Wednesday, July 21, 2010

Potty Training

Potty training alias Ngajarin pipi caca (baca: kaka, e'e', red) di dalam pispot ternyata adalah tahap yang bisa menjadi episode klimaks dalam urusan membesarkan balita. Memang banyak juga anak anak yang tiba tiba tanpa harus di didik apa apa sudah langsung bisa duduk untuk pipi dan caca dengan manisnya di tempat semestinya, tetapi kalau kebetulan kita dapat rejeki punya anak yang lumayan dablek akibat udah nyaman dengan pampersnya, training bakalan lebih 'asik'. salah satunya adalah matheo, putra saya tercinta. Sampai sampai saya terbawa menelaah kelakuan saya dulu terhadap orang tua dan mempersembahkan satu qoute untuk mereka: Berbaktilah kepada orang tuamu karena jasa mereka yang mengajarkan kamu pipi dan caca di toilet.

Pemilihan waktu untuk mulai melakukan potty training ini tergantung masing masing orang tua. banyak diantaranya yang di dorong semangat mengenyahkan pengeluaran tidak perlu karena mahalnya pampers. tapi saya sih nggak. bukan karena kaya, tetapi sebaliknya, saya dapat tunjangan pemerintah buat beli susu dan pampers sampai anak masuk sekolah. Nah, masuk sekolah! itu dia. Di Prancis sini, supaya bisa diterima sekolah, anak harus sudah lepas dari pampers. itu harus. secara saya juga sudah nggak sabar supaya bisa keluyuran lebih lama, maka tidak ada kata gagal, anak saya harus bisa lepas pampers dan bersekolah. lagi pula mau dikemanakan muka saya kalau sampai punya cap 'ibu yang anaknya ditolak sekolah'.

Maka memanfaatkan moment summer ini, saya mulai mendidik anak saya Potty training. Waktu saya adalah 2,5 bulan sebelum bulan september. Bulan anak sekolah masuk kandang.

Awalnya optimisme saya menjulang tinggi. beberapa teman yang saya tanya, memberi tips ringan saja: lepas pampers, kasih langsung celana, paling dia pipi caca berceceran, tapi maksimal 2 minggulah. beres! saya beli celana dalam 2 lusin. siapkan ember yang sudah diisi air plus sabun, juga pel disampingnya. pispot tersedia 2 macam: kecil dibawah dan penambah tinggi toilet normal. benar saja! si matheo pipi dan caca di celana berkali kali, berhari hari. hari pertama, saya masih bisa tersenyum sambil mengulang ngulang menjelaskan tujuan dari pendidikan ini. hari kedua, ketiga, nggak ada kemajuan, saya mulai mengurut dada. dada sendiri tentu saja. dan nafas mulai naik, nada suara juga. meski saya teringat pesan dari blog blog yang bilang, jangan teriak, nanti anak malah trauma. tetapi saya teriak juga. pasalnya, selain berkali kali membersihkan dimana mana, matheo bilang pipi sur le pot, tetapi hanya sebagai momen saya melorotkan celananya, terus dia lari lari kesenangan karena melihat emaknya selalu datang dalam keadaan tergopoh gopoh.

Saya tidak boleh putus asa, harus punya strategi yang lebih efektif.

Kemudian saya banyak konsultasi kepada teman teman yang sudah mengalami hal ini dan juga konsultasi beberapa milist (soalnya konsultasi sama mertua, paling cuma dibilang 'ah kl dulu suami kamu sudah bersih dari umur 1,5 thn, kan saya juga dah bilang dari dulu supaya kamu jangan nunda nunda'. sotoy ah). sekedar sharing saja:

- Website yang bagus: babycenter.com. lengkap. mulai dari cara melihat kesiapan anak dilatih potty training seperti: otot otot harus sudah siap untuk bisa mengendalikan dorongan buang air, mampu duduk stabil untuk beberapa menit, anaknya menunjukkan minat tertarik mengimitasi orang tuanya. meski buat saya, yang nggak bisa dilawan adalah sudah waktunya masuk sekolah

-Perlengkapan yang harus disiapkan: pispot kecil, penambah duduk di toilet normal. ada anak yang tertarik duduk di pispot kecil, tetapi ada juga yang maunya langsung di toilet besar.jadi siapkan juga tangga atau panjatan, tetapi jangan tinggi tinggi sampai 3 meter ya, yang penting cukup supaya anak bisa naik sendiri ke toilet itu. Tips juga bilang, untuk anak yang kelihatannya takut dengan toilet karena dimata mereka toilet itu kayak raksasa yang bisa menelan apasaja di dalamnya, maka hiasi toilet dengan menempel stiker transparan berdesain lucu dan bukan desain wajah Soeharto, nanti situ bisa kena cekal. Orde baru kale...

Satu perlengkapan tambahan yang ternyata berguna: celana potty training, jangan pampers training. pampers yang mengajarkan toilet training itu beneran nggak manjur! lebih baik pilih celana, karena dia membuat rasa tidak nyaman setiap anak pipis, tetapi tidak menyerap. bahannya hanya dari katun yang di dalam celana diberi plastik. bila anak sudah 'bersih' potty training ,sudah berhasil di rumah, celana ini bagus dipakaikan saat kunjungan ke luar rumah, atau saat main ke rumah orang supaya pipi nggak berceceran di lantai bila ada kecelakaan. harganya lumayan mahal 9-12 euros. di internet bisa lebih murah, tapi ada ongkos kirimnya bo.

-Contohkan bagaimana melakukan pipi dan caca. kalo perempuan ya emaknya. kalo laki ya babenya. supaya lebih meresap, tunjukkan video potty training yang ada di You Tube. ada beberapa tuh, gaya kartunnya bikin anak tertarik dan tertawa tawa. kalau anak laki masih memilih pipi duduk, biarin aja, pas sekolah dia bakalan diledek temannya dan ikut-ikutan akhirnya. nggak papalah diledek dikit, sekalian belajar kalau hidup itu keras.

-Beri penjelasan yang cukup sederhana dan berulang-ulang. disini saya baru menyadari kalau profesi emak adalah profesi yang berbusa busa. soalnya ada anak yang bicaranya belum banyak, jadi tampangnya ya plongak plongok aja, meskipun begitu dia bisa menyerap informasi. mau nggak mau kita harus percaya potensi intelektual anak kita. ulang beberapa kata kunci seperti 'pipi sur le pot' (pipis di pispot) 'pas sur le pantalon' (nggak di celana ya jek). matheo awalnya mengulang ngulang ucapan ini ternyata bukan sebagai peringatan, tetapi lebih karena dia mengulang kata kata yang baru dan disukainya, sama seperti ucapan 'attention, ada mobil lewat'. makanya, awalnya saya selalu terbirit birit kalau di ngomong begini, lama lama, saya amati ekspresinya, kl urat mukanya belom kayak ekspresi orang gagal dapet lotere, berarti belum urgent.

bila sudah mulai berhasil, maka kata kata kunci ini akan menjadi lebih rumit seperti 'pipi berdiri' 'caca duduk' 'boleh di kebon' 'jangan di celana'. kata kunci ini, saya bikin dalam bentuk gampar di buku stikernya.

-Sistem Stiker. Setelah beberapa hari penjelasan, bisa dilakukan dengan bantuan STIKER. MANJUR BANGET NIH. Sediakan juga satu buku untuk tempat menempel. Sebenarnya perlengkapan ini bisa beli di toko mainan sebagai paket seperti keluaran Disney, tetapi bisa juga bikin sendiri kok. hemat. toh anak anak nggak ngerti bedanya Louis Vitton sama Karung Goni.

Tujuannya sih supaya anak mendapat reward bila melakukan keberhasilan, selain tentu saja berilah puji pujian bila dia berhasil. Cara ini lebih baik daripada dikasih punisment seperti diteriakin maling tadi (bukan maling deng haha. meski kalo sesekali teriak terus nggak kenceng amat juga nggak papalah. Emak emak kan juga manusia). Anak boleh menempel satu stiker dibuku tersebut setiap kali dia berhasil pipi atau caca di toilet. Bila satu lembar sudah penuh, bisa awalnya 5 stiker terus lama lama menjadi lebih banyak, si anak berhak mendapatkan satu kado yang dia suka. ada orang tua yang memperbolehkan anak memilih sendiri mainan di toko. Kalau saya, karena matheo doyan mobilan , saya beli serentet mobil yang murah meriah aja, dikasihnya satu satu.Dihari pertama, saat dikasih penjelasan, dia kelihatan pelongga pelonggo khas anak bau kencur, tetapi di akhir hari ke dua dia sudah mulai mengerti. Dan 2 minggu setelahnya dia berhasil menjadi 'anak bebas pampers' di rumah. Sekarang kalau udah berhasil dia teriak teriak 'Stiker! Stiker!'. Sambil merasa lega, emaknya menjawab 'udah teriaknya jangan kenceng kenceng. Emang situ jualan stiker'.

-Timing dan Pemilihan tempat. Untuk mengenali sindrom mau buang air, si anak awalnya berteriak setelah beneran kejadian, kemudian berlahan jadi pas kejadian, dan lama lama beberapa detik saja sebelum kejadian. Paling jago kalo orang tua udah bisa baca tanda gesture si anak, tapi kalo nggak bawa saja dulu pispotnya ke mana mana karena kalo harus pulang pergi angkat anak ke toilet pasti dah telat. Sambil dia diberi tahu 'Kamu pipinya di sini ya'. baru setelah itu, pispotnya di taruh di toilet. Saya memberi beberapa alternatif bagi dia, di lantai bawah, hanya toilet. Di lantai atas, toilet dan kamar mandi. Ternyata setelah bisa buang air di toilet, pas di kebun dia harus diajarin khusus 'boleh pipi di atas rumput'. Pesing pesing deh!

Urusan timing ini juga berkaitan dengan tingkat keberhasilannya potty training, soalnya anak yang pernah nelen energizer di waktu reinkarnasi sebelum hidupnya, beneran nggak bisa diam. Jadi celana udah diturunin, eh dianya cuman tahan 5 detik maksimal, habis itu lari lari. Untuk menahan mereka supaya bisa sabar sampai nunggu pipi cacanya sampai keluar, beri tahu 'kadang kita harus nunggu', sambil dibacakan buku buku atau ngomentarin apa aja kek, kalo perlu cicak yang lewat.

Waktu buang airnya pun, tergantung strategi orang tua. secara kreatif, ada orang tua yang memancing pipi anak (krn prinsip belajar, semakin sering, semakin meresap) dengan memberi minum yang banyak dan setelah beberapa waktu diajak ke toilet. atau membasahi air sedikit di sekitar kemaluan, agar anak terpancing pipis. frekuensinya, kebanyakan orang tua yang menawarkan dan membawa anak ke toilet setiap sejam atau 2 jam, tetapi ada juga yang menunggu sampai anak minta buang air. bahkan untuk orang tua tertentu, mereka berepot repot membangunkan anak di waktu malam tidur, supaya malam juga bebas pampers. kalau saya, ingat cerita keponakan yang akhirnya di tahun ke lima minta copot pampers saat malam, di dorong keinginan menjadi anak besar. jadi matheo saya biarkan pakai pampers kalau malam.

Begitulah sharing buat yang mungkin membutuhkan. semoga matheo tidak mengalami kemunduran seperti cerita beberapa orang, dimana anaknya sempat bebas pampers kemudian tibatiba balik pipis sembarangan. kalo sampai ini terjadi... Gue masukin perut lagi kau Nak!

No comments: