Tuesday, January 4, 2011

Turis Kampus SORBONNE

MAI 2010. Siang itu matahari bersinar cemerlang berpadu dalam keindahan musim semi. Kesejukan alam semesta dengan bunga-bunga bermekaran dan pohon warna-warni. Sungguh panorama yang sempurna bila tidak diusik oleh sosok seorang yang sedang.. bengong!

Di depan sebuah gedung yang menyandang nama Sorbonne Nouvelle, saya melonggo terpaku menatap kampus yang... sederhana! minta ampun sederhana! Gedungnya besar, dindingnya putih, jendelanya kotak standard mirip gedung layak berdiri, pintu yang kokoh dari besi. Disekelilingnya, berhamparan para mahasiswa yang sedang duduk-duduk dan ngobrol. Juga ada yang merokok. T-shirt bertebaran, jeans dikenakan hampir sebagian besar mereka. Khas mahasiswa. Saya teringat kampus saya dulu. Sejujurnya Sorbonne yang banyak saya baca di buku tentang mimpi mimpi para pengejar beasiswa, membuat saya memiliki templete yang jauh berbeda dari yang saya lihat.

Ditemani seorang teman yang pernah berkuliah di situ, tanpa ragu kami masuk. Di dalamnya, sekali lagi saya... bengong. Ditengah lorong dan depan sebuah ruangan kelas. Lorongnya panjang dengan beberapa papan pengumuman dari kayu seadanya. Lorong itupun penuh sesak oleh mahasiswa yang mengobrol dan beberapa berjongkok di lantai,mungkin menunggu giliran masuk. Tangga yang begitu bersahaja juga khas kampus saya dulu, sebelum di pugar dan menjadi lebih bagus dari tempat saya berada sekarang ini. Diujungnya ada dua kantong plastik besar berisi sampah.
"Ini sih UI di Salemba jaman dulu" komentar saya membandingkan
"Iya emang gitu! Nouvelle artinya baru, ini cabang yang paling baru, makanya biasanya secara jurusan lebih up-date dari pada Sorbone yang lain" Jawab teman saya menyetujui. Dia dulu juga lulusan UI
Lalu saya meneliti satu papan pengumuman yang beberapa bagian ditempel dari sobekan kertas: Dicari teman sekamar, Dijual tiket kereta yang gagal dipakai, Dijual bekas buku dan bahkan ada yang cari pekerjaan tambahan. Suasana bersahaja juga terus berlanjut di kantin kampus itu. Namun sebagai perpustakaan tempat mengali ilmu, tempatnya sungguh besar. Meski lagi-lagi, raknya hanya dari besi-besi saja.
Keluar dari situ, saya masih terbengong menyelaraskan gambaran ideal yang saya punya dan kesan yang saya dapat. Kami pergi meninggalkan kampus dengan suasananya kampusnya, yang sederhana tapi hidup.

"Lalu dimana Sorbonne yang dibilang kampus paling tua diseluruh dunia itu? Yang dibangga-banggakan orang orang di dalam buku buku berlabel 'Diilhami kisah nyata'?" Tanya saya yang penasaran.
"Oh itu mungkin Sorbonne yang satunya. Gue juga belum pernah masuk. Mau ke sana?"
"Yuk sekalian, lo nggak ada janji sama lakilo kan?"
"Gampang. gue kan udah janji temenin elo yang penasaran"
Lalu kami ganti metro dua kali, menelusuri kegelapan lorong.

Sampai ditujuan, matahari masih bersinar cerah. Dan saya masih saja dibuat... bengong!

Kali ini, saya melotot melihat kampus yang lebih tepat disebut istana atau musium. Tetapi saya jadi percaya, mengingat tingginya kebudayaan yang dimiliki orang Prancis, gampang sekali ditemui tempat yang indah, bahkan sampai kuburannya.

Begitu mendekat, saya kembali tambah melongo, hanya kali ini saya kendalikan. Mata saya dibuat heran dengan adanya penjaga yang berpakaian layaknya penjaga istana di setiap pintu yang ada. Juga katanya pintu ini ada sampai puluhan. Bayangkan bila standar gaji terendah di Prancis adalah 1000 euros, sehingga bar dan restoran sangat minim oleh pelayan, apakah sebegitu hebatnya sebuah kampus sampai berjagakan puluhan orang ini?

Dan mereka, galak-galak pula!
"Boleh masuk?" tanya teman saya
"Keperluan apa?" tanya dia balik
"Mau mendaftar"
"Bukan bulannya. Tidak bisa"
"Lalu bagaimana kalau perlu informasi?"
"Silakan ke ruangan di pintu 18"
Setelah berjalan sekitar 10 menit melingkari gedung dan 3 kali melewati turis jepang yang sedang memotret, kami sampai di ruangan yang dimaksud. Di belakang kami, lewat dua mahasiswa yang lolos penjaga karena menunjukkan kartu identitasnya. Dibelakang mereka, seorang turis yang ditolak masuk.

Seorang petugas penyambut kami. Pria muda dengan penampilan necis setaraf manager bank. Untunglah keramahannya berbanding terbalik dengan para penjaga yang ada. Darinya di jelaskan Sorbonne 2 inilah yang merupakan universitar tertua di dunia. Dan secara total di Paris ada 5 Sorbonne. Dia memberikan denah universitas dan menanyakan latar belakang pendidikan kami. Beruntung teman saya pernah jadi mahasiswa di Prancis, bila cuma saya pasti kedok kami langsung terbongkar.

Di dalam, kesannya sama dengan diluar. Gedungnya sungguh indah, pintu yang berukir, jendela berukir, pilar yang kokoh dan berhias dengan detail ketelitian yang tinggi. Semuanya membuat saya lupa sedang berada di kampus. Terlebih melihat mahasiswa yang lalu lalang: rapi, tertib yang dimata saya menjadi 'terlalu serius'.
"Di kampus ini banyak jurusan yang usianya sudah tua, seperti filosofi, bahasa Latin. Gitu-gitu deh!" Jelas teman saya lagi.
"Oh, makanya pada serius ya... Kita juga harus membaur nih biar nggak ketahuan"
Begitulan kami menjaga sikap kami sampai akhirnya kami sadar bahwa usaha kami gagal. seorang pria muda yang menegur kami.
"Mau cari info ya. dari luar? Etrangé? Sebenarnya saya yang handle, tapi sebentar lagi waktunya pulang. Kalau mau besok saja balik lagi" Katanya ramah.
Fuhhh. Untung! Didorong rasa cemas yang tambah tinggi, kami sempat nyasar masuk suatu daerah yang amat sangat sepi.
"Ini kayaknya daerah dosen deh! Keluar keluar!" Bisik teman saya panik. Dengan langkah kaki yang tak tahu arah, kami akhirnya mengakhiri kunjungan ini ke toilet!
*ogah deh sekolah disitu.. *untung nggak ada kemungkinan ini wkwkw*

"Akhirnya, udah gue pipisin juga tuh kampus SORBONNE!"
Kata saya PUAS!

No comments: