Friday, April 15, 2011

Curahan Hati Malaikat Maut

Hei, jangan lari dulu! Aku tahu kau takut padaku... Namaku memang Malaikat Maut. Tapi ini belum waktumu kok. Aku hanya butuh tempat bercerita sedikit. Didalam rasanya sedang sesak.

Ketahuilah, aku tidak suka dengan namaku. Sungguh. Terlalu banyak kontradiksi di dalamnya. Malaikat terhubung dengan kebajikan dan seluruh tindakannya tak lain untuk menolong. Namun kemudian disambung dengan Maut. Kau tahu kan Maut itu apa? Tidak lain ketakutanlah yang ada disitu. Segala yang bermakna sangat jelek! Bayangkan jika kau menyandang julukanku. Bila kau tidak kuat, maka kau akan menjadi gila sendiri. Tapi sudahlah, aku sudah bisa menerimanya. Bukankah setiap pekerjaan memiliki konsekuensi dibelakangnya?

Lagipula, bila dipikir pekerjaanku merupakan hal yang sangat perlu dan penting. Kalian, manusia, seringkali tidak sadar membiakkan diri se-enaknya saja. Di bentangan Afrika, mereka bisa punya anak sampai 8 meskipun tak punya sesuatu untuk dimakan. Di negara maju pun, kadang ada yang beranak-pinak sampai belasan dan pusing memilih nama. Di sebuah negara bernama Indonesia, bahkan mereka percaya "banyak anak banyak rejeki". Jadi bisa dibayangkan bila kalian semua dibiarkan hidup selamanya -seperti kami- akan ditaruh dimana di bumi ini? Bumi kan tidak bertambah besar. Luasnya sebegitu-gitu saja.

Secara tata aturan hidup, pencabutan nyawa kalian juga diperlukan agar seimbang. Agar kalian percaya terhadap kekuatan lain disamping manusia. Ini agar menghindarkan kalian menjadi terlalu pongah dan bisa diatur. Tidak menjajah alam. Dan ini juga untuk mengajarkan kalian agar lebih memikirkan antara diri kalian sendiri ataupun sadar akan efek dari sebuah tindakan.

Itulah sebenarnya yang merupakan saat-saat mudah bagiku dalam menjalankan tugas. Misalnya begini. Ada sekelompok orang yang bermain-main dengan maut. Sok menantangku. Main olah raga ekstrem, menciptakan perang, usaha bunuh diri, melakukan percobaan nuklir. Maka didalam situ, kehadiranku sudah diperhitungkan. Mereka merasa bangga bila bisa lolos dariku. Pada saat itulah, aku dengan senang hati menunjukkan bahwa aku ada. Tentu saja dalam sebuah pekerjaan, kredibilitas memang selalu dibutuhkan. Iya kan?

Meski kemudian, pertanyaan siapa yang harus kuhampiri dan caranya bagaimana, terus-terang bukan aku yang menentukan. Aku kan cuma pekerja. Kalian saja yang sering salah sangka. Daftar orang-orang itu dibuatkan oleh Atasanku, yang kalian sebut dengan nama Tuhan, Dewa, Roh atau apalah. Yang kalian percaya ada satu atau beberapa. Demi nama bosku, aku tidak berkuasa mengubah apa pun dalam list itu. Disinilah persoalan yang membuatku sekarang merasa sesak. Aku sering merasa tak berdaya saat harus mencabut nyawa yang tertera di situ, saat orang itu menurut logikaku bukanlah pilihan yang baik. Tapi sekali lagi, Atasanku itu maha kuasa, maha tahu dan masa segalanya. Logikaku bukanlah tandingannya. Tapi boleh dong kalau sekedar berbincang tentang itu? Masak hanya mau curhat saja tidak boleh.

Contohnya begini. Apa gunanya mencabut nyawa seseorang ibu muda yang anaknya baru berusia 2 tahun? Dia hanya seorang yang menghabiskan waktunya untuk berbuat baik: berteman tanpa bergosip, penyumbangkan sebagian uang untuk anak asuh dan bekerja (tidak malas seperti penjaga surau yang hampir rubuh, yang hanya membaca-baca bacaan suci). Dalam kehidupannya, dia juga hanya mengkonsumsi makanan bio, yang dipercaya menjauhkan dari pestisida. Namun dia kena kanker juga. Bisa dikatakan matinya perempuan itu hanya menguatkan satu ungkapan "orang baik, meninggalnya cepat". Hmm. Sebenarnya, konsep orang baik ini agak aneh juga. Atasanku selalu berkata bahwa Beliau tidak suka orang berbuat jahat. Tapi yang berbuat jahat diberi umur panjang agar punya kesempatan untuk tobat. Bukankah itu mirip dengan 'premanisme'? Kau menebarkan kekacauan untuk memberikan perlindungan kepada orang yang datang padamu. Oh, maaf bos. Aku sudah terlalu lancang sejauh ini. Tapi cobalah berikan penjelasan. Misalnya saja, kenapa nyawa si perempuan tadi dibiarkan saja. Toh bila dia meninggal tidak ada yang bersuka-cita. Juga satu lelaki muda yang sedang menunggu istrinya melahirkan. Atau petugas pemadam kebakaran yang sedang menyelamatkan seorang bayi di lantai atas. Mengapa tidak digantikan saja dengan pencabutan nyawa seorang diktator atau koruptor? Ada satu nama manusia yang menarikku akhir-akhir ini: Moamar Khadafi. Coba, mengapa tidak dia saja yang harus aku ambil nyawanya. Pasti selain sederet haremnya, berjuta orang akan merasa bahagia. Jadi sambil menjalankan tugas, aku berbuat baik, meskipun namaku ada kata Mautnya..

Sekali lagi, Atasanku tidak bisa dibantah. Dan berulang kali aku katakan, aku hanya pekerja, yang hanya berhak sesekali mengeluh atas tugasnya.

Sudahlah, sekarang kamu boleh pergi. Terimakasih sudah mendengar ocehanku. Tak perlu kuatir, beberapa jam lagi, kamu hanya merasa baru saja diberi mimpi buruk dan lupa. Sedangkan aku, akan kembali bekerja.

Aku bocorkan list hari ini:
- Ahmad. pengemudi mabuk. 13h30. Tabrakan dengan mobil di depannya
- Kye Lho Hong. 11h20. Dibunuh di penjara cina
- Dynoho. 19h. Serangan jantung saat bercinta
- Soeharto. 12h. Sakit tua. (fiuhh, akhirnya)
- Rinti. 20h. gagal operasi paru-paru.
- dsb
- dsb

No comments: