dani melihat sebuah cahaya diujung lorong itu. Dia mencari anaknya dan istrinya tapi tak dijumpanya juga. Malahan ada beberapa tangan berusaha memanggilnya: Papa, Teman karib SMAnya, Tetangganya yang gemuk pendek. Orang-orang yang sudah lama mati.
"Mari Dani, bergabunglah bersama kami" Ajak mereka. Herannya suara mereka begitu mendayu merdu, seolah menjanjikan kehidupan yang jauh lebih indah dari yang dia bayangkan baru saja. Saat mengenggam istrinya yang berjuang melahirkan tadi. Akhirnya, dia tersadar bahwa anak dan istrinya tidak ada di sini. Mereka hidup. Dia ingin pergi melarikan diri dari situ. Tapi lorong gelap tempat dia datang tadi telah lenyap. Tidak ada pilihan lain, maka Dani pun hanya bisa tersenyum. Paling tidak anak dan istrinya dikaruniai hidup. Semoga mereka berbahagia, bisiknya.

Saskia berkata pada anaknya
"Sayang, mama bocorkan sebuah berita sambil menunggu ayahmu. Kamu, kami namai Nugroho karena kamu adalah anugrah"
Mereka terus menunggu, sampai dua jam kemudian, seorang dokter muncul dan berkata
"Dengan berat hati dan bela sungkawa yang mendalam, suami Anda tidak berhasil kami selamatkan. Dia meninggal pukul 18.30 WIB akibat pecahnya pembuluh darah. Nyonya, kami sudah melakukan segala yang terbaik yang kami bisa. Tapi nyawanya tak tertolong" Suara dokter itu bergetar hebat.

Saskia terkesima. Tak percaya. Dipeluknya anaknya erat-erat. Buah cinta dari cintanya yang pergi tanpa pamit.

Dia masih saja tak sadar, meski selalu berpura-pura menjawab seadanya saat ucapan-ucapan itu datang sampai waktu yang lama

-Selamat atas kelahiran Nugroho. Turut berduka cita atas meninggalnya suamimu-
-Semoga Nugroho jadi anak yang baik dan soleh. Semoga Dani diterima disisi Nya-
-Tabahkan hatimu. Dan sekali lagi, selamat atas kelahiran putramu. He is cute. He looks like his father-

***Damn! ini kisah nyata***

No comments: