Sunday, June 8, 2008

PERGI

26 Tahun lalu, Bapak saya tertohok. Dia tidak mengerti mengapa istrinya, yang menurutnya sudah di sayang sedemikian rupa, rela meminta cerai darinya. Meskipun sebelumnya banyak terjadi ketidak cocokan pendapat, tapi baginya itu adalah bunga dari sebuah perkawinan. Namun tidaklah demikian, istrinya lebih senang pergi meninggalkannya meskipun sudah ada 3 anak sebagai buah cinta mereka. Bapak saya tertohok untuk waktu lama.. sumpah setia sehidup semati bukan jaminan untuk menahan kepergian istrinya

15 Tahun lalu, saya terkesima. Bagaimana mungkin seorang ibu dapat meninggalkan satu anaknya, dan hanya membawa pergi satu lainnya. Padahal dulunya ibu ini begitu membela kedua anaknya, saat suaminya tidak mau bekerja selama 4 tahun dan dianggap tidak cukup berupaya merawat anak mereka dengan baik. Ibu ini pergi dengan membawa rencana. Dia akan kembali suatu saat nanti untuk kembali mengurus kedua anaknya. Selama itu, anak yang ditinggalkan akan didoakan baik baik saja diurus oleh tante dan bapaknya.

3 Tahun lalu, saya terheran. tapi sudah bukan keheranan yang luar biasa. Dua karib saya menghapus saya dalam segala kegiatannya. Dalam kehidupan real maupun dunia maya. Saya tidak tau saya salah apa. Dan tiada kesempatan mendengar atau memperbaiki kesalahan saya padanya. Mereka pergi begitu saja. Padahal dulu, kami pernah berkata, bahwa kami akan bersahabat selamanya. Saat itu, saya hanya berkata dalam hati, bahwa mereka akan kembali suatu saat nanti

2 Tahun lalu, saya tertohok secara dalam. Saya tidak mengerti, bagaimana seorang adik yang tidur dalam satu kamar selama lebih dari 20 tahun, yang dicintai sepenuh hatinya, bisa memilih untuk diam seribu bahasa. Adik ini lebih senang berbicara seperlunya saja: saya baik baik saja, sudah lupakan saya.. Entah adik ini tahu atau tidak, meski tidak berkata, sang kakak sangat menderita. Dia seperti terbelah separuh jiwanya, terluka seperti ibu malin kundang. Sang kakak tidak tahu, apakah "kepergian" adiknya ini untuk berapa lama. Dan apakah perih yang dikandungnya akan mengering ketika adiknya ingin kembali kepadanya.

2 Hari lalu, Saya terkejut bukan kepalang. Satu sms mengabarkan bahwa satu sepupu saya yang dulu penuh dengan energi kehidupan, pergi untuk selamanya. Dia lari mengejar anaknya, dan sebuah kereta cepat lari menggilas raga mereka.....

Cepat atau lambat, siapapun dapat pergi meninggalkan kita. Untuk Sementara ataupun untuk Selamanya

*in memoriam dek Ika.

3 comments:

Anonymous said...

"Dua karib saya menghapus saya dalam segala kegiatannya."

yang satunya siapa ya wun? hehe.

"Saat itu, saya hanya berkata dalam hati, bahwa mereka akan kembali suatu saat nanti."

yah. maafkan untuk segala ketololan masa itu. btw i still keep ur testi at FS for me. sering gue baca2 kalo gue merasa jadi makhluk buruk busuk tiada guna :)

Anonymous said...

Wun..ngomong tentang tertohok. Jadi inget masa lalu, hehehe. Waktu itu mungkin krn masih baru bertemen dan kita masih meraba satu sama lain. Gue pernah ngomong ketemen yg satu lagi itu, kok sakitnya kayak abis diputusin pacar ya? Hehehehehe.
Tertohok karena masing2 pihak ngerasa ada salah pengertian, ditinggal, diabaikan. Untung udah lewat. Emang waktu yang cuman bisa ngebukti'in.
Tapi g belajar sih dari situ, keterbuka'an baik itu bagus ataupun hal yang kurang enak mesti diomongin. Krn salah pengertian itu hal yang paling sia2 emang. Banyak yg dikorbanin dari situ, padahal kita ngak tau yang kita lepasin itu hal yang paling berharga yang kita punya.
So I shall try my best, untuk menghindari penohokan2 yang tidak perlu.

(udah yah, anak gue boker, mo ganti pampers dulu hehehee)

Wuwun said...

Bener Na. gue juga sebisa mungkin mementingkan keterbukaan, meski kadang susah di lakukan. toh tinggal gimana cara ngomonginnya, dan cari timmingnya.. tapi kalo nggak nemu juga, ya mau nggak mau coba dimengerti aja. toh kalo orang lain yang menghindarkan kita nggak bisa maksa.

well, satu sahabat gue dulu sudah kembali. satunya lagi, yah sutralah. kadang pengalaman hidup yang pahit pahit bikin tegar atau justru bikin apatis hihi.